Happy Reading!!!
.
.
"Anjir, gue telat bangun!" Jeno langsung beranjak dari kasur tercintanya setelah ngeliat jam yang ada di dinding kamarnya.
Ya gimana gak telat, gerbang sekolahnya itu tutup jam 7 tapi ini bocah baru bangun jam setengah 8.
Begonya lagi, biarpun telat dia tetep santai buat mandi, malah sempet-sempetnya ngaca sambil sisiran.
BRAK!
Doyoung —Bunda Jeno— ngedobrak kasar pintu kamar anak semata wayangnya itu. Dia langsung mendekat ke arah Jeno dan menjewer kupingnya.
"JENO!!! KENAPA MASIH DI RUMAH, HAH?!" Omel Doyoung.
Jeno meringis kesakitan, "Aduuh... Aduhh... Bunda lepasin dulu," rengek Jeno sambil memegangi tangan Doyoung.
Bukannya dilepas, Doyoung malah memperkuat jewerannya, "JAWAB DULU PERTANYAAN BUNDA!! KENAPA KAMU BELUM BERANGKAT SEKOLAH?!!"
"Jeno telat bangun, Bun," jawabnya dengan rintihan karena jewerannya makin keras.
"MAKANYA JANGAN BEGADANG MAIN GAME MULU!!!"
"Duuhhh... Iya, Bunda... Iyaa... Lepasin dulu dong tangannya dari telinga Jeno," pintanya dengan nada memelas.
Doyoung yang agak iba akhirnya melepas jewerannya dari telinga anaknya yang bandel itu.
Jeno mengusap-usap telinganya sambil ngedumel pelan. Dia ngeliat Doyoung dengan tatapan sinis. Kok bisa-bisanya dia punya Bunda yang kejam macem ibu tiri begini.
"Ngapain kamu ngeliatin Bunda kayak gitu?!" Sewot Doyoung.
Jeno mengalihkan tatapannya, "Gapapa," balasnya. Dia segera mengambil tas dan kunci motornya, "Jeno pergi sekolah dulu, Bun."
Setelah mengecup pipi Bundanya itu, Jeno pun pergi.
Doyoung tersenyum mendapat perlakuan hangat dari anaknya itu. Biarpun bandel, Jeno masih tahu sopan santun ke orang tuanya.
Sekilas tentang Jeno Putra Pranaja, dia adalah seorang cowok pintar, manly, tampan dan idaman —menurutnya— Karena sifatnya yang baik, humble dan suka tersenyum itu, membuatnya banyak dikagumi oleh para kaum hawa dan uke di sekolahnya. Jadi gak aneh kalau Jeno itu terkenal banget di sekolahnya. Apalagi dia juga punya temen-temen yang kadar tampannya di atas rata-rata.
Namun sayang, gak ada hal yang sempurna di dunia ini. Sama dengan Jeno, dia juga punya satu kekurangan yaitu gak bisa menggambar. Loh, cuma gak bisa ngegambar doang, 'kan? Terus apa masalahnya?
Masalahnya itu ada pada Doyoung. Bundanya itu emang sering banget ngeluh ke Jeno karena anaknya gak bisa ngegambar padahal keluarga besar mereka tuh jago-jago gambar semua. Namanya manusia pasti punya gengsi, 'kan?
Nah sama, Doyoung juga gitu, dia malu karena ngeliat hasil gambaran Jeno yang setara sama anak TK atau malahan PAUD. Beda sama sepupu Jeno yang sekarang baru duduk di bangku kelas 1 SD tapi udah bisa ngegambar dengan berbagai gradasi warna.
Lah Jeno boro-boro, ngewarnain aja gak bisa kalau gak pakai pensil warna. Sekalinya pake krayon atau spidol, kertasnya jadi kotor semua :))
Tapi gapapa, yang penting Jeno ganteng.
•••^^•••
"Mabar, kuy!" Ajak Hyunjin sambil merangkul Jeno. Saat ini kelas mereka sedang jamkos, makanya pada santai semua.Yang diajak malah menggelengkan kepalanya, "Skip dulu lah gue. Badmood banget ini," tolak Jeno.
"Kenapa lagi lu? Dimarahin gara-gara begadang?" Tanya Sanha yang kayaknya udah hapal apa alasan Jeno selalu badmood di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Disegnàre || NoRen
Ficção AdolescenteJeno diberi waktu tiga bulan untuk bisa jago menggambar oleh Bundanya. Jika dalam waktu tiga bulan dia tidak bisa menunjukkan progres yang pesat, maka fasilitasnya akan dicabut semua. Jeno meminta solusi dari teman-temannya dan mereka menyarankan Je...