Cinque

3.7K 601 71
                                    

Happy Reading!!!

.

.

"Apa? Gimana?" Tanya Jaemin bingung.

"Iyaa Naaa... Gue jatuh cinta pada pandangan pertama sama tutor les gambar gue sendiri," jawab Jeno sambil ngemut pasta coklat yang tadi dibelinya sebelum mampir ke rumah Jaemin.

Jaemin terkejut dan memegang kedua pipinya sendiri, "Guru les?! Serius?! Maksudnya lu suka sama emak-emak gitu?! Atau malah bapak-bapak?!"

Jeno menoyor kepala sepupunya itu, "Dia seumuran sama kita anjir. Bukan emak-emak apalagi bapak-bapak."

Mendengar jawaban Jeno, Jaemin pun dapat bernafas lega.

"Ouhh... Bilang kek daritadi, jadinya 'kan gue gak salah paham. Orangnya kayak gimana?"

"Gue juga belum terlalu kenal, sih. Tapi kalau diliat dari fisik, dia itu mungil, manis, cantik, dan gemesin banget lah pokoknya. Apalagi di matanya itu kayak ada kerlap-kerlip bintangnya gitu." Jeno berbicara sambil menerawang langit-langit rumah Jaemin. Dia juga malah senyam-senyum sendiri.

Jaemin mengerutkan dahinya, "Kok gue kayak gak asing ya sama ciri-cirinya. Siapa namanya?"

"Renjun Pangestu Argawijaya."

"HAH?! INJUN?!"

"LU KENAL?!" Tanya Jeno antusias, "Comblangin sama gue dong~" pintanya sambil mengedip-ngedipkan mata.

Jaemin menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Gak mau! Lu itu buaya, gak cocok sama anak kucing kek Renjun. Lagian nih ya—"

Drrrttt... Drrrttt...

Ponsel Jaemin yang berada di atas meja bergetar menandakan sebuah panggilan telepon yang masuk.

"Halo, Kak Mark!" Ucap Jaemin semangat.

"..."

"Wah, mau banget dong. Yaudah, aku siap-siap dulu, ya."

"..."

"Paipai~" Jaemin menutup telponnya.

"Pulang sana lu!" Usir si pemilik rumah sambil menendang bokong Jeno.

"Kok ngusir?! 'kan belum beres curhatnya," protes Jeno.

"Gue mau jalan sama Kak Mark. Lagian gue udah tahu kelanjutan curhat lu itu. Saran dari gue sih, mendingan lu mundur aja, udah gak ada kesempatan lagi soalnya," jawab Jaemin terus beranjak dan pergi ke kamarnya.

"Udah gak ada kesempatan? Kenapa?" gumam Jeno heran.
•••^^•••
"Kita mau makan apa nih teman-teman?" Tanya Sanha yang udah siap memegang secarik kertas dan pulpen.

Ini emang kebiasaan geng Jeno kalau pesen makanan di kantin. Mereka ada giliran tiap harinya buat pesen makanan dan karena pesenannya itu gak kira-kira, makanya orang yang dapet tugas harus nulis semuanya di kertas biar gak ada yang ketinggalan.

"Lu mau makan apa, Jen?" Sanha bertanya karena tinggal Jeno doang yang belum nyebutin pesenannya.

"Jen, lu mau makan apa?" Ulangnya lagi sambil mengetuk kepala Jeno dengan pulpen.

"Renjun," ucap Jeno setengah sadar.

Sanha mengerutkan dahinya bingung, "Hah? Lu mau makan Renjun? Itu nama menu baru disini?"

"Tsk, si Jenong lagi ngelamun itu," sahut Hyunjin.

Baejin yang kebetulan duduk di sebelahnya langsung menggeplak punggungnya keras-keras.

[✓] Disegnàre || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang