Otto

2.9K 489 19
                                    

Happy Reading!!!

.

.

"Jadi gimana?" Desak Jeno pada Daehwi karena tak kunjung memberi jawaban yang spesifik juga dari tadi.

Iya, jadi tujuan Jeno ngajak Daehwi ke taman belakang sekolah itu buat ngorek info tentang Renjun. Tapi, Daehwi-nya gak ngasih tahu satu hal pun yang berguna buat Jeno. Dia hanya ngasih tahu kalau Renjun itu manis.

Jeno jadi kesel lah. Tanpa Daehwi bilangin juga dia udah tahu kalau Renjun itu emang manis.

"Duh, Jen. Gue takut salah ngomong, mendingan lu langsung temuin aja sahabatnya Renjun. Kebetulan, dia temen gue juga kok."

Jeno memutarkan bola matanya malas, "Kenapa gak bilang dari tadi, sih? Lu itu udah ngehabisin waktu gue selama lima belas menit empat puluh detik tahu," keluhnya sambil melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Tsk, gak usah sombong ya lu! Mentang-mentang suka ikut olimpiade, kayak ginian aja dihitungnya spesifik banget."

"Bacot. Sekarang kasih tahu gue, siapa sahabatnya Renjun?"

"Haechan Cakrala, 12 IPS 1."

"Haechan? Adiknya Mark?" Tanya Jeno ragu.

"Hooh, dia adiknya Mark, pacarnya sepupu lu itu," jawab Daehwi lagi.

Jeno menganggukkan kepalanya, "Oh, oke deh. Makasih, ya. Gue cabut duluan." Dia menepuk pundak Daehwi dan meninggalkannya lebih dulu.
•••^^•••
"INJUNIE~" Sapa seseorang sambil memeluk Renjun dari samping.

"NANA!" Sapanya juga. Dia tersenyum pada Jaemin, "Mau, Na?" Renjun menawarkan bekal makannya.

Tatapan Jaemin berbinar, "Wah! Dengan senang hati, Njun," jawabnya dan langsung mengambil alih sendok dari tangan Renjun.

Renjun terkekeh geli melihat kelakuan Jaemin. Sahabatnya yang satu ini emang gak pernah malu-malu kalau ditawarin makan, sama kayak Haechan.

"INJUN! LU HARUS TAHU!"

Panjang umur. Orang yang baru dipikirin Renjun ternyata gak lama datang.

Haechan dengan buru-buru langsung menghampiri Renjun dan menggebrak meja.

BRAK!

Jaemin melotot pada Haechan, "ASTAGA! KENAPA SIH, ANJIM?!" Protesnya karena acara makannya terganggu. Hampir aja nasi dari sendoknya itu jatuh karena gebrakan tak terduganya Haechan.

"SANTAI LUR! GUE MAU NGASIH TAHU INFO PENTING!"

Renjun menghela napas, "Harusnya gue yang bilang itu ke lu, Chan. Gak bisa nyantai apa? Gak usah teriak-teriak gitu, telinga gue pengang nih."

Haechan cengengesan, "Hehe gue terlalu excited soalnya."

"Hmm. Jadi kenapa?" Tanya Renjun yang sebenarnya tidak terlalu berminat.

"Jadi tadi tuh gue abis dari kantin. Di kantin, gue beli mie ayam sama jus. Karena gue sendirian, akhirnya Felix datang nemenin gue. Setelah beres makan, gue jalan balik tuh ke kelas. Dan–"

"Inti ceritanya dimana, sih?" Potong Renjun cepat dan diangguki pula oleh Jaemin.

Haechan menjentikkan jarinya, "Nah ini intinya. Makanya jangan main potong aja dong kalau orang lagi cerita!"

"Lu yang bertele-tele ceritanya!" Jawab Jaemin dongkol.

"Bacot pacarnya semangka!" Haechan menjulurkan lidahnya pada si sulung Kusuma itu.

[✓] Disegnàre || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang