si perfeksionis

105 20 0
                                    

   Wanita itu menunjuk dadaku dengan tatapan tenang, "jika kau bisa mengalahkan ku akan aku buat, kau mengikuti ujian akhir langsung"dia tersenyum kecil.

"Pas banget aku malas main-main seperti tadi"aku tersenyum senang melihatnya.

   Semua orang terkejut dengan pertarungan kami yang mendadak.

"Ketua jangan, anda bisa membunuhnya!"wanita yang menggunakan seragam yang sama seperti dia menghentikannya.

"Membunuh jangan bercanda, kita lihat saja wanita perfeksionis "aku tersenyum lebar melihatnya, "jadi kau mau dimana?"kataku.

   Wanita itu tersenyum kecil melihatku dengan aura meluap-luap, dan mendadak dia berjalan menuju tempat seperti arena pertarungan yang amat megah.

"Kalian semua, siapa bilang boleh melihat pertarungan ketua selesaikan tes kalian sekarang! "Laki-laki dengan kacamata marah melihat peserta ujian.

   Di arena latihan aku melihat lantai yang amat keras, "lumayan juga jadi... "Saat aku berbalik mataku melihat sebuah sabit di depan mata kananku.

   Wanita itu diam, "kau sudah mati tadi, mau kita ulangi"dia menarik sabitnya lagi.

   Aku dengan wajah malas, "siapa bilang aku mati tadi,mau kita mulai..."aku berjalan biasa saja dan menghilang dari pandangannya.

   Dia mendadak terdiam merasakan sesuatu di belakangnya.

"Kita seri, ibu melarangku untuk menyerang wanita tapi... "Aku tersenyum kecil.

   Dia terkejut dan langsung menghindar dan terus mewaspadai ku.

"Baik ayo kita mulai saja"dia melompat sangat tinggi sambil mengarahkan sabitnya kepadaku.

   Saat aku mencoba menghindar, "apa ini! "Aku terkejut melihat kakiku masuk ke dalam tanah.

   Wanita itu tersenyum karena telah menggunakan sihir tanah untuk menelan kakiku.

   Saat sabit wanita hampir mengenai ku aku menghindari dengan tetap berada di tempat berdiri.

   Pipiku tergores karena belatinya, "lumayan juga padahal jika kau orang bisa mungkin akan langsung terpotong"dia tersenyum kecil melihatku.

"Apakah aku terlalu berlebihan membully mu"dia tersenyum mengejek melihat kakiku yang tertelan tanah.

   Aku nampak bingung dan menahan tanganku, mendadak wanita itu merasakan bahaya saat di dekatku.

aku memukul tanah sampai retak dan menghancurkan lantai arena ini.

   Wanita itu melompat dan terbang di atas arena yang dipenuhi debu, "monster,dia sama sepertiku"dia tersenyum kecil dan langsung menggunakan teleportasi di belakangku.

  Dia yang telah mencoba menebas leherku dengan sabit mendadak terdiam saat melihatku menatapnya.

"Bang! Ketahuan,hehehe"aku tertawa sambil bergaya menembak.

   Dia terkejut dan menjauhiku dengan melompat mundur namun tubuhnya menabrak sesuatu.

"Apa! "Dia terkejut melihatku di belakangnya.

"Aku tidak pernah memukul wanita tapi ibuku bilang, tepuk itunya saja"aku mengarahkan telapak tanganku ke bokongnya.

   Dia nampak bingung dan, "tepsss"bokongnya terkena tamparan tanganku sampai terpental 5 meter.

"Sakit! "Dia berteriak sambil menyentuh bokongnya.

   Aku menahan tawaku saat melihat, dia yang melompat-lompat menahan sakit di bokongnya.

"Sialan kau"dia langsung bergerak sangat cepat dan menebas dadaku.

   Bajuku langsung sobek dan saat aku menghindari serangannya.

   Dia bergerak makin cepat dan menebas tubuhku berkali-kali sampai membuat celana dan bajuku sobek.

"(Akulah yang terkuat, mana mungkin orang sepertimu dapat mengalahkan ku) "dia dengan penuh amarah teringat akan kesempurnaannya dan semua orang yang menyanjung dia.

   Dia mendadak terdiam melihatku mencengkram sabitnya, "tranggg"sabitnya hancur dan berubah menjadi bayangan.

"Apa! "Matanya terbuka lebar saat melihat senjata sihirnya hancur.

"Lain kali berhati-hatilah nona muda,dunia ini tidak sekecil yang kau pikirkan!"aku mencoba menyentil dahinya.

   Dia terkena sentilan di dahinya dan terbaring dengan wajah syok melihatku di atasnya.

"Aku menang"aku tersenyum senang.

   Mata yang penuh amarah terlihat, "expl... "dia mencoba menggunakan sihir aku menutup mulutnya.

"Hentikanlah,huh kalau begitu aku pergi dulu"aku dengan tatapan tenang pergi meninggalkannya.

"Woi tunggu!"dia duduk dengan tenang.

   Aku terhenti dan melihatnya, "kau lulus, ujian akhir sedang menunggumu"dia berdiri dan meninggalkanku.

   Aku tersenyum kecil melihatnya, "jangan menangis ya"kataku.

   Dia menahan air matanya dan gemetaran, "berisik! "Dia membersihkan air matanya dan keluar dari arena.

   Aku melihat bajuku yang sobek dan mulai menggantinya dengan pakaian baru.

   Seseorang yang nampak mengawasi pertarungan kami tersenyum kecil melihatku.

   Waktu berlalu semua peserta mulai mencoba ujian akhir namun lebih dari setengah pendaftar gagal karena tidak berhasil dari berbagai macam tes.

   Akhirnya percobaan ku di mulai wanita yang tadi nampak menungguku dengan wajah agak bosan.

   Terlihat batu pengukur sihir di depanku
"(lagipula jika ada pengukur sihir, aku tidak memilik energi sihir sama sekali) "aku dengan wajah malas menyentuh batu pengukur.

   Batu tersebut tidak mengeluarkan cahaya apapun dan hanya mengeluarkan kedipan kecil.

"Kelas f"kata laki-laki sambil mencatat namaku.

   Semua orang menahan tawanya melihatku, aku turun dari panggung dengan wajah malas.

"(Pasti dia akan datang!) "aku melihat ke atas panggung.

   Mendadak laki-laki berambut hitam dengan senyuman agak polos di wajahnya menyentuh batu pengukur.

   Mendadak batu mengeluarkan cahaya yang berbeda-beda.

"5 elemen"laki-laki yang mencatat terkejut.

"Ketua"laki-laki berkacamata membisikkan ke telinga wanita itu.

"Tempatkan dia di kelas A"dia dengan tenang melihat karakter utama dan meninggalkan tempat ini.

"(Wajah loe bikin jijik saja, apa-apaan tatapan polos itu bangsat!) "aku kesal melihat karakter utama.

   Aku melihat ke dua tanganku, "(maaf ya elios kau tetap berada di kelas yang sama) "kataku dalam hati.

  Akhirnya aku meninggalkan tempat penilaian dan melihat wanita yang tadi menungguku.

"Untukmu maaf!"dia memberikan perban kepadaku.

"Terima kasih"aku mengambil perban itu.

"Emilia grest ford "suara pelan dia dengan pipi agak merona.

"Elios serie .... Tunggu Emilia grest ford! "Aku menunjuk dia.

"Iya itu namaku"wanita itu dengan tatapan tenang melihatku.

   Emilia mendadak terkejut melihatku melotot dengan mengerikan, "(kau salah satu death flag ku!) "aku beteriak dengan penuh amarah.

"(Tatapan macam apa itu?) "emilia agak mundur karena melihat wajahku yang aneh.

Bersambung.

Why i'am side-kick karakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang