25 official

97 10 6
                                    

"dimana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"dimana?"

"makan, dimall milik chika, kenapa?"

"diam disitu"

Sambungan terputus. Taeyoung dengan gerak cepat ingin melajukan mobil nya.tapi seseorang menahan nya.

"youngtae! Aku ikut dengan mu!"

"palli!"

Bagaimana pun caranya, hari ini semua harus selesai.tiada hari esok.

Minhee mengambil alih setir mobil. Minhee lebih mendalami tentang mobil ketimbang taeyoung. Taeyoung saja hampir ingin terbang dibawanya.

"kau benar benar membunuh chika?" taeyoung memecahkan suasana. Hal yang tak ingin di dengar dan diingat harus kembali teringat lagi. Jelas minhee kesal karna hanya dengan orang mengucap nama chika. Minhee akan merasa sangat kacau.

"lupakan" taeyoung seakan tahu isi hati minhee. Hingga dia langsung mengubah topik nya.

"hyeongjun dimana?"

Mereka melupakan hyeongjun. Benar. Hyeongjun adalah anak yang paling peka. Taeyoung sudah menelfonya sedari tadi. Namun nihil.

"lalu? Kita tetap mencari woobin kan? " tanya minhee sesekali melirik taeyoung yang sedang mengotak atik ponsel nya.

"tentu saja, kata woobin juga, ia bersama jungmo"








"sial!" minhee menendang salah satu meja dan kursi restoran yang membuat minhee dan taeyoung pusat perhatian.

Mereka terlambat. Jungmo dan woobin sudah dibawa oleh pengawal ayah tiri mereka. Cepat atau lambat. Woobin dan jungmo akan menyusul serim, seongmin dan juga chika.

"bagaimana sekarang"

"tidur"

"apa kau gila?"

"ya kita cari taeyoung! Bagaimana bisa otak mu menanyakan hal seperti itu disaat seperti ini!"

Minhee keluar lebih dulu dan diikuti oleh taeyoung. Salah satu tempat yang kedua kali mereka pijak.

Rumah dalang tertinggi. Itu sebutan dari seongmin.

Minhee dan taeyoung masuk tanpa harus mengendap, bagaimana pun cara mereka mengendap. Mereka akan ketahuan. Rumah mavia. Bukan rumah sembarangan.

"appa!" minhee memanggil dengan suara lantang. Taeyoung pun ikut menanggil sampai akhirnya seseorang yang membuat mereka menderita selama 5 tahun itu muncul.

Bersamaan dengan hyeongjun, woobin dan jungmo yang tengah tak sadarkan diri dimesin penggiling.

"halo anak anak ku, bagaiaman hari ini?"

Minhee dan taeyoung lelah untuk menjawab sebuah pertanyaan konyol dan bodoh ini. Mereka berdua sedang berfikir. Bagaimana cara nya agar sahabat sahabat mereka tidak senasib lagi.

"baiklah, aku akan bertanya, jika kalian tidak menjawab–"

"– kalian juga akan sama seperti mereka" ayah tiri mereka ini sedang berada diatas minhee dan hyeongjun. Lebih tepat nya. Dilantai dua.

"cepat katakan!" taeyoung ingin sekali cepat cepat pulang. Ingin tidur. Selamanya kalau bisa. Dia lelah.

"jika salah satu dari kalian harus mati. Siapa yang kalian pilih hm?"

Sebuah mesin giling yang ditempati oleh hyeongjun, jungmo dan woobin menyala.

Sial. Pertanyaan yang sama.pertanyaan yang membuat kita semua menjadi psikopat seperti ini.

Taeyoung dan minhee memutar otak. Jangan sampai jawaban yang sama membuat mereka terjerumus ke masa yang sama.

"jika hyeongjun selamat. Apa dia sanggup membawa appa ke sebuah pengadilan? Jika jungmo dan woobin selamat. Apa mereka berdua akan terus bersama? Jika taeyoung selamat. Apa dia akan hidup? Jika aku selamat. Bagaimana dengan nasip sahabat sahabat ku?" pikir minhee.

Tidak ada air mata lagi kali ini. Hanya sebuah dendam. Kebingungan dan kekecewaan. Minhee menoleh kepada taeyoung.

Minhee takut keputusan ini akan salah. Tapi minhee yakin ini keputusan yang benar.

Minhee sesekali melirik sedikit demi sedikit untuk melihat keadaan. Tidak ada pengawal.

Hanya ada ayah, minhee,taeyoung,woobin,hyeongjun dan jungmo saja.

"aku"

Taeyoung menoleh. Minhee tidak menoleh sama sekali. Ia memberanikan diri nya.meyakinkan pada diri nya. Bahwa ini keputusan yang baik.

Minhee berjalan kearah ayah nya. Ayah nya menyambut minhee dengan senyum kemenangan.

Akhirnya, orang terkuat menjadi lemah. Bahkan kalah. Pikir ayah.

Setiba diatas, dihadapan sang ayah. Minhee menatap lekat iri biru mata sang ayah.

"kau siap untuk meninggalkan dunia kang?" sang ayah menyentuh kedua bahu minhee.

Sang ayah tertawa lepas dihadapan minhee. Taeyoung? Dia hanya tersungkur sesekali menangis dan menanggil nama minhee.

Minhee menghela nafas nya. Lalu berbalik untuk melihat taeyoung yang sudah sangat buruk. Kondisinya.

Setelah berbalik kembali. Minhee terus menatap iri biru ayah nya.

"kau yang harus siap pergi dari sini tuan park" bisik minhee

Erangan dari dua orang tersebut membuat taeyoung menungak kembali. Dan mendapatkan minhee yang tengah berdiri sembari memeluk ayah nya.

Taeyoung mematikan mesin penggiling buatan ayah nya. Dan semua selamat. Tapi. Tidak dengan–





































–ayah–

























–dan allen.































Official end
Chloe
[20 August 2020]
|about us|

{thanks for your vote!and enjoy my story!see you all in the next story!}

<3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

about us | CravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang