"Selamat ya sidangnya sudah selesai!"
"Akhirnya ya, Ho!"
"Kak Minho, selamat ya!"
Berbagai ucapan dan hadiah datang silih berganti untuk Minho yang baru saja menyelesaikan sidang skripsinya. Hari-hari tanpa tidur dan revisi akhirnya selesai juga. Maklum, dosen pembimbing dan penguji skripsi Minho termasuk dalam jejeran dosen killer yang membuatnya harus bekerja ekstra dan sabar.
"Ho?" Juyeon menyikut Minho.
"Apaan?"
"Itu, penggemar berat lo dateng," kata Juyeon sambil terkekeh.
Bola mata Minho berotasi. Penggemar berat yang dimaksud Juyeon adalah Han Jisung, adik tingkat Minho yang juga merupakan adik kelasnya saat duduk di bangku SMP dan SMA.
"Kak Minho, selamat ya akhirnya udah selesai skripsinya," kata Jisung saat berhasil menghampiri Minho. "Ini buat Kak Minho."
Sebuah rangkaian bunga dan bungkusan kado menjadi hadiah atas pencapaian Minho di akhir masa kuliahnya ini.
"Makasih ya, Jisung," balas Minho sambil tersenyum.
"Cieeeeeeeee! Tembak Ho, tembak!"
"Kapan jadiannya nih?"
"Kasian tuh Jisungnya nunggu mulu, pdkt kagak."
Candaan teman-teman Minho membuat suasana hati Minho yang semula bahagia menjadi sedikit terganggu. Ia tidak suka dengan candaan seperti itu. Di satu sisi, Jisung hanya diam saja dan terus menundukkan kepalanya.
Juyeon menyadari ekspresi tak suka dari Minho. "Eh udah udah candaannya jangan diterusin," tegur Juyeon pada teman-temannya.
"Ji, lo gak apa kan dicandain gitu?" tanya Juyeon.
Jisung menganggukkan kepalanya. "Santai aja, Kak."
"Lo gak balik, Ji? Ceritanya mau nungguin Minho nih?"
"Ah? Eh iya, aku balik sekarang ya, Kak. Kak Minho kayaknya lagi sibuk foto-foto, nanti bilangin ya kalau aku pergi," kata Jisung pada Juyeon.
Baru saja Jisung hendak melangkah, Juyeon lebih dulu menahan lengannya. "Gak mau foto sama Minho dulu?"
Jisung melirik Minho yang masih berpose dengan temannya. "Gak deh, Kak. Gak enak minta foto takutnya nanti Kak Minho keganggu."
"Oh, oke deh kalau gitu."
Fakta bahwa Minho adalah mantan ketua BEM membuatnya kebanjiran hadiah dari orang-orang yang mengenalnya. Semua bunga dan hadiah ia angkut ke bagasi mobilnya dibantu oleh Juyeon. Ketika dirasa tidak ada lagi yang datang, Minho mengajak Juyeon pulang.
"Yeon, tunggu bentar ya, gue udah nahan pipis dari tadi anjir," kata Minho lalu segera berlari menuju toilet.
Hiks ...
Isak tangis adalah hal pertama yang Minho dengar saat memasuki toilet. Awalnya ia pikir itu hantu, tetapi ternyata ada orang di salah satu bilik toilet yang sedang menangis.
"Gue gak punya kesempatan lagi, Lix."
"Iya, gue emang bego udah mendam rasa bertahun-tahun kayak gini dan sekarang kak Minho udah lulus."
Minho mengenalnya. Pemilik suara itu adalah Han Jisung.
Minho tidak terkejut lagi mengetahui fakta bahwa Jisung menaruh hati padanya. Satu hal yang tidak ia sangka adalah Jisung masih tetap bertahan meski Minho tidak membalas perasaannya.
Bahkan setelah delapan tahun berlalu.
Kriet.
Pintu terbuka memperlihatkan Jisung yang terlihat kacau. Wajahnya merah padam dengan kedua mata bengkak. Saat itu Minho sedang berada di depan wastafel mencuci tangannya. Jisung tidak mengeluarkan sepatah kata. Ia hanya menunduk sambil berpura-pura mencuci tangan di sebelah Minho. Maklum, di toilet ini hanya ada dua wastafel.
Merasa iba, Minho memperhatikan pantulan Jisung di cermin yang terus menunduk. Ia dapat melihat tetesan air mata jatuh ke bawah.
"Ji?" panggil Minho sambil menatap laki-laki di sampingnya.
Jisung tidak berani menatap Minho, ia tetap setia menundukkan wajahnya. "Iya, Kak?"
"Let's make a deal."
•••Haiiiii this is my first bxb story so it might be weird here and there, but I tried😂
Please support this story by giving some comments and votes, thank youuuuu so much💖
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCKET LIST (Discontinued)
FanfictionJisung hanya memiliki waktu beberapa minggu untuk menghabiskan waktu bersama Minho, sebelum ia benar-benar bertekad melupakannya. ⚠️Disclaimer: MOHON BACA WARNING DI PART AWAL⚠️