Zwei

509 83 13
                                        

Haiiiii! I'm back!
Jangan lupa spam comment dan vote yaaaa, thank youuu🌻

•••

"FELIX GUE HARUS NGAPAIN?!"

"Biasain aja bangsat emang lo mau ngapain sih?!"

"Cuma mau ngobrolin tentang perjanjian gue sama Kak Minho."

"Gak penting banget gitu doang lo nelpon gue. Gue matiin ya! Bye!"

"Fel?!"

Saat Jisung sedang misuh-misuh sendiri, tanpa sadar Minho sudah masuk ke dalam kafe. Karena posisi Jisung yang membelakangi pintu masuk, jadi ia tidak sadar sampai Minho menepuk pundak Jisung dari belakang.

Jisung menoleh sambil memasang raut wajah kesal. Awalnya ia pikir orang menepuk pundaknya adalah pelayan kafe yang terus menanyakan kapan Jisung akan memesan minum.

"Apasih Mbak?!"

"Eh?!" Minho menarik tangannya kembali karena terkejut dengan ekspresi dan nada bicara Jisung. Ia menoleh ke belakang siapa tahu memang ada mba-mba pelayan di belakangnya.

"Maaf, Kak, aku kira Kak Minho pelayan nyebelin yang tadi," kata Jisung jujur.

Minho hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kemudian ia duduk di hadapan Jisung. Dilihatnya penampilan laki-laki manis ini. Jisung memakai kaus putih lengan panjang, celana pendek berwarna hitam dengan sepatu berwarna senada, serta topi yang menutupi sebagian rambutnya.

"Kak?"

"Eh?" Minho tersadar dari lamunannya. "Oh ya, gimana? Katanya kamu mau rundingin ini dulu biar gue juga nyaman sama lo," kata Minho memulai pembicaraan.

Jisung mengangguk gemas. "Iya, aku udah buat bucket list yang aku mau lakukan sama Kak Minho. Kakak baca dulu deh ya?"

"Mana? Sini gue liat dulu." Minho menjulurkan tangannya untuk meminta catatan Jisung.

Jisung memberikan buku catatan kecilnya pada Minho. Saat Minho membaca daftar isinya, Jisung menjadi sangat gugup. Ia menggigit kuku ibu jarinya karena takut jika Minho tidak menyetujui hal yang tertulis di sana.

Beberapa menit berlalu, Minho masih berkutat dengan daftar Jisung. Ekspresi wajahnya terlihat seperti sedang menimang-nimang pilihan yang sulit. Padahal seingat Jisung, ia tidak menulis hal yang aneh-aneh.

"Deal, semua daftar yang ada di sini bisa gue lakuin bareng elo," ucapnya sambil menutup buku catatan milik Jisung.

"Beneran, Kak?"

Minho menganggukkan kepalanya. "Mau mulai yang mana dulu?"

Gercep amat buset, batin Jisung.

Jisung melihat kembali daftar miliknya. Seketika ia kebingungan karena tidak tahu harus melakukan yang mana. Jisung kembali ragu apakah harus melakukan hal ini atau tidak. Tetapi, rasanya sudah terlambat jika ingin mundur. Pasalnya, Minho sudah berada di depannya menunggu jawaban dari Jisung.

"Ji?" panggil Minho. "Gimana?"

"Umm ... anu ... aku bingung," jawab Jisung jujur. Ia menggigit bibir bawahnya sambil terus melihat bucket list miliknya.

Tanpa menunggu lagi, Minho segera bangkit berdiri dan menggandeng tangan Jisung untuk mengikutinya. Jisung tentu saja terkejut bukan main, baru kali ini tangannya di genggam begitu erat oleh Minho. Jantung Jisung rasanya ingin meledak sekarang.

Mereka berdua keluar dari kafe menuju parkiran. Sampai di depan mobil Minho, barulah ia melepaskan genggaman tangannya dengan Jisung.

"Lo bawa kendaraan sendiri?" tanya Minho.

BUCKET LIST (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang