2. PERTEMUAN (1)

2.2K 240 12
                                    

Happy Reading( ͡°❥ ͡°)

Rembulan nampak bersinar terang ditemani bintang-bintang yang bertaburan memenuhi sang langit malam. Angin sepoi-sepoi pun terasa menyejukkan sekali. Seorang perempuan dengan tinggi badan yang terbilang ideal tengah menatap langit malam di balkon kamarnya. Saat itu pula, pintu kamarnya terbuka menampilkan seorang laki-laki yang umurnya terpaut tiga tahun lebih tua darinya.

"Ngapain lo di situ? Awas setannya pada masuk, malam-malam gini nongkrong di balkon," ujar seorang cowok berkaos hitam dan celana pendek selutut.

"Iri bilang, Bang!"

"Ogah gue iri sama lo kayak nggak ada kerjaan aja," ujarnya sembari memutar bola mata malas.

"Keluar aja lo, Bang ganggu orang lagi ngehalu tau nggak, sih?!" Cewek yang notabene adik dari laki-laki itu mendelik tajam seperti seorang psychopath hendak menguliti mangsanya.

"Idih ngehalu mulu lo kerjaannya!"

"Bodoamat! Cha Eunwoo nggak bisa gue pacarin di dunia nyata maka di dunia halu pun jadi."

"Cyailah Cha Eunwoo sama gue perasaan gantengan gue."

"Secara gue ini gantengnya luar dalam. Alami pula," sombongnya.

"Lo mau keluar apa mau gue timpuk pakai sandal?!"

****

"Woi saudaranya Jarjit! Balikin pulpen gue, dasar maling pulpen!" teriak Ardan pada Janu, cowok berkulit sawo matang kegelapan yang merupakan teman sekelasnya.

"Yailah pinjem bentar doang, Dan. Pelit banget jadi orang," ujar Janu sembari fokus menyalin jawaban PR Ardan.

"Masalahnya lo bukan nyolong pulpen gue doang, tapi buku gue ikut jadi korban. Kasihan buku gue kena tangan lo yang kurapan jadi nggak suci lagi," balas Ardan dramatis sembari menatap prihatin pada buku bersampul coklat miliknya.

"Nggak usah pelit-pelit jadi orang, lagian lo juga nyontek jawabannya si Azka. Gue nggak percaya kalau ini jawaban lo sendiri. Secara otak lo minus banget!" ujar Janu sedikit ngegas.

"Eh, dasar dugong kurapan! Sekate-kate lo kalau ngomong, kayak lo pinter aja. Inget, Bro lo ngitungnya masih pakai jari kaki," ujar Ardan tidak terima. Dia menyipitkan matanya menatap Janu tajam plus dramatis.

Azka menghela napas dan memutar bola matanya malas mendengar dua orang yang sedang drama di pagi hari yang cerah ini. Lalu Awan, si cowok dingin itu asyik bermain mobile legends di ponsel canggihnya. Awan tidak akan pernah peduli pada keadaan di sekelilingnya. Mungkin jika di sekitarnya ada kebakaran pun dia akan tetap bersikap santai layaknya di pantai.

Hari ini anak-anak manusia itu datang lumayan pagi. Entah mereka yang terlalu pagi atau karena jam pelajaran yang molor. Ah bisa juga karena guru malas mengajar kelas mereka yang selalu berisik seperti pasar senen.

****

Berlari-lari kecil menuju toilet sekolah lalu tak sengaja menabrak cewek cantik bak bidadari kesleo. Sebuah keberuntungan besar bagi seorang Ardan Mahardika. Lumayan bisa modus sedikit.

"Eh, maaf nggak sengaja," ujar Ardan kalem.

"Shit! Kalau jalan pakai mata jangan pakai hidung. Orang segede gini lo tabrak! Lo kira gue patung pancoran apa main tabrak-tabrak aja?!" cicit cewek itu.

Lagi pms kali ya nih cewek. Ngegas banget ngomongnya, batin Ardan.

"Gue buru-buru kali nggak sempat lihat orang di sekeliling gue. Malahan gue lihatnya bidadari di depan gue sekarang," ujar Ardan sembari menaik turunkan alisnya menggoda. Namun, ia malah ditatap sinis.

ARDAN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang