15. RUANG MUSIK

586 106 4
                                    

Happy reading ( ͡°❥ ͡°)

Pagi-pagi sekali telinga suci Nia sudah mendengar hal yang membuatnya ingin muntah martabak seketika. Tahu tidak? Ia secara tak sengaja mendengar celotehan-celotehan sepasang manusia yang sedang pacaran. Jika Nia tebak mungkin usia pacarannya masih sekitar satu bulanan. Terbukti masih hangat-hangat bak martabak baru jadi.

Nia tahu lika-liku kehidupan orang berpacaran. Ia sering melihatnya di film-film. Jika pacaran di awal biasanya suka terlihat manis seperti gulali yang dijual di pasar malam.

Seperti saat ini. Di indra pendengaran yang Nia tangkap si cowok sedang menggombali si cewek.

"Senyum kamu kadar alkoholnya berapa persen, sih?" Si cowok mulai menggombal.

Bolehkah Nia muntah sekarang? Itu cowoknya tidak kreatif sekali wahai pemirsa. Nia tahu betul gombalan tersebut hasil menduplikat dari mbah google, mbah sesepuh yang paling Nia sayangi karena setiap ada tugas mbah google selalu membantunya tanpa pamrih. Aku padamu mbah google.

"Maksud kamu gimana?" Si cewek bertanya balik pada si cowok.

"Iya, habis senyum kamu memabukkanku," gombal si cowok lagi.

"Ah, masa, sih. Bisa aja kamu."

"Permisi jomblo numpang lewat," seru Nia melewati sepasang kekasih itu tepat di tengah-tengah mereka. Nia terlihat seperti nyamuk penganggu.

Saat ini kondisi koridor masih terbilang sepi dan ukuran koridor pun luas. Namun, dengan sengaja Nia menganggu dua manusia yang sedang kasmaran itu. Biarlah ia menjadi setan di antara pasangan baru netas tersebut.

Si cewek menatap tajam punggung Nia. "Heh lo kalau iri bilang! Ganggu aja!"

Nia tidak menengok dan tetap berjalan santai memandang langkah di depannya.

"Enak aja! Gue nggak pernah iri sama orang-orang kayak kalian. Gue cuma iri sama mereka yang rajin beribadah dengan tekun sedangkan gue belum bisa seperti mereka," ucap Nia ngawur. Gue ngomong apaan, sih? lanjutnya dalam hati.

Cowok dan cewek tadi memperhatikan punggung Nia yang terlihat semakin menjauh lalu hilang di belokan koridor.

Beberapa detik kemudian.

"Benar juga," ucap si cowok.

"Sholat yuk. Aku jadi imamnya kamu jadi mayitnya," lanjut si cowok. Tak lama kemudian wajahnya menjadi bonyok dan bengkak karena si cewek memukulnya tanpa ampun.

****

"Bener-bener tuh si dua kadal!"

"Tega banget sumpah, masa mereka nggak bangunin gue waktu bel pulang! Mana udah sepi banget lagi!"

"Semoga aja pak satpam belum nutup gerbangnya," monolog Nia sembari bergerak cepat keluar dari kelas.

Nia berjalan melewati lorong-lorong koridor. Ia memperhatikan keadaan sekelilingnya yang sudah terlihat sepi. Namun, pendengarannya malah menangkap alunan musik piano yang bersumber dari ruang musik.

Nia meneguk salivanya kasar. Ia berpikir sepertinya hari ini belum terlalu sore, tapi kenapa sudah ada setan yang muncul?

Dua kaki jenjangnya memang laknat sekali, sudah tahu jiwanya merasa ketakutan, tapi malah kakinya bergerak menuntun ke ruang musik. Dasar kaki tidak tahu diuntung!

Karena ada sedikit rasa penasaran di lubuk hatinya, akhirnya Nia pun membuka pintu ruang musik perlahan agar tidak menimbulkan bunyi. Jika ia buka keras-keras, ia hanya takut. Takut setannya jantungan terus mati untuk yang kedua kalinya. Nia juga tidak mau disalahkan atas matinya setan untuk yang kedua kalinya. Bisa-bisa ia dituntut. Tapi siapa yang mau menuntutnya? Ah, pusing ia memikirkan hal itu.

ARDAN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang