25. KEBAHAGIAAN ARDAN

637 112 4
                                    

Sudah vote? Kalau belum vote dulu yuk><

Tiga hari sudah berlalu. Kini Ardan sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Kondisinya semakin membaik saat Nia rajin menjenguknya. Saking bahagianya Ardan sampai lupa dengan rasa sakit yang ada dibeberapa bagian tubuhnya.

Seperti terkena sebuah sihir hari ini Ardan datang ke sekolah tepat waktu dengan seragam yang rapi, tidak urakan seperti biasanya. Ia memarkirkan motornya di parkiran lalu mulai melangkah menuju kelasnya. Semua pasang mata memperhatikan Ardan terheran-heran.

Seragam lengkap dengan dasi, rambut yang ditata rapi, dan tas yang disampirkan dibahu kanannya membuat para kaum hawa mimisan di tempat saat melihat makhluk tampan itu. Sambil berjalan, Ardan bersenandung kecil. Sesekali ia menyapa setiap orang yang dilewatinya.

Ardan bahagia. Ia sangat bahagia bisa kembali lagi ke sekolah. Ah, tapi bukan itu yang membuatnya merasa sangat bahagia, tapi hal sebenarnya yang membuatnya bahagia yaitu fakta tentang Nia yang sekarang sudah resmi menjadi kekasihnya. Kini hari-hari di sekolahnya akan terasa membahagiakan.

Cewek yang sedari tadi memenuhi pikirannya kini tengah berjalan berlawanan arah dengannya. Ardan tersenyum lebar saat melihat wajah cantik perempuan yang kini telah menjadi prioritasnya.

Nia menghampiri Ardan dan tersenyum.

"Sejak kapan lo jadi anak teladan?" tanyanya.

"Sejak pacaran sama lo," balas Ardan seraya mengacak gemas pucuk kepala Nia membuat cewek itu mengerucutkan bibirnya.

Nia beralih menatap sekitar. Seakan sadar dengan hawa aneh yang baru saja tercipta, Nia berbisik pada Ardan.

"Kok gue ngerasa nyawa gue terancam, ya."

Semua kaum hawa baik adik kelas, teman seangkatan maupun kakak kelas yang merupakan Ardan lovers menatap Nia tak suka. Mereka memelototi Nia tajam membuat sang empu meneguk ludah kasar.

Gini amat, sih pacaran sama most wanted, batin Nia dalam hati.

Ardan mendekatkan bibirnya ditelinga Nia lalu balas berbisik, "Resiko punya pacar ganteng."

Ardan tertawa keras hingga menular pada orang-orang di sekitarnya. Mereka tidak tahu alasan Ardan tertawa. Namun, saat melihat Ardan seperti itu mereka tak sanggup untuk tidak tertular oleh virus tawanya.

"BEBEB ARDAN!" teriak Lola yang berada tak jauh dari Ardan berdiri sekarang.

"Mampus. Musibah mulai berdatangan," ujar Ardan lalu dengan segera ia menarik Nia agar mengikutinya berlari.

Dari samping, Nia dapat menyaksikan wajah Ardan yang sedang berlari. Nia melirik sekilas pada tangannya yang digenggam Ardan. Tanpa sadar, Nia tersenyum. Mungkin memang benar jika cinta akan ada karena terbiasa. Sekarang dapat dikatakan jika ia memang sudah benar-benar jatuh hati pada makhluk yang selalu ia panggil 'buaya selokan' itu.

Karena rasa nyaman, cinta dapat tumbuh secepat ini. Nia tak menyangka jika dirinya sudah benar-benar bisa melupakan Elvan dihatinya. Tapi Nia bersyukur dengan hadirnya Ardan dihidupnya. Ia jadi dapat melupakan cowok yang sama sekali tak menyukainya.

Bukan berniat menjadikan pelarian semata, tetapi hanya berniat menjadikan Ardan sebagai tempat ia bersinggah. Tempat singgah yang berfungi selamanya.

Lagi-lagi Ardan membawanya ke rooftop. Napas mereka tidak beraturan. Namun, sedetik kemudian, mereka saling memandang lalu tertawa. Tawa mereka memenuhi suasana rooftop di pagi hari.

Ardan mengajak Nia duduk. "Gue bahagia banget. Bangettt. Bangettttt.".

"Lebay, ih." Nia menampol pelan bahu Ardan.

ARDAN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang