Happy reading( ͡°❥ ͡°)
Pelajaran olahraga adalah pelajaran yang banyak disukai oleh kebanyakan murid. Selain karena bebas dari ruang tertutup, jam olahraga juga bisa digunakan untuk berpamer otot-otot perut sixpack oleh kebanyakan anak laki-laki.
Seperti Ardan saat ini. Dia melirik-lirik ke lantai dua, kelasnya Nia. Tepat seperti dugaannya. Cewek itu sering sekali menatap lapangan guna mengurangi rasa bosan yang melanda saat guru mengajar. Hal tersebut dimanfaatkan Ardan sekarang. Dia membuka kaos hitam yang dipakainya lalu melemparkannya ke sembarang arah.
Saat ini Ardan sedang ikut bermain basket bersama Awan dan teman-temannya yang lain. Walaupun dia bukan anak basket, tetapi sedikit-sedikit ia bisa bermain dengan benda orange itu.
"Gimana Nia lihatin gue nggak dari atas?" tanya Ardan pada Azka dengan suara pelan layaknya orang yang sedang berbisik.
Azka mendongak ke lantai dua. Benar saja. Nia sedang menatap ke arah lapangan. Namun, tatapannya tidak tertuju pada Ardan. Berbeda dengan kaum hawa yang lainnya. Para kaum hawa lain yang menyaksikan perut bak roti sobek milik Ardan sudah berteriak histeris bahkan ada yang sampai mengabadikan momen tersebut diponselnya tak jarang juga ada yang sampai melakukan siaran langsung di instagram.
"Nggak. Dia lihatin lapangan bukan lihatin lo."
"Emangnya lapangan lebih menarik dari gue?"
Sementara di sisi lain, Nia sangat bosan saat pelajaran sedang berlangsung. Lagi-lagi pelajaran yang tidak ia sukai, Kimia. Pelajaran yang berhubungan dengan senyawa-senyawa yang Nia tak paham. Ia pahamnya jika seorang manusia bisa hidup saat mereka mempunyai nyawa. Tetapi entah kenapa, Nia selalu heran sendiri ketika senyawa yang dipelajarinya bukan senyawa yang menentukan hidup dan mati pada manusia.
Sesekali ia menatap pemandangan lapangan yang sedang diisi oleh kelas XI-IPS 5. Sepasang matanya memperhatikan murid-murid kelas tersebut. Ah tidak ada yang menarik! Meskipun katanya tiga A kumpulan cowok most wanted sekolah berada di kelas tersebut tetapi tetap saja ia tidak tertarik.
Nia menguap sebentar lalu mengangkat satu tangannya menunjuk atap membuat semua teman sekelasnya menatap heran sekaligus terkejut. "Pak!"
"Ya Nia. Silakan kamu maju ke depan," ucap Pak Ar, guru kimia yang sedang mengajar saat ini. Nama aslinya Alfres Robert. Namun, karena para murid tidak tahu diuntungnya itu sulit menyebutkan nama tersebut maka mereka dengan mudahnya menyingkat menjadi Pak Ar.
Sebelumnya tadi saat Nia melamun, Pak Ar sedang bertanya pada populasi yang berada di kelas ini perihal soal yang ia tulis di depan. Soal tersebut sedikit sulit hingga Rain, murid terpintar di kelas itu saja sedikit kesulitan. Namun, entah sebuah mukjizat atau apa Nia si cewek biasa-biasa dengan otak pas-pasan itu menunjuk atap dan membuat seisi kelas keheranan. Bahkan Feli sampai menatapnya tidak berkedip.
Nia celingak-celinguk. Ia heran dengan penuturan Pak Ar dan wajah cengo semua temannya di kelas. Ia menatap Pak Ar kemudian maju ke depan. Sesampainya di depan guru laki-laki itu memberikan Nia spidol, tetapi tidak ia terima .
"Pak saya bukan mau ngerjain soal itu," ucap Nia sembari menunjuk soal yang tertulis di whiteboard.
"Terus?"
"Saya mau ke toilet."
Satu kelas kompak menepuk jidat membuat Nia cengengesan sendiri. Apakah mereka mengira Nia akan mengerjakan tentang heptana dan pentana itu? Oh tentu saja ia bisa sekali. Dengan cara tukar otak dengan Pak Ar dulu maksudnya.
"Mau ngapain?" tanya Pak Ar membuat Nia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Nia berpikir sejenak. "Mau ke Jepang ketemu doraemon terus pinjam pintu kemana saja buat ke Korea ketemu oppa Cha Eunwoo terus kalau udah selesai baru mau buang air kecil numpang di toilet hotel," jawab Nia secepat kilat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDAN [TAMAT]
Teen FictionMenceritakan tentang Ardan Mahardika, salah satu cowok most wanted SMA Garuda yang dikenal dengan julukan playboy cap badak. Menggombal dan tertawa receh adalah kegiatan sehari-harinya. Hingga suatu ketika, Ardan bertemu dengan cewek bar-bar yang ha...