Happy reading ( ͡°❥ ͡°)
Malam-malam hujan disertai angin begini enaknya telepon gebetan. Untung saja Ardan tidak titip rindu pada angin, bisa-bisa sebelum rindunya tersampaikan sudah ada angin puting beliung duluan. Kenapa ada angin puting beliung? Jawabannya karena rindu yang Ardan rasakan untuk Nia itu besar sekali hingga angin saja tidak mampu menahannya dan terjadilah puting beliung. Hal tersebut adalah dampaknya wahai para pembaca.
Kebanyakan remaja saat hujan turun digunakan untuk memikirkan kenangan bersama mantan tapi hal itu berbeda dengan Ardan. Dalam kamus hidupnya tidak ada kata mantan. Yang ada hanya kata mendiang, soalnya dulu pernah hidup rasa cinta dan kini sudah mati tertimbun bersama kenangan.
Mantan? Kata apakah itu wahai manusia? Apakah sejenis makanan? Atau merk pakaian wanita? Ardan ngakak melihat kalimat tersebut saat membuka salah satu story whatsapp.
Hujan-hujan kok ingat mantan!? Mending teleponan sama gebetan, kan kesannya jadi wow gitu, batinnya.
Ardan berkutat dengan ponselnya lalu berujung mencari nama kontak seseorang. Untung saja kemarin Azka berhasil mendapatkan nomor Nia jadi ia tak perlu susah payah bertanya pada siapapun. Entah cara apa yang Azka gunakan untuk mendapatkan nomor cewek itu yang jelas Ardan tidak terlalu peduli dengan caranya.
Tanpa berlama-lama, ia memanggil kontak dengan nama 'My Lope'. Kontak itu spesial baginya. Tapi mungkin Ardan akan merahasiakannya dari Nia agar ponselnya selamat dunia akhirat.
Beberapa saat kemudian panggilan terhubung. Terdengar suara cewek di seberang sana.
****
Hujan deras ditemani segudang cemilan dan coklat hangat tak lupa juga drama Korea yang menambah kesan membahagiakan bagi Nia. Inilah nikmat duniawi.
Perempuan itu banyak menghamburkan tisu dan kulit snack di sekitarnya. Sesekali ia mengusap air matanya lalu turun ke ingusnya. Terkadang pula ia akan tertawa sendiri seperti orang gila.
Namun, drama yang ditontonnya saat ini sangat memilukan sekali sehingga banyak mengandung bawang. Ah Nia tak sanggup. Lagi-lagi air matanya mengalir deras. Ia mengambil tisu lagi kemudian membuangnya asal.
"Andwae! Ahjussi!" teriak Nia saat melihat adegan si goblin berubah menjadi debu dan si cewek menangis histeris. Jadinya ia terbawa suasana kemudian ikut menangis tersedu-sedu. Rasanya sedih sekali ketika adegan itu terjadi, seperti saat ia mengejar-ngejar Elvan. Namun, tak kunjung ia dapatkan sampai sekarang.
(Tidak! Paman!)
Kedua matanya terlihat memerah sekarang. Katakan ia cengeng sekarang karena jika sudah berurusan dengan drakor maka akan berakhir seperti ini.
Nia menarik ingus layaknya anak kecil yang belum bisa membersihkan ingusnya sendiri. Kemudian ia menolehkan kepalanya pada benda pipih yang bergetar di meja nakas. Ia mengambil benda itu lalu mengamati nomor yang menelponnya sekarang. Tidak dikenal. Nomor tersebut asing dan tidak terdapat dibarisan kontaknya.
Tanpa ragu Nia menjawab telepon tersebut, setelahnya terdengar suara deheman seseorang. Sepertinya ia kenal suara itu.
"Halo?"
"Hello sweety," ucap seseorang di seberang sana dengan suara yang sedikit dikecilkan.
"Nggak usah dikecilin suara lo bego! Gue tau itu lo." Nia mulai kesal. Ia paham betul siapa seseorang yang berada di seberang telepon saat ini.
Orang itu terdengar terbatuk-batuk. Setelahnya berdehem lagi.
"Gue mau ketemu."
"Ngapain?" Nia sedikit heran pasalnya sekarang keadaan di luar sedang hujan deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDAN [TAMAT]
Teen FictionMenceritakan tentang Ardan Mahardika, salah satu cowok most wanted SMA Garuda yang dikenal dengan julukan playboy cap badak. Menggombal dan tertawa receh adalah kegiatan sehari-harinya. Hingga suatu ketika, Ardan bertemu dengan cewek bar-bar yang ha...