Happy reading ( ͡°❥ ͡°)
Pagi ini matahari bersinar cerah ditemani burung-burung yang beterbangan ke sana ke mari, seperti sedang menikmati pagi. Dilihatnya lapangan SMA Garuda yang penuh dengan anak kelas XI-IPS 3, kelas seorang Elvan Adhlino.
Kelas yang ditempati Nia saat ini berada di lantai dua. Ia dapat melihat dengan jelas pemandangan yang menampilkan sosok Elvan di lapangan yang sedang melakukan pemanasan. Beruntung ia duduk tepat di samping jendela jadi sepasang matanya dapat menangkap pemandangan indah seorang cowok yang sedang mengikuti pemanasan dengan tidak serius itu.
"Uh, ganteng banget! Pengen gue kantongin," gumam Nia seraya menumpukan satu tangannya pada dagu.
"Siapa yang ganteng?" tanya Lani yang tiba-tiba berbalik dari duduknya. Dia duduk di bangku depan Nia.
"Elvan, lah masa Mang Ujang," ujar Nia.
Feli yang sedang bermain dengan sosmednya pun menoleh pada Nia. Ia ingat ada hal yang harus ia tanyakan karena jiwa penasarannya muncul kembali.
"Ni," panggil Feli pada Nia membuat cewek yang sedang menatap jendela itu menatapnya bingung.
Nia menautkan kedua alisnya sembari memandang Feli dengan tatapan seolah-olah berkata 'apa?'
"Motor hijau di rumah lo kemarin ...."
"Kok kayaknya gue kenal, deh." Feli sedikit berpikir mengingat siapa agaknya pemilik motor itu. Ia merasa tidak asing.
"Oh, itu si buaya selokan."
"Hah?"
"Si Ardan," jawab Nia santai.
"What! Demi apa?!" Feli berteriak keras dan menggebrak meja membuat seisi kelas menatapnya tajam. Untung saja kelas saat ini dalam kondisi free jadi tidak akan ada guru yang menegurnya.
Makhluk lemot di depan Nia mengusap-usap telinganya lalu menatap Feli kesal. "Ih, Fefel bisa nggak, sih nggak usah teriak-teriak! Telinga gue mau jebol tau!"
Feli mengabaikan Lani, ia menatap Nia dengan tatapan menyelidik. "Ngapain si Ardan cogan sekolah ke rumah lo?"
"Nggak tau orang dia banyak ngobrol sama Bunda. Gue males ngeladenin cowok kayak gitu, kerjaannya gombal terus mana gombalannya receh banget," ucap Nia. Ia menguap sebentar lalu kembali menatap lapangan tempat Elvan sedang berolahraga.
"Oh my God. Jangan-jangan ...."
Lani yang sedang connect dan merasa penasaran pun bertanya, "Jangan-jangan apa?"
"Jangan-jangan Ardan naksir Bunda Hani," jawab Feli sembari tertawa keras.
****
Menyamakan langkah kaki seorang cowok itu susah, sebab rata-rata anak cowok pasti punya tubuh yang tinggi dan tegap. Meskipun Nia memiliki tubuh yang terbilang ideal, tapi tetap saja ia tak bisa menyamakan langkah kakinya dengan cowok yang sedari tadi ia buntuti ini.
Cowok dengan kaos hitam dan kemeja SMA yang ia sampirkan di bahunya itu memutar bola mata malas. Ingin sekali ia melempar Nia ke planet pluto.
"Berhenti ngikutin gue!" ketus Elvan.
"Nggak mau!" balas Nia keras kepala.
Elvan berdecak. Ia melebarkan langkah kakinya menjauh. Sedangkan Nia tidak menyerah mengikutinya. Pokoknya di sana ada Elvan di sana juga harus ada Nia.
Nia mengikuti Elvan dan berakhir berada di rooftop. Ah, agaknya rooftop adalah tempat yang istimewa bagi siswa dan siswi di sekolah manapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDAN [TAMAT]
Teen FictionMenceritakan tentang Ardan Mahardika, salah satu cowok most wanted SMA Garuda yang dikenal dengan julukan playboy cap badak. Menggombal dan tertawa receh adalah kegiatan sehari-harinya. Hingga suatu ketika, Ardan bertemu dengan cewek bar-bar yang ha...