3. PERTEMUAN (2)

1.7K 200 26
                                    

Happy reading( ͡°❥ ͡°)

Napas ngos-ngosan, rambut acak-acakkan, dan seragam SMA yang sudah seperti kain lusuh tidak terpakai seratus abad. Ardan baru saja meninggalkan motor ninjanya di warung belakang sekolah. Gerbang depan sudah ditutup oleh pak satpam sebab bel masuk sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu.

Ardan mengumpat dalam hati. Andai saja ia tidak begadang streaming MV blackpink tadi malam mungkin ia tidak akan terlambat. Beruntung ia dapat memanjat gerbang belakang sekolah, coba kalau tidak? Bisa menjadi pengamen berseragam dadakan dirinya.

Ardan mengatur napasnya lalu mengalihkan pandangannya ke gerbang depan. Saat ini Ardan sudah berada di lorong koridor. Namun, ia tidak segera masuk ke kelasnya. Di gerbang depan tidak ada pak satpam, tetapi terlihat seorang cewek dengan muka leceknya berdiri di sana. Ardan menyipitkan matanya untuk mengamati cewek itu.

"Kayak pernah lihat tuh cewek. Oh iya cewek lemes kemaren," gumamnya menerka-nerka.

"Tapi mana pak satpamnya? Masa iya pagi-pagi gini si Bapak kumis lagi berak. Gue tolongin nggak ya makhluk yang disebut cewek itu?

"Tolongin ajalah kasian mulus-mulus gitu nanti gosong kulitnya."

Ardan mendekati cewek itu, tetapi yang didapatinya hanya raut wajah bingung. Bagaimana tidak bingung jika melihat murid jam segini yang berada di kawasan sekolah tapi tidak masuk ke kelas di saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung?

"Woy lo telat juga?" tanyanya dari arah gerbang luar.

"Kalau gue nggak telat udah dari tadi bobo ganteng di kelas," jawab Ardan.

"Oh, gitu, bukain dong gerbangnya. Gue jadi ikan asin di sini."

"Eitsss ... kenalan dulu dong. Kita dari kemarin belum kenalan," ujar Ardan membuat cewek itu memutar bola matanya malas.

Dengan terpaksa Nia memperkenalkan dirinya menggunakan nada yang sangat tidak ikhlas. "Gue Antania Laras Fahlefi, panggil aja Nia."

"Gue panggil sayang aja, deh." Ardan tertawa menanggapi ucapannya sendiri membuat Nia menatapnya sinis.

Nia berdecak sebal melihat cowok tidak waras seperti Ardan. Hari ini benar-benar hari yang sial baginya.

"Gue Ardan Mahardika, cowok paling ganteng seantero sekolah. Tentunya ganteng natural dari produk berkualitas bukan abal-abal."

"Iya-iya Ardan yang gwantengnya natural, bukain dong gerbangnya," ujar Nia terpaksa. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali dan berhasil membuatnya terlihat imut.

"Tanpa lo imut-imutin gitu pasti Babang Ardan bantuin. Secara Babang Ardan ini terkenal rendah hati, murah senyum, suka menabung, rajin belajar, dan ramah pada sesama kaum manusia." Ardan menunjukkan kelebihan-kelebihannya sembari menghitung sifat baiknya dengan jari-jari panjangnya.

"Yaudah cepetan bukain. Lo ambil kuncinya tuh di tempatnya pak satpam mumpung nggak ada orangnya," pinta Nia pada Ardan. Dia tidak suka berbasa-basi.

Ardan menolehkan kepalanya pada tempat yang ditunjuk Nia. Kaki panjangnya melangkah mengambil kunci. Kesempatan bagus mumpung pak satpamnya sedang tidak ada pikirnya. Kemudian Ardan segera membuka gembok gerbang lalu melempar asal kunci tadi ke tempatnya semula. Ia segera menarik tangan mulus Nia, mengajaknya berlari kencang karena ia menyadari kehadiran pak satpam yang sedang menuju ke arahnya.

ARDAN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang