“Ssh— sebenarnya.. Jaemin.. eoh.. bukan Heejin kan yang mengubahmu jadi manusia?” tanya Haechan, Jaemin mendongak menatap ke arahnya.
Haechan diam, menatap mata kawannya.
“Benar! Tanpa kamu jawab saja aku sudah tahu. Itu bukan Heejin, 'kan?” Jaemin enggan menjawab, hanya menyunggingkan senyum miring di wajahnya.
“Haechan-ah.. jauh sebelum hari ini, aku pernah berubah jadi manusia..” jelas Jaemin, Haechan terkejut sampai dia mengeluarkan suara yang cukup keras hingga menarik perhatian hampir seluruh isi cafe.
“Ne????!!!”
“Sepertinya.. tahun lalu? Aku lupa kapan tepatnya. Hari itu, aku berubah karena Heejin.”
Haechan seperti mengingat-ingat sesuatu.
“Tunggu.. tunggu.. apa maksudmu.. kenalan yang kamu ceritakan padaku dan Renjun beberapa waktu lalu...? Yang berubah kembali menjadi kucing...itu kamu?!!?!” tanya Haechan, Jaemin tersenyum tipis lalu mengangguk.
“Omo! Jadi benar, 'kan? Saat ini bukan Heejin yang merubahmu..? Lalu.. Renjun, benar?”
Jaemin tertawa pelan.
“Apa aku terlalu kelihatan?”
Haechan mengangguk-anggukkan kepalanya kuat. Respon itu membuat Jaemin tertawa kembali, menertawakan dirinya yang tidak pandai menyembunyikan perasaan.
“Sejak kapan kamu menyukai Renjun?” tanya Haechan, “Hmm.. sejak kita bertemu dengannya pertama kali.”
Keduanya lalu mengingat saat-saat Renjun mengejar kupu-kupu hingga hampir terjatuh dari balkon apartemen Jeno. Saat itu Jaemin sedang ada di rumah Haechan, lalu mereka mendengar suara Renjun menangis.
