بسم الله الر حمن الر حيم
“
Bagaimana bisa aku
mengenal orang lain di saat
aku sulit untuk
akrab dengan diriku sendiri?☔
Kaki itu terus berlari, membayangkan ada seseorang yang tengah mengejarnya. Amarah bergelora dalam dadanya. Ia tidak peduli kemana kakinya membawanya pergi. Ia ingin berlari dan menenangkan dirinya. Di mana pun itu asal ia sendiri.
Derasnya hujan tidak bisa menghentikannya. Wafiq menembus tirai hujan. Air yang mengguyur bumi tidak akan pernah bisa membuat ia mengurungkan niat untuk pergi dari sekolah.
Sesekali Wafiq menyeka air hujan yang nyaris memasuki matanya meski hal yang dilakukannya tersebut adalah percuma. Air hujan selalu menghiasi bulu matanya.
Marah, sedih, kecewa, bersatu padu entah karena alasan apa. Semuanya tidak jelas bagi Wafiq. Jika dipikir kembali, Syaira tidak bersikap buruk padanya. Syaira hanya ingin membantu, tapi mengapa ia bersikap sekasar itu? Apa yang mendorongnya melakukan hal yang tidak terpuji itu?
Suara teriakan orang-orang yang melihatnya bagaikan ditelan suara ribuan rintik hujan yang sukarela membasahi bumi. Ia tetap berlari keluar sekolah. Entah kemana tujuannya.
Hujan.
Banyak orang menyukainya, tapi tidak sedikit yang mengeluh akan kehadirannya. Tapi, bagi Wafiq hujan adalah pelarian. Di balik hujan, ada sesuatu yang tidak tersibak. Patahnya hati ada di dalam hujan. Entah apa masalah hujan pada Wafiq. Setiap kali diri ini tidak merasa nyaman dengan dunia, hujan selalu datang dan menjadi latar tempatnya.
Gigi Wafiq mulai bergemeletuk. Dinginnya hujan mulai menusuk ke pori-pori sampai ke tulang. Tapi, hipotermia yang mungkin akan dirasakan tidak akan bisa mencegah langkah Wafiq. Hanya rasa lelah yang dapat menghentikan semuanya.
Skala hatinya menunjuk ke arah sebuah danau yang dilingkupi dengan pepohonan hijau, danau yang sama dengan tempat yang menjadi mood boosternya. Kakinya mengikuti arah kemana hati ingin melangkah. Ia menyeret diri ke sana, tempat yang sepi meski di sisi jalan. Mungkinkah hatinya akan tenang di sana?
Wafiq berhenti. Matanya menatap luas di atas permukaan danau yang menimbulkan efek berbeda dari biasanya. Air hujan ikut bergabung bersama air danau di sana.
Wafiq terduduk di atas rumput hijau. Sebuah pohon pinus dengan baiknya menanungi tubuhnya dari air hujan. Wafiq mengusap wajahnya yang telah basah. Netranya tertancap pada danau yang entah mengapa bisa menyihirnya untuk berhenti melangkah dan menjauh. Ia bersandar di pohon pinus itu.
☔
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu menginterupsi. Spontan, tangan yang bergerak lihai mengeringkan rambut dengan handuk pun akhirnya terhenti. Handur biru langit tersebut dilempar ke arah kasur meski pada akhirnya luruh di lantai.
"Ada apa, Bi?" Zayid bertanya langsung pada intinya saat Tuti—asisten rumah tangganya, berada tepat di depan kamarnya.
"Nganu, Den. Itu ada telpon untuk Aden. Katanya dari sekolah Non Afiq," lapor Tuti.
"Ya udah, makasih ya, Bi." Seulas senyum menjadi penutup kalimat Zayid.
Ada apa kiranya yang menjadi alasan sekolah Wafiq menelpon? Apa terjadi sesuatu pada Wafiq?
![](https://img.wattpad.com/cover/232427982-288-k300560.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember [Rampung] ✅
Teen FictionREMEMBER [Teenfiction] "Sadar atau tidak, penyakitmulah yang telah membuat kita menjadi layaknya kakak adik sesungguhnya ...." -Zayid Karima *** Ini bukan kisah perjodohan ataupun cinta dalam diam yang berakhir bahagia, tapi ini adalah kisah seoran...