بسم الله الرحمن الرحيم
“
Di saat seperti inilah aku
berharap telingaku tuli akan
sebuah fakta
”☔
Bukahkah ini buku nikah?
"Ini kalo kamu mau bukti siapa aku." Wanita di samping Ayas menyodorkan buku kecil itu tepat ke arah Zayid.
Ingin sekali rasanya Zayid menolak. Bolehkah ia berlaku seperti pengecut saja? Setidaknya lari dari masalah dan fakta yang mungkin menyakitkan itu lebih baik dibandingkan dengan menghadapinya menggunakan hati yang siap hancur.
Dengan tangan yang tidak kuat menahan gemetar, Zayid meraih benda itu. Ia hanya takut sakit hati, tapi itu mustahil, 'kan? Ini semua pembohongan yang menggunakan nama bunda, 'kan?
"Bagaimana pun Aretha hanya perebut suami orang lain. Gak akan pernah merubah fakta sekecil apa pun."
Tanpa mengacuhkan ocehan Ayas, Zayid membuka buku nikah itu, memastikan jika ia yang benar. Zayid tidak akan salah.
Deg!
"Ayah ...."
Seketika hati Zayid remuk ketika netranya terkunci pada salah satu foto di buku tersebut. Hatinya kian memanas saat ada sebuah tahun yang tercatat pada buku tetsebut.
Zayid menggeleng cepat, menolak fakta yang disuguhkan oleh buku tersebut. Kenapa rasanya sesakit ini ketika mengetahui sebuah kejujuran? Tidak mungkin jika ucapan Ayas tentang Aretha benar. Tidak mungkin Aretha adalah wanita perebut suami orang lain. Tidak mungkin Zayid hanya anak tiri Aretha. Sesibuk apa pun, Aretha tidak pernah membedakan antara Zayid dan Wafiq. Aretha mencintai Zayid layaknya Aretha mencintai Wafiq. Sungguh sulit diterima.
"Saat itu, kamu baru berusia 6 bulan. Di suatu malam, Bunda harus meninggalkan kamu karena Bunda yakin jika kam—"
"Stop!" seru Zayid, memotong ucapan wanita itu. Ia menatap wanita itu dengan penuh kekecewaan, mencerminkan rasa sakit, kecewa, dan marah.
"Jika Anda memang benar-benar ibu saya, kenapa Anda pergi? Tanggal yang tertulis di buku ini adalah 2 tahun sebelum pernikahan bunda dan ayah. Apa yang sebenarnya terjadi?" lirih Zayid. Bagaimana caranya ia tidak kecewa dengan fakta ini? Jadi, seperti ini rasanya sakit hati.
Alih-alih menjawab, wanita itu menunduk, lemah. Zayid kembali menggeleng. Ia tidak akan percaya. Bagaimana mungkin semuanya terjadi? Rasanya ingin meremas buku nikah ini yang terasa ambigu.
"Mas Azran menikah lagi dengan Aretha, cinta pertamanya meski sudah menikah dengan ibu lo, Sahayla Shiruna. Apa yang harus lo bela dari wanita kayak gitu? Wanita yang selama ini lo panggil dengan sebutan 'bunda' justru adalah wanita yang udah ngehancurin kehidupan yang seharusnya jadi milik lo. Ini bukan takdir lo, Zae. Wanita itu bahkan hanya berpura-pura sayang sama lo."
Zayid terus menggeleng, menolak segala tuduhan Ayas. Untuk saat ini, ia mati rasa. Ia hanya bisa menggeleng untuk menolak semuanya dengan sekuat tenaga meski tidak akan ada yang berubah. Zayid hanya tidak ingin menerima fakta rumit yang dibicarakan oleh Ayas. Ia tidak ingin terlibat karena itu rasanya mustahil.
Ketika Ayla memeluk putranya dengan rasa haru, tubuh Zayid terlalu kaku untuk menolak. Apakah benar yang dikatakan oleh Ayla dan Ayas tentang Aretha? Rahasia macam apa ini?
"Nggak! Nggak mungkin bunda bohong sama aku! Dia begitu sayang sama aku dan Wafiq. Dia bunda aku, Bibi," bantah Zayid, melerai pelukan ibunya yang melingkar hangat di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember [Rampung] ✅
Fiksi RemajaREMEMBER [Teenfiction] "Sadar atau tidak, penyakitmulah yang telah membuat kita menjadi layaknya kakak adik sesungguhnya ...." -Zayid Karima *** Ini bukan kisah perjodohan ataupun cinta dalam diam yang berakhir bahagia, tapi ini adalah kisah seoran...