[37] Kehidupan Baru☔

60 16 17
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم


Di lembaran baru sebuah buku
pastilah ada jejak tulis dari
lembaran sebelumnya

     Pagi itu, cahaya marahari tidak seterang biasanya. Sinar syam mampu menembus hingga ke celah ventilasi jendela dengan bebas. Kicauan burung semakin mensyahdukan dan menbuai hingga ke titik nadir. Lelaki berusia 26 tahun itu tersenyum damai dengan pemandangan langka pagi ini. Ia bahagia untuk memulai hari ini.

Dengan langkah kalemnya, ia berjalan menuruni undakan tangga yang membawanya ke lantai satu. Ia mengayun langkah menuju ruangan dengan senyum merekah indah di wajah tampannya layaknya bunga mawar yang mekar.

"Morning, Bunda, Bibi." Lelaki yang gagah dengan jas hitam legam itu duduk di salah satu kursi di meja makan ini.

Dua wanita yang umurnya tidak terpaut jauh itu ikut tersenyum dengan berserinya lelaki itu di pagi ini. Mereka turut senang tentunya.

"Morning, Zae. How are you today?" tanya wanita berhijab berwarna mahogany itu, menyapa sang Anak dengan senyum terbaiknya.

"Come on, Bunda! Ini masih terlalu pagi buat nanyain kabarku hari ini."

Mereka tertawa kecil bersama dengan celetukan lelaki itu. Sepagi ini mereka sudah dibuat terkekeh dengan ucapan lelaki itu yang tidak terasa telah begitu dewasa untuk dimanja.

"Zayid, hari pertama lo di Indonesia, lo cuma berkebun. Hari kedua, lo cuma olahraga. Sekarang hari ketiga. Lo mau apa di sini? Ayolah! Waktu terlalu berharga cuma dihabisin buat sekedar pekerjaan sehari-hari. Setelah lulus dari Stanford, lo tinggal di sana buat sementara dan sekarang lo udah di Indo. Jadi, gunain gitu buat jalan-jalan," oceh wanita berhijab lain yang tangannya lincah menggerakan pisau meja untuk mengiris daging tanderloin yang menjadi teman sarapan.

"Bi Ayas, makan steak sepagi ini itu serasa kurang pas gitu. Makan oatmilk kek atau salad. Itu kayaknya lebih pas," protes lelaki itu dan apa yang terjadi? Lelaki itu langsung mengaduh kesakitan ketika telinganya dijewer begitu saja oleh bibinya.

"Sakit tahu!" Lelaki itu mengusap telinganya yang sekarang pasti memerah.

"Rasain!" balas bibinya dengan tiada belas kasih.

"Ayas, Zayid, udah sarapannya yang damai," lerai Ayla dengan senyum hangat, membujuk keduanya agar diam saat makan.

"Aku harus pergi dulu. Cassandra pasti udah nunggu di cafe." Zayid sudah siap pergi untuk menemui Cassandra White, seorang gadis asal Slovakia yang memiliki garis keturunan Prancis dan Indonesia itu. Bisa-bisa Zayid bonyok karena telah membuat gadis itu lama menunggu.

"Lho? Kenapa gak Cassie aja yang diajak ke sini?" tanya Ayla sambil melahap nasi gorengnya.

"Ayla, stop deh ngepoin mereka. Palingan juga mereka mau pacaran," sindir Ayas yang hanya didelengi oleh Zayid.

"Dah ya, aku mau ketemu sama Cassie dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." sahut serempak Ayla dan Ayas ketika Zayid sudah melenggang pergi begitu saja setelah mencium tangan mereka secara bergantian.

"Ayla, empat tahun berlalu. Gak kerasa, ya?" Ayas membuka pembicaraan dengan tangannya terus mencabik daging menggunakan pisau makannya.

Remember [Rampung] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang