[27] Takut☔

43 16 7
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم


Manusia tanpa rasa takut
terdengar sangatlah buruk

    Gadis itu bersicepat, berlomba dengan waktu. Tangannya terus memasukan barang-barang yang sekiranya akan dibutuhkan olehnya. Antara buru-buru dan gugup karena takut, gadis itu masih keras kepala dengan keputusannya yang terbilang keputusan yang bodoh.

Ia menyeka pelipisnya. Karena terlalu gugup untuk digerebek secara tiba-tiba, ia sampai bermandikan keringat dingin. Resleting tas pun telah menutup celah tas.

"Wafiq! Ayo berangkat! Aku mau aj—"

Di detik itu juga, Wafiq terperanjat.

Gadis bergamis chino yang baru datang itu  mengangkat sebelah alisnya ketika memasuki kamar sahabatnya.

Wafiq menahan napasnya seakan kedatangan Syaira adalah magnet bagi seluruh oksigen untuk menjauhi Wafiq. Ia hanya tersenyum kaku apalagi dengan Syaira yang mulai berjalan perlahan ke arah Wafiq dengan tatapan penuh selidik.

"Kamu nyembunyiin sesuatu?"

Wafiq menggeleng kuat untuk mewakili jawabannya. Sorot mata Syaira semakin menelisik setiap lekuk wajah Wafiq hingga gadis yang dijadikan objek takut luar biasa. Bagaimana jika Syaira curiga?

"Ya udahlah, lupain aja."

Wafiq mendesah dalam hati, lega dengan jawaban masa bodoh dari Syaira. Setidaknya kali ini selamat. Tidak tahu jika di kesempatan mendatang.

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Kamu mungkin akan sedikit merasa lebih baik." Syaira melentikan jari dengan sebelah mata terpejam, pertanda jika ia sedang di stadium akhir antusiasme.

"Ahm ... mungkin lain kali. Hari ini, aku mau di rumah aja." Perlahan, kaki Wafiq menggeser sesuatu di lantai, memasukannya ke bawah ranjang agar terlepas dari incaran mata Syaira.

"Gak bisa! Harus hari ini. Aku juga udah minta izin ke Kak Zayid dan jawabannya adalah Kak Zayid setuju," tolak Syaira, mentah-mentah sekaligus mematahkan semangat Wafiq dalam hitungan detik.

"Tapi, Ra—"

"Tapi artinya adalah iya. Ayo!"

Sekali lagi perlu dicatat bahwa Wafiq adalah orang yang mudah menyerah. Dalam menolak saja ia sudah tidak bisa berkutik, apalagi dengan hal yang lebih besar? Wafiq bahkan pasrah ketika tangan Syaira menyeretnya keluar kamar. Ia tidak pandai menolak. Entahlah.

Semoga saja semua berjalan dengan lancar meski ke mana pun tempat yang ingin Syaira sambangi bersama Wafiq.

Sebuah lagu mengalun dari speaker ponsel. Lagu Memories milik Maroon 5 masih menghiasi panca indra pendengaran hingga si pemilik menggeser panel hijau di layar.

"Ya, Ra? Gimana sama Wafiq?" Lelaki itu berjalan sedikit lebih cepat dari biasanya di koridor yang cukup sepi ini. Hanya ada beberapa mahasiswa yang kebetulan lewat dan berpapasan dengan Zayid.

[.....]

"Iya, saya otw ke sana. Tunggu."

Remember [Rampung] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang