بسم الله الر حمن الر حيم
“
Di saat orang lain ingin
melupakan, justru ada
segelintir orang yang
ingin mengingat meski
kejadian yang tidak
mengenakan sekalipun
”☔
Gema tapak kaki terdengar, menghiasi pendengaran penghuni rumah. Langkahnya terlihat begitu gontai seperti tidak ada lagi semangat. Ah, manusia hanya bisa menebak-nebak. Bukan, bukan ia tidak memiliki semangat hidup, tapi terkadang merasa sedih dengan takdir yang Tuhan goreskan untuk adiknya.
Langkahnya berhenti. Sebentar ia menatap lurus ke depan. Ada apa di depan? Ada lamunannya yang semakin samar, seolah angannya hanyalah sebuah kemayaan. Fatamorgana.
Zayid kembali berjalan menyusuri rumahnya yang begitu sepi bagai tubuh ditinggalkan roh, kosong. Hembusan napas terdengar begitu berat ketika ia menghadap pada sebuah benda yang berdiri tegak, tetapi kehilangan fungsinya karena sebuah kain tak bernyawa berwarna putih.
"Apa semua akan seperti semula?" monolognya.
Tangan Zayid menarik kain putih yang menutupi benda itu hingga ia bisa melihat dirinya yang lain ada di sana. Ketika banyak orang mengagumi paras lewat cermin seperti ini, berbeda dengan yang dialami adiknya. Hanya ada cemas dan takut bahkan pada diri sendiri.
Apa yang bisa Zayid lakukan selain melakukan hal itu? Menutupi semua cermin dan benda-benda terbuat dari kaca adalah suatu hal wajib mulai sekarang. Zayid mulai paham apa yang menjadi ketakutan adiknya.
Jika ingin tahu, Zayid merasa menjadi tubuh kosong tanpa nyawa. Ada sesuatu yang hilang, tapi entah apa. Ada kelengangan di jiwanya yang tidak bisa ia isi, tapi apa?
Senja menggantung indah di langit, melukiskan kenangan bagi setiap pasang mata yang menjadi penikmat. Dunia terlihat bahagia hari ini. Baguslah. Setidaknya semesta merasa bahagia di atas duka tak berkesudahan Zayid.
Tidak lama dari menikmati alunan takdir, kumandang panggilan Allah menggetarkan sanubari. Ada panggilan yang sering terabaikan. Ada yang menunggu tanpa jemu, tapi sering tak digubris. Kedamaian mengalir seiring dengan suara yang menggema di langit petang. Tenang, damai, dan sejuk.
Zayid nikmati setiap seruan di jalan-Nya. Dinikmatinya rasa yang mengharu biru dalam hati. Bisa-bisanya ia tinggalkan nikmat Allah selama ini.
Manusia adalah tempat di mana mencari ketidaksempurnaan. Mereka bisa datang dan pergi kapan saja, tapi ada yang tidak pernah pergi meski terabaikan. Bukan manusia, melainkan Allah. Ketika manusia sibuk dengan fananya dunia, ada Allah yang senantiasa memanggil hamba-hamba-Nya di lima waktu yang berbeda setiap harinya. Di saat manusia sibuk merangkai dunia di dalam ponsel, ada Allah yang senantiasa menunggu bercengkrama dengan hamba-Nya lewat ucapan-Nya di Al Qur'an. Bahkan, ketika manusia sering melupakan-Nya, Allah masih senantiasa menerima taubat dan memberikan rahmat pada hamba yang bertaubat.
Ketika manusia mendekati Allah sambil merangkak, Allah mendekati mereka dengan berjalan. Ketika manusia mendekati Allah dengan berjalan, Allah mendekati mereka sambil berlari.
"Shalat ..." Ia menemukan jawabannya.
Zayid berlari ke lantai atas setelah mendapat sebuah jawaban atas tanya besar dalam benak. Bisa dibayangkan bagaimana rasa bahagia yang melingkupi Zayid saat ini. Ketika seseorang menemukan sesuatu yang ia cari dan ketika menemukannya, maka bahagianya tidak bisa digambarkan. Begitupun dengan Zayid.

KAMU SEDANG MEMBACA
Remember [Rampung] ✅
Teen FictionREMEMBER [Teenfiction] "Sadar atau tidak, penyakitmulah yang telah membuat kita menjadi layaknya kakak adik sesungguhnya ...." -Zayid Karima *** Ini bukan kisah perjodohan ataupun cinta dalam diam yang berakhir bahagia, tapi ini adalah kisah seoran...