بسم الله الرحمن الرحيم
“
Mungkin saja kita dipertemukan
di tempat yang lebih baik, tapi
di waktu yang kurang tepat
untuk hati
”☔
Ketiga orang itu menatap miris seorang gadis yang tengah terbungkuk di semak-semak sambil sesekali terbatuk lalu meminum air mineral. Begitu seterusnya selama 30 menit terakhir.
"Hah ... siapa suruh dia naik ombak banyu," gumam Reano yang iba sekaligus lucu dengan Syaira. Bagaimana tidak menjadi hal yang menggelitik? Gadis itu sok kuat naik ombak banyu, tapi berakhir dengan mengeluarkan isi perutnya di semak-semak setelah menaiki wahana itu.
Wafiq hanya terkikik geli, merespon gumaman Reano. Syaira memang sangat exaited saat akan naik ombak banyu, tapi setelah beberapa menit kemudian gadis itu mengeluh dengan wajah yang pucat pasi. Dan ya, Syaira memberi kejutan dengan mual setelah turun dari wahana tersebut. Berakhirlah mereka di sini, menunggu Syaira puas mengeluarkan isi perutnya.
"Wahana gak ada akhlak," gerutu Syaira sepulangnya ia dari semak-semak.
"Lo sih maksain banget. Udah tahu udara dingin gini, pengen naik gituan. Masuk angin 'kan," omel Reano dengan wajah tertekuk, menatap kesal, menahan tawa, dan khawatir ke arah Syaira.
Syaira hanya menggaruk hidungnya yang sudah memerah karena cuaca juga yang dingin.
"Lo udah mirip ibu-ibu," cibir Zayid. Ketahuilah bahwa ia ingin tertawa dengan omelan Reano, tapi ditahan olehnya. Lebih keras kepala mana antara Reano dan Syaira? Memang Reano tidak sadar diri.
"Lo udah mirip kayak beruang kutub," cibir balik Reano. Tumben sekali ia menatap jengkel pada Zayid.
"Udah, udah. Ini aku mau ke kamar mandi aja. Gak ku—"
"Ra! Hei!!!" teriak Reano yang berujung pada sia-sia. Syaira sudah kabur lebih dulu sambil menahan rasa mual. Gadis berhijab hijau zamrud itu mencari kamar mandi terdekat yang entah di mana dan entah ada atau tidak.
Akhirnya Reano terpaksa menyusul Syaira untuk membawanya mencari kamar mandi. Seperti biasa, Reano berteriak-teriak tanpa rasa malu. Mungkin sekarang Syaira merasa mual sekaligus malu dengan tingkah Reano.
Wafiq yang menyaksikan hal itu hanya mengerjap-ngerjapkan matanya lalu tersenyum geli. Mereka bisa begitu akrab seperti adik kakak sungguhan.
Wafiq langsung menoleh ke samping di mana ada kakaknya yang terkekeh geli. Ada apa?
"Mereka konyol banget sih." Zayid menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan dua anak manusia tadi.
Wafiq mengikuti arah pandang Zayid yang lurus menatap ke arah di mana ada jejak Syaira dan Reano. Detik berikutnya, Wafiq terkekeh geli. Sekarang, giliran Zayid yang menoleh ke arah Wafiq.
"Iya. Mereka lucu banget."
Bagi Zayid, prioritasnya adalah kebahagiaan Wafiq. Melihat adiknya tersenyum, itu sudah cukup membuatnya tenang. Setidaknya ada senyum sekarang. Kebaikan Allah yang mana yang tidak baik bagi manusia?
"Kak."
Zayid yang merasa terpanggil, langsung menitikberatkan atensinya pada Wafiq. Ia menunggu apa yang akan diucapkan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember [Rampung] ✅
Ficção AdolescenteREMEMBER [Teenfiction] "Sadar atau tidak, penyakitmulah yang telah membuat kita menjadi layaknya kakak adik sesungguhnya ...." -Zayid Karima *** Ini bukan kisah perjodohan ataupun cinta dalam diam yang berakhir bahagia, tapi ini adalah kisah seoran...