¤ Part 20 ( Sampai Sakit ) ¤

610 77 13
                                    

Happy Reading ❤

Author POV

Teriakan Runi dan Caca tidak didengarkan oleh Rama. Rama malah merapatkan selimutnya serta menutupi telinganya dengan bantal. Sungguh, dirinya malas sekolah hari ini. Kepalanya pusing, karena memikirkan perasaannya sendiri. Ia kagum dengan Dista. Bisa ya seorang Dista memporak porandakan hatinya. Seorang Dista yang dapat membuatnya pusing tidak enak badan hari ini. Memikirkan Dista yang akan bersama Galuh selama 3 hari saja membuat Rama hampir gila. Astaga, kini Ia mengakui jika menyukai gadis itu. Arghhhhh Dista, Dista Permata...

"AMA BANGUN! KAMU MAU SEKOLAH GAK SIH SEBENERNYA?!" teriakan Runi membuatnya semakin pusing.

Tok tok tok

"Bang Ama, bangun!" tidak mau kalah dengan sang Mama, Caca juga ikut ambil adil dalam membangunkan kakaknya itu.

Clek

Caca mengguncangkan bahu Rama, "sekolah..."

"Eghhh, gak mau sekolah..." suara serak Rama membuat Caca penasaran. Kemudian menarik selimut lalu mengecek suhu tubuh Rama.

"Lo sakit?" Rama mengangguk lemah. "Mama, Bang Ama sakit!" teriak Caca lagi. Tak lama kemudian Runi datang dan langsung memeriksa Rama.

"Iya, demam. Yaudah, gak usah sekolah dulu. Caca buatin surat izin ya..."

"Iya, Ma." Caca keluar kamar.

Runi mengelus puncak kepala Rama, "nanti ya, Mama ambil air anget dulu." Dijawab anggukan lemah oleh Rama.

Tak lama kemudian, Runi kembali dengan membawakan air hangat dan handuk kecil. Dengan telaten dirinya mengompres Rama.

"Kok bisa sampe sakit kaya gini, kemaren ngapain aja? Hm?"

"Gak ngapa-ngapain..."

"Ada yang dipikirin?" pertanyaan Runi membuat mata Rama membuka, kemudian mengangguk lemas.

"Mikirin apa anak Mama sampe sakit? sini, cerita sama Mama..."

Rama menggenggam tangan Runi, "Ma..." rengeknya.

"Iya kenapa, hm?"

Rama menghela nafas, "gak jadi."

"Aih?" Runi terkekeh. Ada-ada saja tingkah anaknya ini. Memang benar kata Caca, sifat gengsi Rama besar, hahaha...

"Yaudah, Mama siapin makan sama obat dulu ya." Rama mengangguk.

Sebenarnya, tadi Rama ingin bercerita soal hubungannya dengan Dista yang akan dibawa kemana. Et, seperti judul lagu? Tapi memang benar, Ia saja masih bingung ingin berucap apa jika bertemu Dista. Marah, suka, senang, kesal, semua campur aduk menjadi satu.

Memikirkan Dista lagi membuat Rama teringat tentang Galuh. Astaga, sepertinya otak Rama harus dicuci agar tidak cemburu dan uring-uringan tidak jelas.

Cem-bu-ru.
Tiga suku kata yang membuat Rama pusing dan tak bisa mengontrol diri. Cuma hanya gara-gara melihat Dista dekat dengan Galuh dirinya sampai-sampai melupakan gengsi yang merupakan sifat melekat dalam dirinya. Mau mengakui pada Dista jika cemburu adalah hal yang sedang dibanggakannya saat ini. Maklum, biasanya Ia tak seperti itu yang mengakui perasaanya secara langsung. Ah, Dista pasti sudah besar kepala karena dicemburi olehnya. Oke Dista, kita sudah 1-0.

"Ama, ayo duduk dulu..." suara Runi membuyarkan pikiran Rama.

"Tuh, abis mikir lagi pasti! Udah ah, jangan mikir yang berat-berat, nanti kepalanya nambah pusing!" omel Runi yang membuat Rama tersenyum senang. Ia senang saat-saat seperti ini. Saat Runi mengomelinya agar tidak sakit. Ia sangat bersyukur bisa bertemu dengan Runi kembali. Jika saja mereka belum ditemukan, Ia tak tau apa yang akan terjadi pada dirinya jika sakit. Memang, dulu ibu angkatnya baik, tapi, disayang oleh ibu kandung sendiri lebih memuaskan kan?

Somplak Couple!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang