¤ Part 12 ( Bukan Aku ) ¤

847 102 7
                                    

Happy Reading ❤

Author POV

Hari ini Dista mengajari les matematika pada Rama. Seperti biasa, Rama nampak bingung dengan apa yang telah dijelaskan Dista.

"Ngerti?"

"Enggak," Rama menunjukan gigi rapihnya.

"Aghhhhh!" geram Dista yang kesal.

"Sabar, Ta. Minum dulu minum..." Rama menyodorkan segelas jus jeruk yang tadi diberikan pembantunya.

Dista meminumnya, "capek." Keluh Dista pada Rama yang tak mengerti apa yang sudah dijelaskan pajang lebar.

Dista mengambil nafas sedalam-dalamnya, "nih ya... mean itu artinya nilai rata-rata nah kalo datanya tunggal, Lo tinggal tambahin semuanya terus Lo bagi sama jumlah data tunggal itu. Gini, liat Gue!"

Dista menuliskan contoh soal agar lebih dimengerti Rama. Maklum, Rama otaknya cuma setengah.

"Owhh gitu! ngomong dong Ta dari tadi! gitu doang mah Gue ngerti!" seru Rama yang sok pintar.

Dista memandang Rama jengkel, "kerjain!" memberikan soal yang tadi Ia buat.

"Siap, Bu!"

Rama mencoba berfikir keras. Padahal soal seperti itu mudah dikerjakan anak SD kelas 1. Dista juga sempat berfikir, kok bisa ya Rama naik kelas? Sepertinya guru-guru dengan berat hati menaikkan Rama.

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kantuk mendatangi Rama. Rama mengaruk kepalanya yang sudah meluap, pusing terlalu lama berfikir. Setelah selasai Rama ingin memberikan jawabannya pada Dista. Namun, Ibu guru yang mengajarnya sudah tertidur lelap di sofa.

"Cantik," gumam Rama tanpa sadar. Rama tersenyum. Jika diingat-ingat, pertemuannya pada Dista tidak mengenakkan. Mulai dari paksaan les matematika sampai-sampai Dista memanggilnya jelmaan setan.

Dan memanggil dirinya dengan menyebut nama, sedangkan teman-temannya diberikan embel-embel 'Kak'. Serta orang yang menghina diri Rama bodoh, sampai Rama saja bosan mendengarnya.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam, Sssttt... berisik!" marah Rama pada Caca yang barusan masuk rumah.

"Sorry gak tau..." bisik Caca melirik Dista yang tertidur.

Tak lama kemudian Deon masuk, "assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, udah sana kalian masuk! jangan disini, berisik!" terkesan marah-marah namun Rama masih berbisik.

"Iya-iya bawel!" Caca menarik lengan Deon agar mengikutinya ke dalam rumah.

"Kalo lagi tidur cakep, kalo udah bangun... weh! kayak singa kurang makan!" gumam Rama sambil memandang wajah Dista.

Sudah menit demi menit Rama meperhatikan Dista. Namun, ketika Rama melihat kepala Dista yang bersandar disofa tidak nyaman, kemudian Ia mencoba membenarkan posisi tidur Dista agar lebih nyaman. Menidurkan Dista di sofa serta meluruskan kakinya. Tak terasa, tangannya mulai mengarah pada wajah Dista. Menyingkirkan helaian-helaian rambut yang menutupi wajah polos gadis itu.

"Muka Lo kayak punya beban hidup yang berat, Ta."

Rama menyentuh ujung bibir Dista. "Bekas tamparan." Beralih ke mata, "kurang tidur," kemudian bergerak ke arah letak lesung pipi, "dan ini bagian termanisnya."

"Awas hilaf."

"Astagfirullah!" kaget Rama yang melihat wajah Deon ada disamping wajahnya. "Untung temen!"

Somplak Couple!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang