¤ Part 14 ( Mood Rama ) ¤

789 83 8
                                    

Happy Reading❤

Author POV

"Sini!" Rama merampas tangan Dista yang sedang kesusahan mengobati lukanya.

"Yang jaga UKS mana sih?!" kesal Rama yang tak menemukan penjaga UKS. Ini yang sedang sakit Dista mengapa Rama yang gupek sendiri?

"Gak usa-"

"Diem!"

Baru saja Dista ingin bicara, Rama langsung memotongnya. Lagian, kenapa Rama harus menyusulnya? bukankah ini malah akan menjadi masalah baru?

"Aws!"

"Cemen." Kata Rama sambil mengolesi betadine pada telapak tangan dista.

"Pelan-pelan dong!" tegur Dista, ya bagaimana tidak sakit, Rama mengobati lukanya seperti tergesa-gesa.

"Ini juga pelan-pelan Mak Lampir!"

"Pelan-pelan dari mananya? tuh, tuh kan..." ungkap Dista cerewet dengan mulut yang maju-maju.

"Lama-lama bukan tangan yang Gue obatin, tapi mulut Lo!"

Dalam situasi begini, Dista masih saja cerewet. Padahal dari pandangan matanya Dista ingin menangis dan menjerit sekencang-kencangnya.

"Dibilang gak usah sok kuat, nangis aja."

"Apaan sih," saut Dista mencoba menutupi.

"Ipiin si." Tiru Rama dengan mulut yang mengejek. "Noh udah selesai! selain ganteng, Gue juga baik hati."

Owh, tolong, penyakit percaya diri Rama sedang kambuh. Bisa tidak penyakit itu tidak kambuh dalam satu hari? Ah, sepertinya sudah permanen, sudah akut.

"Hm, makasih." Ucap Dista malas. Bukan tetang ucapan terimaksih yang tidak ikhlas, namun ucapan akhir Rama yang membuatnya jengah.

"Gak ikhlas banget, ucapin makasihnya itu harus dari hati yang paling dalam..."

Tuh kan.

Dista tersenyum manis, sehingga menampilkan lesung pipinya. "Terimakasih Kakak Rama yang paling ganteng sekeluarga doang..."

Jlep!

Hati Rama kenapa tersentuh mendengarnya? Walaupun hanya diakui ganteng 'sekeluarga' tapi Rama tetep ganteng kan?
Jadi, ini hati kenapa jadi lembek banget seperti kerupuk seblak?

Rama membuyarkan lamunannya, tersenyum penuh makna. "Ada maunya ya ngomong Gue ganteng? bilang aja, gak usah memuji Gue begitu... itu kan memang   fakta kalo Gue ganteng."

"Cih!"

"Lo ngarep Gue nganterin Lo pulang kan?"

Apa?
Apa kata Rama barusan?
Dista mengharap diantar pulang Rama? Cih, mau dipaksa sekali pun Dista tak mau.

"Ngaku Lo..."

"Ogah amat! Gue aja masih mau belajar!"

"Eh mata Lo soak?! emang Lo mau nulis pake idung, hah? jari Lo aja susah gerak, Mak Lampir... hahaha..."

Eh, iya ya?
Tanganya kan sekarang diperban, mana bisa menulis. Apalagi akibat terkena kuah bakso, jadi tambah perih.

"Dista!" teriakan Feby mampu meredam tawa Rama. "Gue bilang juga apa?! tunggu Gue pipis dulu, eh Lo malah ke kantin duluan!" omel Feby dengan nafas yang masih terengah-engah.

"Tarik nafas, buang..." Rama memberikan intruksi pada Feby. "Buangnya jangan lewat pantat." Sambungnya.

Feby menatap Rama, "makasih Kak. Huh, mending Lo pulang!" katanya pada Dista.

Somplak Couple!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang