¤ Part 7 ( Dekat? ) ¤

1.2K 115 3
                                    

Happy Reading🔥
Yuk, absen vote!🤘😝

Dista POV

Untuk ke sekian kalinya, Gue diperlakukan tak selayaknya manusia. Ditampar, ditendang, dipukul benda tumpul, bahkan ingin dibumi hanguskan hanya gara-gara pulang telat. Gue pasti punya alasan untuk itu, tapi percuma, Mereka gak akan dengerin apa yang Gue ucapin.

Mata dan telinga mereka tertutup, saat Gue berpendapat. Mereka hanya mau denger penjelasan yang diungkapin Kakak Gue. Baik itu benar atau salah, Mereka akan tetap membela Kakak Gue. Kakak Gue, diatas segalanya.

Gue iri. Gue iri sama Kakak Gue yang selalu di sayang orang tua Gue. Gue selalu ngerasa kalo di keluarga ini Gue cuma jadi parasit. Penghalang bagi kebahagiaan Mama, Papa, dan Kakak Gue.

Yang selalu di bela kalo lagi debat sama Gue. Yang keinginannya selalu diturutin walau ngabisin uang berjuta-juta.

Gue iri, tapi Gue gak benci. Sejahat-jahatnya Kakak Gue, Gue gak pernah ada niat untuk menjerumuskan Dia. Membuat Gue sama Dia jauh bagai angan tanpa batas. Gue masih anggep kalo Dia sodara. Kita masih punya aliran darah yang sama.

Sekarang Gue lagi sibuk obatin luka-luka yang ada disekujur tubuh. Lukanya berdominan pada tangan, tapi ada juga beberapa luka pada bagian kaki dan punggung.

Sakit. Bukan cuma badan, tapi hati. Diperlakukan oleh kedua orang tua sendiri membuat Gue ngerasa, Gue hidup buat apa? Gak pernah dianggep, dicaci maki, ah, capek. Pengen rasanya lenyap dari bumi.

"Aww, gila perih banget!"

Tok tok tok

"Masuk,"

Dari pintu kamar, Bi Sirah dateng sambil bawa makanan buat Gue. Ahhh, Bi Sirah memang yang terbaik. Gak tau lagi Gue kalo di dunia ini gak ada orang sebaik Bi Sirah.

"Ya Allah, Non... sampe memar-memar gitu..."

"Iya, Bi. Perih..."

Bi Sirah menatap Gue perihatin, setelah itu Ia menaruh nampan di atas meja. "Sini, Bibi bantu..."

Gue tersenyum, "Makasih ya, Bi..."

"Non Dista mah bilang makasih terus sama Bibi, nanti kalo bilang makasih lagi dapet piring cantik!"

Seketika Gue tertawa, lalu Bi Sirah mendudukan dirinya disamping Gue. "Maaf ya Non, tadi Bibi ke pasar, jadi gak bisa bantu..." dengan telaten memberi obat pada luka-luka Gue.

"Iya Bi gak papa, ini juga salah Aku karena pulang telat."

"Kok bisa pulang telat?"

"Tadi ngajarin lesnya agak lamaan, terus abis pulang les ke Cafe dulu,"

"Kerja?"

"Dikit..."

Bi Sirah menghela nafas, "Lain kali jangan kaya gitu lagi ya, Non? Bibi gak mau liat Non Dista luka kaya gini..."

"Iya Bibi Aku..."

"Bibi sayang sama Non Dista."

"Aku juga sayang sama Bibi."

Bi Sirah tersenyum, mengusap puncak kepala Gue dengan lembut. Sosok Bi Sirah merupakan penganti sosok Ibu dalam kehidupan Gue. Setidaknya ada seseorang yang harus Gue perjuangin di dunia ini. Ada sosok seseorang yang membuat Gue semangat dalam menjalani hidup. Dan sosok itu Bi Sirah.

🌷🌷🌷

"Gue curiga Lo pake switer, pasti ada luka lagi, ngaku Lo!" Seru Feby yang susah duduk disamping Gue.

Somplak Couple!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang