12.rumah lain

476 29 2
                                    

Dengan telaten fio mengobati luka diwajah zigo. Sesekali zigo meringis karna ketika fio menekan lukanya dengan kapas yang diberi obat.
"Pelan pelan fi"

"Sorry, gue ga ahli jadi perawat"

Ucapan fio sontak membuat zigo terkekeh.
"Udah kelar, gue cabut" pamit fio

Saat fio hendak berdiri dari duduknya, dengan sigap zigo menarik tangan fio agar kembali duduk.
"Pliss fi, jangan balik kesana"

"Gue udah janji sama mereka"

"Lo mau apa lagi sih kesana? Mau rayain kemenangan lo? Mau mabok lagi? Hah?" Tanya zigo kesel

"Iya" jawab fio enteng

"Pliss fi, demi gue, jangan kesana lagi ya, kali ini aja."

"Tap-"

Belom selesai menjawab, zigo lebih dulu mengecup bibir mungil fio dengan lembut, zigo bahkan melumatnya, fio terbawa suasana, fio hanya pasrah, fio dan zigo memejamkan mata mencoba menikmati ciuman mereka.
Setelah dirasa mereka sama sama kehabisan pasokan udara, zigo menghentikan ciumannya, tapi belom menjauhkan wajahnya dari wajah fio, sambil memegang pipi fio dengan kedua tangannya

"Jangan balik kesana. Pliss" ucap zigo dengan nada memohon

Fio mengangguk pelan.
Lalu fio menjauhkan wajahnya dari zigo.
"Gue cabut" ucap fio

Zigo mengangguk
"Hati hati"

Setelah dari rumah zigo, fio tidak kembali ke markas. Dia sudah memberitahu bang jul lewat pesan, kalau tidak bisa datang.
Entah kenapa fio menuruti kemauan zigo. Fio justru ketempat dimana dia sering menginap disana.

Fio datang kerumah kecil yang sederhana, karna tidak mau mengganggu yang punya rumah tidur, fio langsung masuk rumah itu, dan merebahkan dirinya disofa yang berada diruang tamu.

Bukan tidak sopan, tapi memang sudah sedari lama fio dan keluarga kecil itu bersama, saling mengenal, dan fio pun sudah mereka anggap keluarga sendiri, jadi fio memegang kunci duplikat rumah mereka. Karna fio juga yang membelikan rumah untuk mereka.

Skip

Keesokan harinya, saat bangun
"Kak fio" ucap diki yang melihat fio tertidur dikursi ruang tamu.

"Euugh" erang fio, lalu membuka matanya

"Lo udah bangun" tanya fio dengan suara serak khas orang bangun tidur

"Kak fio kenapa ga bangunin diki, kan biar diki yang tidur disini" ucap diki

Diki itu adik kelas fio, fio dulu pernah nolong diki waktu dipalak preman. Diki itu cowok culun disekolahannya.
Fio tersenyum
"Jam berapa sekarang?" Tanya fio

Diki melihat jam dinding
"Jam 6 kak.. kakak mau sekolah?"

"Enggak deh kayaknya, gue bolos aja, mau nemenin dinda"

Dinda itu adik diki, dinda lumpuh karna kecelakaan yang menimpanya 2 tahun lalu, bersama kedua orang tuanya. Tapi naas, kedua orang tua diki meninggal dalam kecelakaan itu, hanya dinda yang selamat, tapi kaki dinda jadi lumpuh. Diki waktu itu tidak ikut semobil, karna diki sedang berada dirumah neneknya dibandung. Rumah peninggalan ayahnya disita bank, jadinya diki harus menghidupi dinda dan dirinya sendiri, dengan bekerja paruh waktu disebuah cafe terdekat.

Fio yang mendengar cerita diki iba dengannya, tadinya diki dan dinda mengontrak, dan akhirnya fio membelikan rumah untuk diki dan dinda, dia juga yang membantu biaya sekolah 2 anak yatim piatu itu, bukan dengan uang papanya, tapi dengan uang tabungannya. Fio menabung dari kecil, karna fio memang diberi uang saku yang sedikit lebih banyak dari teman temannya mungkin.

Jadi fio menggunakan uang sakunya untuk membantu diki dan dinda. Fio saat ini juga masih menabung untuk biaya operasi dinda. Agar dinda bisa kembali berjalan, dan bisa sekolah seperti anak anak seusianya, saat ini dinda berusia 8 tahun.

Diki hanya mengangguk menjawab ucapan fio.
"Ya udah kakak kekamar aja, dinda juga udah bangun kok, diki siap siap dulu ya kak"

Fio mengangguk. Lalu berjalan menuju kamar dinda.
Tak lupa fio memesan makanan lewat online, untuk sarapan mereka.

Diki dan dinda senang bisa mengenal fio. Begitu juga dengan fio, dia juga senang bisa membantu diki dan dinda.

Tbc

Haii guys...
Sebelum next part
Please bantu vote and coment

Thanks you

Sehat selalu untuk kita semua

Broken [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang