23. Matahari

339 37 0
                                    

Selamat membaca...
Jangan lupa vote dan komen...

"Apakah orang berdosa sepertiku tak pantas merasakan kasih sayang, sahabat, saudara, hanyalah nama saja. Tak ada rasa didalamnya, hambar."

_Jesslina Amelia Ramdi_

■MD4P■

Setelah menyelesaikan ceritanya Jesslin bangkit dari duduknya. Ia memutar tubuhnya untuk menghapus air matanya yang mengalir tanpa disuruh. Tak biasanya ia cengeng, bahkan ini kali pertama ia menangis. Setelah air matanya kering berubah menjadi mata yang haus pemyiksaan dan pembunuhan.

"Jawab gue Milo!!" santak Jesslin dengan wajah memerah berubah emsoi.

"Apa orang kayak gue gak pantes dapet sahabat dan keluarga yang tulus??"

"Apa orang kayak gue gak pantas ngerasain rasanya kasih sayang lagi??"

"Apa gue bisa haha hihi sama seperti kalian??"

"Apa gue gak pantas bahagia Milo??"

"Apa gue gak pantes??"

Jesslin meraung seperti orang gila, dia menunpahkan semua kekesalan di hatinya. Memang dia terlihat sosok yang menyeramkan. Namun, dia tetaplah manusia yang ingin disayangi.

"Sampai kapan gue bakak hidup dengan penuh drama ini Milo??" tanya Jesslin lirih.

"Takdir bisa dirubah Jesslin, kalau kamu mau merubahnya," ucap Milo.

"Iya!! Takdir emang bisa berubah, tapi rasa sakit hati, dendam, dan rasa tersisih gak akan pernah hilang Milo di hati gue,"

"Selamanya!!"

"Kamu yang gak mau merubah takdir kamu, makannya kamu sendirian. Gak ada yang mau sayang sama kamu!!" balas Milo.

"Ya emang pada dassrnya gue emang gak dicintai selamanya."

"Mau dengar ide gue Milo??" senyum jahat kembali terlukis dibibir Jesslin.

Milo menggelang tegas, apapun ide itu itu adalah hal gila, "lo gak mau ya?? Tapi sayangnya gue mau kasih tau lo. Gimana dong??" ucap Jesslin.

"I-ide a-apa??" dengan takut Milo mencoba bertanya.

"Kalau gue gak dapat kasih sayang dari mereka yang lo punya , seperti sahabat, keluarga, dan sebagainya. Maka lo juga gak akan bisa dapat hal itu Milo!!" ucap Jesslin matanya menatap tajam Milo.

"Kamu mau apa?? Jangan celakain mereka," ucap Milo bergetar. Ia takut Jesslin akan melukai semua orang yang mereka sayang.

"HAHAHAH... Seharusnya lo yang waspada Milo!!" ucap Jesslin dengan tawa jahatnya.

"A-aku??"

"Gue gak akan ngapa-ngapain keluarga atau para sahabat lo, karena lo tau Milo?? Kehilangan orang yang kalian jaga dan sayang lebih menyakitkan dari pada kematian itu sendiri," wajah Jesslin berubah mengerikan bagi Milo.

"Kalau begitu, mari kita mulai!!"

Jesslin mengeluarkan pisau dari dalam bajunya. Itu adalah pisau yang sama digunakan untuk menyiksa Fanel. Milo mengelengkan kepalnya takut, wajahnya sudah dibanjiri air mata yang tak kunjung habis.

"Gue iri sama lo Milo!!" ucap Jesslin sambil mengoreskan pisau itu di tangan Milo.

"Au... ja-jangan Jesslin!!" pinta Milo sendu.

"Gue benci lihat wajah polos lo Milo," ucap Jesslin lagi, pisau itu sudah mengores area wajah dan tangan Milo.

"Kaki lo terlalu awam menapak dunia, bagaimana kalau kaki ini tak lagi bisa lo andelin??" tanya Jesslin tangannya sudah mengores-gores kaki Milo acak.

Camelio And Four Princes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang