Chapter ini telah direvisi. Bila ada kesalahan kata atau typo, mohon dikoreksi.
Happy Reading!
Hari ini—seperti biasa, Leo menggunakan motor sportnya untuk menuju ke sekolahnya.
Setelah Leo sampai diarea parkiran khusus untuk anak-anak anggota LIONERS—Leo tak menemukan sahabat-sahabatnya, karena dirinya tadi mengabarkan datang sedikit telat.
Pada awalnya, Arkan dkk. akan menunggu Leo namun, Leo mengatakan untuk duluan saja tanpa penolakan.
Leo berjalan dengan wajah datarnya—jangan lupakan tatapan tajamnya seperti ingin mengintai mangsanya juga dengan lengan yang dimasukan pada kedua celana sekolah abu-abunya.
Tak lupa, dengan rambut yang acak-acakan dan jaket LIONERS yang tersampir disebelah bahunya—yang sedikit tertutup oleh tas yang juga hanya tersampir disebelah bahu.
Kesan pertama untuk Leo yaitu, cool!
Para kaum hawa sampai terjerit-jerit melihat pesona seorang ketua LIONERS angkatan kedelapan itu.
Saat Leo sedang berjalan dikoridor kelas sepuluh yang sedikit sepi, tiba-tiba seorang gadis menabrak dada bidangnya, membuat gadis itu terjatuh.
"Heh, punya mata gak sih lo?! Jalan liat-liat dong!" Hardik orang itu kesal pada Leo, namun Leo tak menghiraukannya.
Caper. Pikir Leo.
"Dasar gak peka! Orang jatuh bukannya ditolongin mal—"
"Bacot!" Potong Leo.
Gadis itupun berdiri dengan memegangi lengannya yang terluka.
Tanpa sengaja, Leo melihat gelang hitam yang sama persis dipergelangan tangan gadis itu, membuat Leo mematung ditempatnya.
Gelang itu.. mengingatkan Leo dimasa kecilnya.
Beberapa saat, Leo pun tersadar dari lamunannya.
"Angel." Beo Leo, membuat orang yang menepuk Leo mengernyitkan dahinya heran.
"Wah, makasih lho, Le. Gue memang kayak bidadari—lebih tepatnya pangeran." Balas orang itu kepedean, membuat Leo berbalik.
Arkan dkk.
"Bukan lo, anjing." Semprot Leo kesal.
"Buset, galak amat dah, bos." Ucap Arkan.
"Memang lo ngapain ngelamun sih, Le? Ntar kerasukan disini. 'Kan gak lucu ntar ada berita 'seorang ketua geng LIONERS kerasukan dikoridor sekolah kelas 10' duh ngeri." Cerocos Moreo melantur.
"Iya, bos. Ngeri, cuk! Ntar gak ada yang cari gara-gara lagi sama ketua LIONERS." timpal Arkan, membuat mereka menempeleng kepala kedua orang itu.
"Lu pada aja sana yang kerasukan." Sahut Varo.
Leo tidak menghiraukan ucapan-ucapan mereka. Matanya terus mencari kemana perginya gadis itu. Kemana dia? Hilang? Apa jangan-jangan Leo hanya halusinasi? Oh, tidak! Jangan sampai terjadi.
Semoga ini bukan halusinasi semata.
"Nih ye, dengerin gue. Yang ada, tuh jurig yang kerasukan sama ketampanan gue." Balas Moreo seraya menyugar rambutnya.
"Kerasukan kejelekannya kali ya." Ucap Alex, membuat Arkan dan Varo tertawa.
"Babi ah lu pada." Rajuk Moreo kesal seraya mengerucutkan bibirnya.
"Idih, manyun-manyun. Minta dicium sama cabe-cabean?" Tanya Varo.
"Najis, anjing! Lo aja sono." Jawab Moreo kesal namun, Varo tak menggubrisnya, membuat Moreo kesal setengah mampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARD [Proses Revisi]
Teen FictionLeonard Adhlino Eddison, ia adalah seorang ketua geng terkejam seantero Jakarta. Leonard atau yang kerap disapa Leo mempunyai paras yang dibilang cukup sempurna oleh orang banyak. Namun sayangnya, ia memiliki sikap yang kejam, sadis, dingin, cuek...