Chapter ini telah direvisi. Bila ada typo, mohon dikoreksi.
Happy Reading!
Bel istirahat telah berbunyi dengan nyaring. Seluruh murid EHS yang mendengar itupun, langsung saja bergegas pergi keluar kelas.
Sama halnya dengan Angel dkk. yang langsung bergegas pergi menuju kantin.
"Oh, iya, Sya-"
"Tunggu-tunggu! Lo ngomong sama gue apa Sasya?" Potong Tasya pada Luna.
"Sasya lah. Geer banget lo." Balas Luna, membuat Tasya mendelik, "Sialan lo." Balasnya kesal.
"Mm, gini aja deh. Kalian panggil gue Angel aja-biar gak ribet." Ucap Angel pada mereka.
"Angel?"
"Yash."
"Okay, deh. Biar gak kegeeran kalau mau manggil HAHA.." Ucap Tasya tertawa pelan.
"Itu sih lo aja." Ujar Kirana, membuat Tasya langsung meliriknya sinis.
"Nih, Ngel. Lo, 'kan belum tau semua yang ada di EHS. Gimana kal-"
"Stop! Mending ntar aja ngomongnya pas dikantin. Laper nih gue, pengen cepet-cepet makan." Lerai Vanya.
"Wuuu, makan terus! Pantesan aja dari tadi diam terus kea mayat." Ejek Kirana.
"Siapa yang kayak mayat?"
"YANG NANYA!"
"IH, TUNGGUIN VANYAAAAA!"
Disisi lain, Leo dkk. masih berada di kantin. Ini karena paksaan Arkan yang ingin melihat cewek yang sedari tadi menjadi topik utama mereka.
"Woi, lah. Penuh banget. Gue takut ntar cecan-cecan jadi cecan penyet." Ucap Moreo.
"Lawak lo?" Tanya Varo pada Moreo.
"Ngegembel gue."
"Iya sih, muka lo memang pantas ngegembel." Ucap Alex santai.
"Alexialan." Umpat Moreo kesal.
"Rooftop kuy? Risih gue disini, diliatin mulu. Tau kok, kalau gue ganteng. Tapi, gak gini juga kali." Ajak Varo pada mereka.
"Ntar, kalem, bentar, tunggu. Gue pengen liat dia." Tolak Arkan yang masih penasaran.
"Ck, semenit seratus rebu, ye." Ucap Varo.
"He! Enak aja. Gak-gak! Bokek gue ntar."
"Alah, bokap lu, 'kan kerja sama kertas. Jadi, gak bakalan abis lah."
"CEO, GEBLEK!" seru Arkan kesal.
"Nah iya, itu."
"Bokap lu juga kerja sama kertas, anjir. Curiga nih gue, si Paro minta ditraktir mulu. Apa jangan-jangan lo anak pungut, ye?" Tanya Moreo tak berdosa.
"Heh!" Varo melotot lalu mengambil dompetnya. Ia mengambil salah satu kartu hitam, "Lo tau ini apa?" Tanya Varo seraya menunjukan kartu itu.
Moreo menatap kartu itu dengan berbinar, "Nggak." Jawabnya. Padahal, dirinya sangat tahu. Sangat sangat tahu.
"Kartu mainan, bege!" Balas Varo .
"ITU BLACKCARD, BABI." Seru Moreo frustasi.
"Ini palsu, goblok. HAHAHA.." Varo pun tertawa ngakak lalu membuang kartu itu pada tempat sampah.
"Bangsat!" Umpat Moreo kesal, membuat mereka tertawa kencang.
Karena tawa mereka, membuat seluruh atensi dikantin menyorot pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARD [Proses Revisi]
Teen FictionLeonard Adhlino Eddison, ia adalah seorang ketua geng terkejam seantero Jakarta. Leonard atau yang kerap disapa Leo mempunyai paras yang dibilang cukup sempurna oleh orang banyak. Namun sayangnya, ia memiliki sikap yang kejam, sadis, dingin, cuek...