Chapter ini telah direvisi. Bila ada typo, mohon dikoreksi.
Happy Reading!
Kini, kelima anggota inti LIONERS dan anggota-anggota lainnya telah berada di markas. Markas LIONERS yang pada awalnya merupakan gedung tua yang terbengkalai pun, dijadikan menjadi markas LIONERS.
Gedung yang dari luarnya seram dan seperti tak ada kehidupan—terbengkalai, namun jangan ragukan lagi dalamnya seperti apa. Jelas beda.
Di dalamnya sangatlah mewah. Fasilitas disini sangatlah lengkap. Mulai dari; Ruangan gym, kolam renang, ruang rapat inti dan ruang rapat seluruh anggota LIONERS, ruang billiard, lapang basket indoor maupun outdoor, banyak kamar yang tersedia disana—apabila mereka ingin menginap, ruang santai, dapur, dll.
Pokoknya di markas ini sangatlah lengkap.
"Jadi, gimana strateginya, bang?" Tanya salah satu anggota LIONERS.
Kini, mereka semua sudah berada diruang rapat LIONERS yang besar.
"Var." Varo yang merasa terpanggil pun, menoleh pada Leo lalu mengangguk mengerti.
"Jadi, gue minta 25 anggota—termasuk anggota inti, maju ke depan, lalu 20 anggota dari arah timur, 20 anggota dari arah barat dan 20 anggota lagi dari arah utara. So, semua anggota yang diperlukan hanya 85 orang aja—itupun yang udah benar-benar merasa siap." Jelas Varo panjang lebar.
"85? Gak terlalu sedikit?"
"Tentu tidak. Bahkan, ini terlalu banyak. Kalian tahu sendiri, 'kan main kalian gimana?" Varo menaikkan sebelah alisnya, membuat mereka tertawa kecil karena bangga memiliki jurus tinju yang tak diragukan.
Ini semua berkat ketua mereka yang telah melatihnya hingga benar-benar tak terkalahkan.
Siapa lagi kalau bukan Leonard Adhlino Eddison? Mereka sangatlah bangga memiliki ketua seperti Leo.
"Last, yang bawa senjata gue bantai." Tambah Leo dingin, membuat mereka mengangguk kaku.
"Asiyaapp santuy, ma best boss."
"Hm. Silahkan kembali ke sekolah." Mereka mengangguk mendengar penuturan Leo.
...
Arkan dan Moreo pergi kini sudah berada diruang BK. Tidak, mereka tidak dipanggil. Namun, mereka akan meminjam speaker yang biasa digunakan untuk mengumumkan sesuatu.
Itupun, tanpa ijin Bu Sukma.
Tapi, Arkan dan Moreo tak peduli. Suruh siapa diruangan ini tak ada Bu Sukma? So, kalau nanti BuSuk marah jangan salahin kita. Siapa suruh ngilang kayak si doi. Pikir mereka berdua.
"Lo dulu, Mor. Gue mau siapin suara cakep gue dulu, biar mereka makin klepek-klepek sama gue." Ucap Arkan pada Moreo.
"Alah, palingan jug—"
"Gak usah bantah. Buruan, ntar keburu masuk jam pelajaran ke tiga." Potong Arkan, membuat Moreo berdecak.
Moreo pun menyalakan speaker sekolah, "Ekhem." Batuknya pura-pura untuk mengalihkan perhatian para murid.
Dan, berhasil! Cara itu berhasil membuat mereka langsung memusatkan perhatiannya pada suara speaker tersebut.
Mereka semua bertanya-tanya, siapa yang membuat dehaman tersebut. Tak mungkin, apabila itu adalah seorang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARD [Proses Revisi]
Teen FictionLeonard Adhlino Eddison, ia adalah seorang ketua geng terkejam seantero Jakarta. Leonard atau yang kerap disapa Leo mempunyai paras yang dibilang cukup sempurna oleh orang banyak. Namun sayangnya, ia memiliki sikap yang kejam, sadis, dingin, cuek...