Chapter ini telah direvisi. Bila ada kesalahan kata atau semacamnya, mohon dikoreksi.
Happy Reading!
"What the hell?! Seriously?!" seru Kirana tak percaya.
Ya, masih dengan fakta mengejutkan tadi, mereka tampak masih tak percaya tentang hubungan antara Angel dan Rio.
Ternyata, mereka hanyalah sebatas sepupu.
Namun, fakta tersebut mampu membuat amarah Leo perlahan lenyap. Selain Leo, ada satu orang yang tadinya lesu menjadi ceria kembali.
Ada yang tau?
Yap, dia Vanya.
Vanya, gadis cantik namun sedikit lambat, sangatlah mengagumi sosok Rio. Kekaguman tersebut lama-kelamaan membuahkan sebuah perasaan seperti ingin.. memiliki?
Namun, Vanya bukan seperti gadis yang berjuang demi obsesinya. Gadis itu hanya bisa memendam perasaannya seorang diri dari kelas 10 semester 2. Ia tak mau terang-terangan, takutnya Rio akan menjauh darinya setelah mengetahui fakta tersebut. Yang tahu soal perasaannya hanya Tasya, Kirana dan Luna—mungkin, kini Angel telah mengetahui fakta tersebut.
Tasya dkk. sempat kesal karena Vanya tak mau berjuang malah menyimpan perasaannya rapat-rapat. Mereka sempat mengusulkan agar Vanya memberitahu perasaannya pada Rio. Namun, hal itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Vanya.
Ah, ntahlah apa yang ada di pikiran Vanya untuk memendam rasanya.
Back to the topic.
Angel dan Rio mengangguk malas.
"Huuu! Kok lo gak bilang-bilang sih kalau lo sepupuan sama neng geulis?!" Moreo langsung monoyor kepala Rio.
"Anjing!" Umpat Rio ketika merasakan pusing dikepalanya.
"Ih, Moreo! Kasian tau Rio-nya! Ntar kalau geger otak, gimana?!" Seru Vanya.
Moreo memutar bola matanya malas lalu sedetik kemudian, ia memincingkan matanya, "Khawatir, ye?" Tanya Moreo.
Vanya mengerjap-ngerjapkan matanya, "Ha?! Apa sih?! 'Kan sebagai sesama manusia harus saling mengkhawa—"
"Ck, malah nyambung ke sono." Luna berdecak malas.
Vanya mendelik tajam pada Luna.
"Eh, tunggu deh. Rio, marga lo, 'kan-"
"Bukan! Marga gue sebenarnya Xaviers dan nama Fergissam itu nama tengah gue. Kalian ketipu, ye?" Rio pun langsung meledakan tawanya, diikuti Angel.
"Sial—"
BRAK!
"Anjing!"
"Eh, babi ngesot!"
"Innalillahi wainnailaihi rajiun!"
Plak!
"Heh, anjir lu ngapa malah doa itu." Galang menggeplak kepala Moreo, ketika cowok itu menyebutkan 'doa' tersebut.
"Kaget, anjir, gue lihat muka nih tante kea badut Ancol." Balas Moreo seraya menunjuk wajah seseorang yang telah menggebrak meja mereka.
Memang benar, sih. Namun, Moreo sedikit melebihkan saja. Yang jelas, mereka bertiga berdandan dengan dandanan yang sangat tebal-seperti badut Ancol kalau kata Moreo.
Mereka menengok ke arah sang pelaku yang tunjuk Moreo. Rio, cowok itu terkesima ketika melihat salah satu diantara mereka.
Rio kepelet ga tuh? 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARD [Proses Revisi]
Teen FictionLeonard Adhlino Eddison, ia adalah seorang ketua geng terkejam seantero Jakarta. Leonard atau yang kerap disapa Leo mempunyai paras yang dibilang cukup sempurna oleh orang banyak. Namun sayangnya, ia memiliki sikap yang kejam, sadis, dingin, cuek...