Prolog

3.1K 207 33
                                    

Dirinya tidak tahu kenapa dirinya bisa seperti ini. Terbaring tak berdaya di trotoar dengan segenap orang yang memperhatikannya. Darahnya mengalir dari pelipis, beberapa kulit ditubuhnya robek karena goresan akibat pecahan kaca. Matanya perih, buram melihat keadaan mobilnya yang hancur dan dipenuhi asap.

Dirinya masih menyetir beberapa saat lalu, masih tertawa di sambungan telepon melalui earphone, tapi hanya sebentar, ketika dia melepas seatbelt untuk mengambil sesuatu di belakang kursi saat lampu merah, mobilnya di tabrak dari belakang dengan keras hingga ia terlempar keluar menyebabkan kaca mobil pecah, terguling-guling tidak menentu, bahkan mobilnya juga ikut terguling hingga menjauh dari tubuhnya.

Dirinya masih mendengar keributan orang, dan dari jauh juga terdengar suara dengungan ambulance. Ketika mobil itu berhenti di dekatnya, saat itu juga kesadarannya menghilang ntah kemana.

🔸🔸🔸

Menangis berteriak ketika sadar dirinya tidak bisa melihat apa-apa, semuanya...semuanya gelap.
Memberontak, melempar apapun yang bisa dijangkau tangannya. Menjambak rambutnya sendiri, saat dirinya dipeluk oleh sang kakak. Kenapa semua ini terjadi padanya ? Apa salah dirinya ? Sebegitu berdosa kah kehidupannya hingga diberi cobaan seperti ini ?

Sedangkan sang kakak, masih menahan dirinya, membiarkan seorang dokter memberi suntikan bius, agar dirinya tenang untuk sementara.

Ketika bangun pun, dia memilih diam. Dia tidak tahu apakah ini pagi, siang, sore, dia tidak tahu apapun lagi. Apakah cuaca cerah, mendung, atau hujan, dia sama sekali tidak melihat.

Segenap upaya keluarganya lakukan untuk membuat dirinya agar menerima ini semua, tapi dirinya masih tetap menutup mulut.

Dia hanya belum bisa. Dia tidak biasa dengan situasi seperti ini.

Bahkan tidak tidur sama sekali saat keluarganya sudah terlelap disekitarnya pada malam hari.

🔸🔸🔸

Ketika dirinya sudah berhasil mengkontrol emosinya selama beberapa hari ini, disitu juga lah mental nya kembali di uji. Teman-teman seperguruan dan pacarnya menjenguk, mereka kira dirinya masih tertidur, padahal dirinya sudah terbangun tetapi tetap memilih menutup mata. Dirinya mendengar teman-teman nya yang mengasihaninya, mendengar pacarnya yang mengatakan tidak bisa lagi dengan dirinya. Karena keadaannya yang sekarang. Mungkin, keluarga nya sedang tidak ada diruangan, itulah sebabnya mereka bisa semudah itu mengatakan semuanya. Membiarkan air matanya kembali mengalir dengan sendirinya, tidak peduli apakah teman-temannya dan pacarnya melihat atau tidak.

Orang tuanya datang beberapa menit kemudian, dia tahu dari suara ayah dan ibunya. Teman-teman dan pacarnya berpamitan pulang, bahkan tidak ada satu pun dari mereka yang memeluknya.

Hilang semuanya. Teman-temannya tidak ada yang mau lagi dengannya, pacarnya meninggalkan dirinya, bahkan dia yakin, dia tidak bisa lagi berkuliah ketika keadaannya seperti ini. Siapa juga yang masih menerima wanita buta sepertinya berkuliah di perguruan elit seperti itu ?

Membaca, memperhatikan, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan ketika penglihatannya raib seperti ini.

🔸🔸🔸

Ketika diperbolehkan pulang pun yang ia lakukan mengurung diri dikamar, membiarkan keluarga nya keluar masuk ke kamarnya.

Pembahasan tentang kehidupannya sudah dilakukan.

Dia tidak akan lagi berkuliah
Tidak akan lagi menghubungi siapapun
Semua kegiatannya akan dibantu oleh keluarga selama dia beradaptasi dengan keadaannya sekarang.

Orang tuanya juga menyewa seorang pembimbing untuk membimbingnya belajar apa yang dilakukan orang yang hilang penglihatan nya.

Mulai dari belajar berjalan dibantu dengan menggunakan tongkat, makan dan minum sendiri, mandi sendiri, membaca dari sebuah buku yang memang khusus untuk orang buta, dan lainnya lagi.

Still With You (TaeRose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang