01

1.4K 166 108
                                    

Dulu, saat dirinya masih bisa melihat, dirinya tidak pernah sekalipun merendahkan orang lain yang kekurangan. Dia hanya akan melewati seandainya orang itu tidak membutuhkan bantuan sama sekali, tapi akan berusaha membantu jika mereka memang membutuhkan.

Sekarang, dirinya selalu rutin mendapatkan cemoohan dari orang lain atau pun tetangganya. Tak jarang juga ibunya yang mendapatkan semua itu.

Seperti..

"Percuma cantik tapi ternyata buta."

"Orang buta memang selalu menyusahkan terutama untuk keluarganya sendiri."

"Kalau buta, kenapa memaksakan keluar rumah. Menyusahkan saja."

"Kasian ya tetangga sebelah, anaknya buta."

"Ya ampun.. untung anak ku tidak buta."

Dan banyak lagi perkataan lainnya. Memang mereka tidak mengeluarkan kosa kata yang kasar, tapi nada mereka berbicara, sangat membuktikan sekali bahwa mereka mencemooh. Mungkin.. kalau dirinya masih bisa melihat, dirinya juga akan mendapatkan mimik wajah yang merendahkan.

Ya.. mereka pikir dirinya mau seperti ini ? Siapapun itu orangnya juga tidak akan mau berada di kondisi seperti ini.

Pernah sekali saat dirinya baru pindah ke Seoul, ketika itu dirinya sedang berlatih dengan pembimbing nya di sebuah taman, tapi pembimbingnya terpaksa meninggalkan dirinya sebentar karena ada telepon mendadak dan menjemput anaknya di sekolah karena sang suami yang sedang sibuk, jadi dirinya menunggu di tempat duduk. Saat itu tiba-tiba dirinya merasa haus, memutuskan untuk berjalan sambil bertanya pada orang dimana tempat penjual minuman.

Kebanyakan orang yang dihentikannya justru mengabaikannya. Ketika dirinya mulai menyerah, ada dua orang yang menawarkan bantuan, dirinya percaya saja, lalu mengikuti mereka.

Tetapi bukan ke tempat penjual minuman dirinya dibawa, tapi ntah kemana.

"Hahaha, baik-baik ya disini, nona buta. Hati-hati berjalannya, kami pergi dulu."

Menepuk pelan pipinya lalu pergi masih dengan suara tertawaan mereka.

Dirinya tidak tahu sama sekali dimana sekarang. Mencoba mendengar dengan baik, tapi tempat ini terasa sepi, hanya terdengar suara serangga-serangga kecil.

Berjalan dengan hati-hati, mana tahu dirinya menemukan seseorang. Dirinya memang bertemu, tapi dengan beberapa orang preman, yang bahkan mencoba melecehkannya.

Suara tawaan mereka lebih mengerikan daripada suara tawa dua orang sebelumnya.

Mendorongnya hingga terjatuh, lalu menahan ke dua tangan dan kakinya, mulai menggerayangi Chaeyoung. Ntah itu rambutnya, pipinya, bibirnya, betisnya, Chaeyoung sudah menangis histeris meminta mereka berhenti, tapi justru suara tawa mereka yang terdengar.

Untungnya ketika mereka hendak menggerayangi ke lokasi tubuhnya yang lebih sensitif, pembimbingnya datang tepat waktu dan mengancam dengan menghubungi polisi jika preman-preman tersebut tidak berhenti.

Alhasil preman tersebut pergi. Meninggalkan dirinya yang meringkuk sambil menangis sebelum pembimbingnya, Im Nayeon, memeluknya.

"Astaga..maafkan kakak Chaeyoung, untunglah kamu belum diapa-apakan. Kakak bersyukur handphone mu selalu on lokasi"

"Pulang,hiks.. aku mau pulang."

Kejadian itu menambah daftar buruk di kehidupannya. Setelah itu, dia tidak berani lagi untuk bepergian bila sendiri, dan tidak mau lagi mempercayai seseorang dengan mudahnya.

Sekali lagi, menyakitkan untuk memikirkan tubuhnya yang sudah kotor karena digerayangi tangan-tangan bejat, tapi setidaknya kejadian itu tidak merenggut kesuciannya.

Still With You (TaeRose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang