Obsession 15

3.7K 362 78
                                    

Pekerjaan hari ini cukup melehlahkan pasalnya Gulf berangkat lebih awal dari biasanya. Karena bukan hanya satu atau dua Kegiatan hari ini tapi enam kegiatan dan itu hampir menguras seluruh tenaga Gulf. Tapi setelah selesai dari kegiatan-nya Mild langsung membawa Gulf dan Mew ke sebuah resorts yang ada di tepi pantai malam itu juga. Salah satu resorts yang merupakan bagian dari bisnis besar, yang bekerja sama dengan perusahaan Ayahnya. Dan tahun ini Gulf lah yang di minta langsung untuk menjadi model ambasador untuk mempromosikan resorts mereka secara Gulf model yang sudah mendunia. Selain itu bayaran yang ia dapatkan nilainya cukup fantastis dari rekan-rekan kerja yang ia terima.
 
Selama perjalanan sama sekali tidak ada pembicaraan selain suara dentingan piano yang berasal dari radio yang saat ini sedang memutar lagu-lagu tahun 90 an. Seperti sebelumnya, Mew duduk di belakang untuk menemani Gulf dan tampaknya pria itu benar-benar lelah hingga membuatnya tertidur di bahu Mew dengan nyaman.
 
"Kita sudah sampai," Mild memberitahu Mew.
 
Hal pertama yang Mew jumpai adalah sebuah tempat penginapan yang luar biasa indah bahkan lokasinya tepat berada di bibir pantai. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana paginya begitu ia terbangun dan langsung menjumpai pemandangan indah luar biasa itu. Dengan sunrise langsung di depan matanya.

Akan sangat indah jika aku kesini dengan Title, pasti dia sangat senang. Batin Mew.

Mew kembali tersadar dari lamunannya.

"Aku akan membawanya ke dalam dan kau bisa menunggu ku disini." Ucap Mew bergegas untuk membawa Gulf dalam gendongannya.
 
"Menunggu mu?" alis Mild berkerut.
 
"Kau tidak berencana untuk meninggalkan ku dan aku akan berjalan kaki hingga ke Bangkok kan?"
 
Mendengar pembicaraan itu membuat Gulf membuka matanya dengan perlahan kemudian menatap Mew sambil menyipitkan kedua matanya yang benar-benar mengantuk itu. Entah kenapa hari ini terasa begitu melelahkan, tubuhnya terasa remuk semua bahkan hanya untuk menggerakan tangannya terasa begitu berat, mungkin karena ia terlalu bersemangat untuk menggoda dan mengikuti Mew kesana-kemari sejak pagi.
 
"Kau akan tinggal dengan ku." Ucapnya dengan suara serak, khas orang bangun tidur.
 
"See? Do you hear that, Mr. Suppasit?" sindir Mild.
 
"Tapi ada hal yang harus ku urus di Bangkok dan..."
 
"Mew, biar ku ingatkan bahwa kau sudah lama berhenti dari perusahaan KT. Corporation dan saat ini hanya bekerja dengan ku. Sebagai asisten pribadiku, kau belum paham juga."

Sebenarnya Gulf sangat lelah sekarang ini tenaganya sudah terkuras seharian penuh karena pekerjaan sialan itu, dan mendengar ocehan tidak jelas dari mulut Mew membuat moodnya semakin jelek. Gulf membuka pintu mobil dengan malas. Mew menatap ke arah Mild, meminta pria itu untuk memberikan sebuah pembelaan tapi tidak ada yang terjadi. Pria yang lebih pendek darinya itu hanya mengangkat kedua bahunya sambil tetap memegangi kemudi mobil seolah tidak peduli padanya.
 
"Cepatlah pergi, aku harus segera kembali ke Bangkok."
 
Mew benar-benar tidak ingin beranjak dari tempatnya saat ini hingga akhirnya ia mendengar Gulf berteriak dengan kesal.
 
"MEW! MEW SUPPASITTTT!!!!"
 
"Kau dengar teriakkannya?" tanya Mild kesal.
 
"Kau benar-benar tidak akan membawa ku kembali?" tanya Mew lagi pada mild berusaha meyakinkannya.
 
Mild menghela nafas dan memutar tubuhnya untuk menoleh ke belakang ke arah Mew yang masih bertahan di jok belakang. Sedangkan Gulf sudah berada di depan pintu masuk resorts mewah yang masih kosong dan baru itu.
 
"Dia bisa membunuh ku kalau kau ku ajak ikut denganku ke bangkok."
 
"Mild, tapi..."

"MEW!! CEPATLAH!!. KAU MENGERTI BAHASA MANUSIA KAN? APA PERLU AKU SERET KAMU DARI SITU."
 
Kata-katanya terpotong dengan teriakkan Gulf yang semakin menjadi. Mew berani bertaruh bahwa tidak ada pria di dunia ini yang pernah mendengar teriakan seorang supermodel seperti Gulf dan sialnya kenapa ia harus mengalami hal ini. Bukankah ini sama saja ia sedang bersedia mengekori seekor Cheetah? Bagi Mew, Gulf begitu menakutkan terutama jika pria itu sudah mulai bermain dan menggodanya dengan berbagai cara.
 
"Mew, ku mohon. Aku harus bertemu dengan temanku dan membahas beberapa hal penting. Minggu depan adalah pesta ulangtahun Turbo dan ia ingin segalanya sempurna."
 
"Tapi aku tidak bisa bertahan dengannya!"
 
"Bukankah seharusnya kau sudah terbiasa? Apa kau masih belum pernah sekali pun tidur dengannya?" kali ini pertanyaan yang keluar dari mulut Mild begitu vulgar dan tanpa basa-basi. Melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan oleh Mew sudah memperjelas segalanya. Mild menahan tawanya dengan susah payah menutup mulutnya rapat-rapat, berharap tidak ada ledakkan tawa yang keluar dari mulutnya.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang