Obsession 33

2.8K 326 40
                                    

Jangan Lupa vote yaa..

Selamat Membaca.❤


Malam ini tampaknya Mew tidak kembali dan Gulf tetap menunggunya. Pria manis itu duduk di depan layar televisinya sambil berharap pintu depan akan berbunyi klik, menandakan seseorang masuk ke rumahnya. Bukan Mild, tapi Mew. Sayangnya sekarang sudah pukul satu dini hari dan pria itu masih belum muncul dihadapannya. Ia tahu saat ini Mew tidak memiliki tempat tujuan. Apakah pria itu akan bermalam di jalanan atau semacamnya? Membayangkannya saja membuat hati Gulf terasa sakit.
 
Title.
 
Nama itu muncul lagi, meski jelas ia ingin melupakan semuanya dan mengabaikan keberadaan mantan kekasihnya Mew itu. Tapi, ia cukup tahu bahwa Mew hanya mengenal Title di kota ini. Untuk beberapa alasan, pria itu tidak begitu banyak memiliki teman.
 
Mew yang dulu kembali ke dalam ingatannya. Pria polos yang menarik. Pendiam dan tidak bisa mengekspresikan apa yang ia rasakan. Seorang pria canggung dan memilih untuk melakukan segalanya sendirian. Bertanggung jawab juga rendah hati. Satu-satunya pria yang tidak menatapnya karena status yang ia sandang. Pria yang berhasil menyembuhkan luka lamanya yang seolah takkan pernah terobati.

Mew memang menarik sekaligus luar biasa dengan caranya sendiri dan Gulf tersihir olehnya. Terpesona begitu dalam bahkan sanggup membuat hati kecilnya meronta, menginginkan pria itu. Ia juga dapat mengingat bagaimana dirinya melakukan segala cara untuk membuat Mew menyerahkan seluruh dirinya pada Gulf.
 
Awalnya yang Gulf inginkan adalah rasa tunduk dan pengakuan Mew terhadap dirinya. Dan bersumpah bahwa ia tidak akan pernah terjerat dalam perangkap yang ia buat. Tapi, sekarang semuanya berubah. Bahkan ketika menyadari tidak ada Mew disisinya, membuat segalanya menjadi gelap, membingungkan dan menyakitkan.
 
"Kembalilah, aku percaya pada mu." Bisiknya pada udara kosong.
 
Gulf menghela nafas, memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Ia tidak akan sanggup jika harus seperti ini untuk yang kedua kalinya. Mungkin dulu ia akan membiarkan Mew pergi darinya ketika pria itu masih berada dalam pelukkan Title. Tapi, sekarang Mew sudah menyatakan dengan jelas bahwa pria itu memilih dirinya dan ia telah menyakitinya dengan segala omong kosong.

Gulf beranjak dari sofanya, melangkahkan kaki dengan perlahan menuju dapur lalu membuka lemari pendinginnya. Ada beberapa bir di sana. Ia mengambil dua buah botol yang sanggup ia bawa dalam pelukkannya kemudian membawanya ke dalam kamar.
 
Gulf menghela nafas, meletakkan botol-botol itu di atas lantai lalu membuka gordennya. Dinding kaca yang langsung menyajikan pemandakan kota Bangkok kini berada dihadapannya. Kemudian ia menatap botol-botol itu dan keluar dari kamar. Tidak membutuhkan waktu lama, Gulf membawa dua buah botol bir lagi. Kini ada empat botol dan ia duduk di lantai, menghadap dinding kaca sambil bersandar pada tempat tidurnya.
 
"Kau ada di sana. Di suatu tempat diluar sana dan aku merindukan mu. Aku sendirian dan ketakutan. Takut kehilangan mu. Kembalilah dan katakan kau tidak akan pernah meninggalkan aku lagi. Dan maafkan aku."
 
Ia bicara dengan udara kosong kemudian mulai menegak bir itu sampai ia bisa menghilangkan bayangan pria itu dari dalam kepalanya.
 
*****

Mew tersenyum tipis, mengucapkan terima kasih ketika atasan barunya sang pemilik kedai kopi datang sambil memberikan sebuah kunci.
 
"Ada kamar di atas sana. Kau bisa bermalam di sana dan pastikan untuk mencari tempat lain." Ucap Pattie sambil mengulurkan tangannya, menaruh kunci di telapak tangan Mew.
 
"Aku mengerti, terima kasih atas tumpangannya."
 
"Dan satu lagi, kau harus bertanggung jawab atas kebersihan tempat ini."
 
Pattie memberikan sebuah peringatan. Mew menganggukkan kepalanya, sebagai tanda bahwa ia mengerti. Satu hal yang ia ketahui hari ini adalah kedai kopi ini buka hingga tengah malam. Itu berarti ia akan bekerja dari jam 8 pagi hingga 12 malam setiap hari. Karena ia tidak berani meminta hari libur setelah kelancangannya untuk menerima tawaran bermalam di kedai.
 
"Ku rasa kau sudah cukup untuk mengerti. Besok aku akan membawakan beberapa pakaian untuk mu."
 
"Eh, kurasa itu tidak perlu. Aku akan..."
 
"Kau tahu? Aku tidak pernah menerima sebuah penolakkan."

Gulf Kanawut.
 
Nama itu langsung muncul dan meletup di dalam kepala Mew. Pantas saja ia merasa tidak asing dengan sikap yang Pattie tunjukkan padanya. Bedanya Pattie seorang wanita sedangkan Gulf adalah seorang pria. Tapi gaya hidupnya yang sama, sama-sama berasal dari kalangan berada. Penolakkan adalah sebuah hal yang tabu untuk mereka.
 
Cup
 
Sebuah kecupan singkat di bibir. Sangat mengejutkan Mew. Pria itu membatu, menatap wanita yang bahkan mengecupnya tanpa izin. Bukan karena Mew tidak suka, hanya saja ia tidak menyukai seorang wanita. Dan wanita itu terlalu berani. Pattie menjilat bibir bawahnya dan tersenyum.
 
"Cukup baik."
 
Kemudian wanita itu pergi meninggalkan kedai kopi. Mengabaikan  Mew yang masih tercengang ditempatnya dan baru sadar ketika lonceng pintu kedai berbunyi. Mew menggelengkan kepalanya, mengabaikan kecupan tadi. Hanya sebuah salam yang begitu khas, ucapnya dalam hati dan mulai membereskan kedai itu untuk mengakhiri pekerjaannya malam ini.

Satu jam telah berlalu. Mew melangkahkan kaki menuju lantai dua, membuka pintu kamar yang terkunci dengan sebuah kunci keemasan dalam genggamannya. Pintu itu terbuka, sebuah kamar yang tertata dengan sangat rapi dan nyaman. Tampaknya wanita bernama Pattie ini cukup menyukai desain interior karena Mew dapat menjumpai beberapa kertas di atas meja yang berisi foto-foto banyak desain ruangan.
 
"Derionna Metha?"
 
Ia membaca sebuah tulisan yang tertera pada sampul salah satu buku agenda. Mew segera mengeluarkan ponselnya lalu mengetikkan kata kunci Derionna dalam mesin pencari. Dalam sekejab muncul berbagai macam bangunan pusat perbelanjaan dan wajah tegas Mr. Derionna, disalah satu foto ada Pattie Metha yang menemani ayahnya.
 
"Putri tunggal dari Rio Metha . Cukup mengejutkan!" ucapnya pelan.
 
Setelah mengenal Saint Kanawut semasa kuliah, lalu terlibat hubungan yang tidak jelas dengan Gulf Kanawut, sekarang ia harus berjumpa dengan Pattie Metha dan tinggal dibawah belas kasihnya. Mungkin jika rekan-rekan kantornya terdahulu mengetahui hal ini, mereka akan memohon agar dapat berada di posisi Mew meski hanya untuk sehari. Sedangkan Mew kini menyadari bahwa terlibat dengan orang-orang seperti itu bukanlah suatu hal yang mudah.
 
Mew memutuskan untuk beristirahat dengan tenang malam ini sambil menatap langit-langit dan bertanya-tanya, apa yang sedang pria manisnya lakukan sekarang. Ia merindukannya. Sangat merindukan pria itu di dalam pelukkannya.

Aku merindukanmu Gulf. Ujarnya dalam udara kosong.
 
*****
 
Hampir dua minggu telah berlalu.
 
Awalnya Mild berpikir semua akan baik-baik saja, terlebih ketika seminggu pertama Gulf hanya berubah menjadi seorang pemabuk. Namun saat ini keadaannya jauh lebih buruk. Sahabatnya itu menolak makan dan hanya duduk di lantai kamarnya, bersandar pada tempat tidur sambil menatap hamparan kota Bangkok. Kulit putihnya mulai memucat dan ada lingkar hitam di bawah matanya. Layaknya seekor panda.
 
"Kau harus makan dan tidur dengan cuku."
 
"Tidak! Aku harus menunggu Mew pulang."
 
"Gulf, sudahlah. Ini sudah hampir dua minggu!"
 
"Dia akan pulang dan aku akan mengatakan bahwa aku mempercayai dirinya."

"Kau bahkan tidak berusaha untuk mencarinya!!" protes Mild dengan nada setengah frustasi.
 
"Tidak. Dia akan kembali."
 
Gulf benar-benar keras kepala. Bicara dengannya dalam keadaan seperti ini sama saja dengan berbicara dengan sebongkah batu. Gulf membutuhkan perawatan baik secara psikis atau pun fisik. Ia berencana akan membawa Gulf ke rumah sakit milik Dokter Tay. Lebih baik dibawah pengawasan rumah sakit daripada dirawat di apartemen. Hidup Mild benar-benar tidak akan tenang jika meninggalkan sahabatnya itu sendirian.
 
"Maafkan aku, Gulf."
 
"K-kau..."
 
Mild menyuntikkan cairan bius pada Gulf yang terlalu lemah untuk melawan. Sahabatnya itu langsung tak sadarkan diri dan tergeletak di lantai. Mild langsung menghubungi salah satu orang kepercayaannya dan meminta orang itu untuk menjemput dirinya juga Gulf.
 
Baru saja ia akan memasukkan ponsel ke dalam saku, ponsel itu bergetar. Nama Mr. Kanawut tertera di sana dan itu berarti ia harus kembali berbohong.

"Selamat siang, Paman."
 
Mild sudah sangat dekat dengan Gulf sehingga ia sudah terbiasa berada disekeliling keluarga itu.
 
"Saat ini Gulf sedang bersama ku dan dia baik-baik saja paman. Semoga bisnis anda di prancis berjalan dengan lancar."
 
Mild menyudahi sambungan telepon itu kemudian memberikan kode pada pria yang bekerja sebagai bodyguard Gulf itu untuk membawa Gulf menuju mobilnya yang berada di lantai basement.

























Tbc~
___________________________

Sabar ya teman-teman dikit lagi konfliknya bakal selesai. Dan ini udah masuk ke last konflik. Jadi aku mohon bersabar sedikit yaa...😊

See u...

Bye.bye❤

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang