Obsession 34

2.9K 345 29
                                    

Jangan Lupa vote yaa.😊

Selamat membaca.❤

Gulf tersadar di tengah perjalanan. Mild memang sengaja tidak memberikan dosis tinggi. Ia bukan seorang dokter dan ia tidak tahu efek samping apa yang mungkin akan muncul pada sahabatnya yang malang itu. Mild melirik ke belakang, menatap Gulf yang masih dalam keadaan setengah sadar dan mengerjapkan matanya berkali-kali, berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya.
 
Ia menatap tajam Mild melalui spion depan. Mild menyadarinya dan ia hanya diam sambil mengemudikan mobilnya.
 
"Kau sudah sadar?"
 
"Apa yang sedang kau coba lakukan padaku?" tanya Gulf.
 
"Membawamu ke rumah sakit jiwa."
 
Mild menjawab singkat. Dan tentu saja ia tidak benar-benar melakukannya. Ia tidak mungkin mengirim sahabatnya itu sendiri ke rumah sakit jiwa tanpa persetujuan keluarga yang bersangkutan.
 
"Aku lapar." Ucap Gulf.
 
"Oh My God, akhirnya kau tahu rasanya lapar."

Gulf tidak mengatakan apapun. Ia memutar kedua bola matanya malas, mengabaikan sarkasme yang ditunjukkan Mild. Ia sudah terbiasa. Mereka memang dalam hubungan persahabatan yang seperti itu. Ketika setiap orang berusaha menjaga sikap didepan Kanawut bersaudara, maka Mild adalah sebuah pengecualian. Pria manis itu lebih bersikap jujur dan terbuka. Jika ia tidak suka, maka ia mengucapkannya dengan jelas.
 
Mild menghentikan laju mobilnya di bahu jalan, persis didepan sebuah minimarket.
 
"Aku akan membeli beberapa makanan dan jangan coba-coba untuk melarikan diri."
 
Mild memberikan sebuah peringatan sebelum akhirnya ia keluar dari mobil dan menghilang dibalik pintu. Meninggalkan Gulf didalam mobil dalam diamnya. Pria itu mengamati jalanan sebagai pelampisan kebosanannya ketika harus menunggu Mild selesai dengan urusannya. Jujur saja, ia tidak bisa merasakan apa-apa saat ini. Mungkin efek pola hidupnya yang memburuk atau suktikan yang diberikan Mild padanya. Tidak tahu yang mana.

Yang Gulf ketahui saat ini adalah ia tidak memiliki banyak energi untuk menolak perintah mild. Dan itu berarti ia akan terbaring selama beberapa hari di rumah sakit. Hanya itu.
 
*****
 
Mew sangat bertanggung jawab atas pekerjaannya dan ia menunjukkan keseriusan yang cukup memukau. Bahkan Smile merasa kali ini bosnya tengah merekrut orang yang tepat. Selain tampan dan rajin, Mew mampu mengundang banyak pengunjung wanita dan pria tentu saja itu menyenangkan untuk sibuk sepanjang hari karena penambahan dari pemasukan berarti bonus di akhir bulan.
 
"Kau sangat tampan dan menarik perhatian. Pengunjung meningkat dua kali lipat dan itu cukup menyenangkan." Puji Pattie yang hari ini pun hadir untuk sekadar memastikan kondisi kedai miliknya.
 
Sudah Lima hari Mew bekerja dan pemasukannya cukup lumayan. Dan satu hal lagi yang Mew pelajari dari seorang wanita muda seperti Pattie adalah wanita itu sama sekali tidak sombong atau apapun itu. Ia juga bukan tipe keras kepala dan mengayomi karyawannya. Cukup menyenangkan untuk bekerjasama dengan atasan seperti Pattie.

"Kau akan jatuh cinta padanya Miss. Pattie." Goda Mario, salah satu barista di kedai kopi itu.
 
Mendengar hal itu, Pattie langsung tertawa pelan. Matanya langsung berbentuk bulan sabit yang lucu. Informasi tambahan, Mew juga senang dengan sikap ramah Pattie yang suka sekali bercanda dengan karyawan-karyawannya.
 
"Owhh~ sayang sekali. Mew tidak memberikan getaran padaku sama sekali. So, maafkan aku Mr. Suppasit." Kali ini Pattie melirik Mew, bermaksud menggoda pria itu dan berharap ia tidak akan terlalu kaku disana.
 
Mew hanya memberikan sebuah senyuman tipis.
 
Pattie menyerah. Ia menghela nafas kemudian melirik jam tangannya. Sudah waktunya ia kembali ke kantor untuk menandatangani banyak berkas-berkas perusahaan. Wanita itu meraih tasnya kemudian menepuk sebelah bahu Mew.
 
"Santai saja. Jangan terlalu kaku dan pastikan kau mencari tempat tinggal baru mu. Kita tidak mungkin tidur di atas satu tempat tidur yang sama, kan?"
 
Mew hanya diam.

Pattie tersenyum tipis kemudian melambaikan tangannya pada karyawan lain. Setelah itu, semua orang sibuk bekerja sementara Mew menatap keluar cafe dengan pikiran yang melayang jauh dan batinnya mempertanyakan keadaan kekasihnya hari ini. Bagaimana kabarmu Gulf.
 
"Mew, bisa kau membantu ku di sini?" tanya Smile.
 
Mew segera tersadar dari lamunannya dan bergegas membantu rekan-rekan kerjanya.
 
"Ada apa?"
 
"Antarkan ini ke meja nomor 8."
 
Mew pun bergegas membawa sebuah cake cokelat dan segelas ice cokelat pada sebuah nampan. Pesanan ini mengingatkannya pada seseorang dalam masalalu, Title. Pria itu sangat menyukai cake cokelat dan ice cokelat yang selalu tersaji bersamaan dihadapannya.
 
"Pesanan anda." Ucap Mew ramah.
 
"Oh, terima kasih."
 
Pelanggan itu mengangkat wajahnya kemudian terkejut melihat siapa yang membawakan pesanannya, begitu juga sebaliknya.
 
"Mew?"

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang