———
F R I E N D S
———
⚠️can you give me 100 stars? If u like my story ❤️⚠⚠⚠⚠
VOTE."Nar! Buka pintunya gue mau ngambil sabuk! Woi!!"
Gue menghentakkan kaki dengan kesal. Gue yang tadi asik merebahkan diri karena sedang ga mood, sekarang harus bangun karena saudara kembar gue yang ga guna ini.
"makanya taruh barang tuh jangan kesana kemari. Lo udah punya kamar kenapa ga taruh di kamar lo aja sih?!"
Jaehyuk masih memukul pintu kamar gue. "buka bentaran doang gue mau masuk."
Gue dengan kesal membuka pintu dan membiarkan Jaehyuk masuk. "cepetan ambil."
"kenapa lo? Jelek amat."
Masa bodo lagi dengan kata - kata yang diucapkan oleh kakak gue ini.
"Nar! Plis jangan marah—"
"apaan sih kok lo kesini? Udah pergi sana!"
Gue kaget demi apapun karena Jeno tiba - tiba masuk. Dia memohon sama gue dan matanya yang masih merah karena mengantuk itu menatap gue.
"berantem kalian? Ck, lanjutin deh. Bye gue mau pergi. Bilang sama mami papi gue pulang malam."
Jaehyuk pergi, dan dia juga menutup kamar gue. Sekarang Jeno masih berlutut didepan gue.
"Nar, gue tuh ga maksud mengusir atau marah - marahin lo. Sumpah."
"ga maksud apanya jelas - jelas lo marah sama gue. Lo ngebentak gue cuma karena gue ganggu lo tidur yang habis begadangin Siyeon. Idih apa banget."
Gue melepas tangan Jeno dan kembali ke kasur. Jeno tuh gak akan menyerah sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Nara, cantik. Plis gue minta maaf."
"bodo."
"sumpah gue semalam tidur cuma tiga jam, Nar. Makanya gue ga sengaja marah, demi apapun gue ga bohong."
"udah sana suruh Siyeon tidurin lo lagi."
Setelah itu gue mendengar suara Jeno yang merengek seperti putus asa.
"Nar jangan begini~"
"kenapa kalau gue begini? Nanti ga bisa minta nenen sama gue?? Iya?!!" gue refleks duduk dan menatap Jeno tajam.
"g-ga gitu astaga. Masa gue nganggap lo hanya sebatas slave gue? Ya engga lah, lo sahabat gue, lo cinta mati gue ga mungkin gue jahatin lo begitu."
Gue diam. Cinta mati katanya. Bibir Jeno emang udah biasa ngomong begitu. Ga ngaruh di gue.
"Nara~"
Jeno menarik tangan gue, dia kini mendekat dan merunduk untuk memeluk tubuh gue.
"maaf, plis. Gue begadangin Siyeon karena dia sakit ga bisa tidur. Jadi gue temenin dia di vc sampe dia ketiduran. Hm? Percaya dong sama gue."
Suara Jeno kaya tenggelam. Gue menunduk dan ternyata wajahnya bersembunyi di perut gue. Dia meluk pinggang gue erat.
Dan, jadi Siyeon sakit. Gue kira ngapain. Pikiran gue udah negatif aja karena Siyeon itu bucin banget sama Jeno.
Padahal Jeno sendiri sama sekali gak ada rasa sama dia. Tapi yang namanya hati kan ga ada yang tahu, bisa aja Jeno suka Siyeon juga.
"bener, Siyeon sakit?" dia hanya mengangguk tanpa suara.
"awas lo kalau bohong. Gue bisa cari tahu ni sekarang."
"bener. Sumpah." suaranya berat. Kayanya dia mau tidur lagi. Gue menarik dagunya dan dia memejamkan mata.
Gue menghela napas. "yaudah gue maafin. Tidur yang bener!"
"peluk juga."
"iya - iya ah."
Jeno sekarang meluk gue. Dia membuat wajahnya tenggelam di dada gue.
"Nar... Minta susu."
Gue dengan emosi yang tiba - tiba kembali menarik surainya. "lo ya ga tau situasi emang!"
"ah! Sakit!"
"ya lagian baru juga habis berantem udah minta aja!"
Jeno mengerucut. Ditambah kedua matanya berair. Gue semakin heran menatap Jeno.
Kaya gue sama Jeno ini jiwa yang tertukar.
Tangan Jeno sudah masuk ke dalam kaos gue. Dia meraba payudara gue dan diremas begitu saja. Ingat, wajahnya tetap sayu.
"Jeno— tangan lo."
"ga mau." Jeno setengah bangun. Dia mengangkat kaos gue sampai diatas buah dada gue.
Gue kini berada dibawahnya, dan Jeno sudah merunduk untuk mencium belahan dada gue.
Gue memejamkan mata membiarkan Jeno yang bermain.
"ahhhh! Jangan di gigit! Udah sering gue kasi tau ih!"
Dia mengabaikan ucapan gue. Kini tangannya meremas dada gue dan menaikkan bra gue agar buah dada gue terlihat dengan sempurna.
"Nar, kenapa makin besar?"
"lo doang yang bikin makin besar!"
Jeno tersenyum dengan bodohnya. Dia kini mulai mengulum dada gue dan menghisapnya.
Gue ga bisa berbohong kalau Jeno memainkan payudara gue, gue benar - benar menahan desahan.
Yang gue lakukan hanya mengadah, sambil memejamkan mata, dan juga tangan gue menahan kepala Jeno agar dia semakin dalam mengulum puting gue.
"hhhh...."
"kenyal— uhmh..."
Gue membusungkan dada, membuat Jeno semakin merasa puas. "ahh— Jen lo, udahan nanti tiba - tiba ada yang masuk ke kamar."
Jeno menjilat puting gue dan juga dia gigit.
"fuck, Lee Jeno.... Hhh—"
❌❌❌❌❌❌❌❌❌❌❌❌❌
senang dapat sarapan susu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✅]FRIENDS; LEE JENO
Fiksi Penggemar[SELESAI] Feat. Mark Lee [RATED-M]🚫 Berteman sama Lee Jeno memang butuh kesabaran.