——— ⚠️can you give me 100 stars? If u like my story ❤️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue memeluk tubuh Mark erat. Sampai terlalu nyaman karena dada Mark yang bidang ini gue jadikan bantal.
Mark menarik selimut berwarna putih sampai bahu telanjang gue. Iya, gue belum memakai apapun, sementara Mark hanya bertelanjang dada menyisakan celana coklatnya saja.
"Selama aku ga disamping kamu, kamu memang sering main sama Jeno?"
Gue mengangguk. "Kita belajar bareng." Setelah mengatakan itu gue memejamkan mata karena berbohong. Soal cupang Jeno dibawah dada gue tadi, untungnya tanda itu sudah agak memudar, dan bisa dilihat seperti gatal.
Dia memeluk bahu gue dan mencium kening gue cukup lama. "Aku ga melarang kamu berteman sedekat apapun sama Jeno."
Tentu gue tau maksud Mark. Gue pun mendongak dan mengecup bibirnya. "I love you, Mark."
"Love you more, baby."
Gue merasakan tangan Mark mengusap punggung gue dan turun ke bokong gue. Gue mencium lagi bibirnya hingga kami saling melumat.
Sebenarnya gue sangat amat salut karena Mark bisa menahan napsunya sendiri. Kalau Jeno mungkin gue udah patah tulang.
Drt drt... drt drt...
Ciuman kami lepas. Mark mengambil ponsel gue yang bergetar di nakas. "Jaehyuk telepon."
Gue menghela napas malas. Demi apapun dia menganggu kami.
Gue mengambil ponsel gue dan menerima panggilan teleponnya. Ketika gue baru saja menyatukan ponsel pada daun telinga, suara Jaehyuk sangat keras terdengar.
"LO DIMANA UDAH MALAM BEGO!"
Gue langsung bangun untuk duduk, selimut masih gue tahan agar menutupi tubuh atas gue meski Mark bisa melihat punggung sempit gue.
"Gue di rumah Mark. Iya sebentar lagi gue balik galak banget sih." Ucap gue pelan. Gamau keliatan kasar dihadapan pacar.
"Cepetan ya njing, Jeno dari tadi nungguin lo dari soreeeeee."
"Ih ya suruh dia pulang aja kali. Ngapain nungguin kan gue udah bilang sama dia."
"Lah ya mana saya tau. Bye 10 menit gue tunggu kalau belum lo sampai, lihat keadaan kamar lo nanti."
Baru saja gue ingin membalas kalimatnya tapi sambungan sudah terputus secara sepihak. Gue menahan emosi karena dia. Sialan lah Jaehyuk.