You're the fear, I don't care
'Cause I've never been so high
Follow me through the dark
Let me take you past the satellites
You can see the world you brought to life, to life
So love me like you do, love me like you do
Love me like you do, love me like you do
Touch me like you do, touch me like you do
What are you waiting for?Love Me Like You Do ~ Ellie Goulding
~•~
Pagi yang indah, saat mimpi-mimpi mulai pudar seiring hilangnya kegelapan malam. Mentari mulai timbul dari balik bukit besar, menerangi batang-batang pohon yang tertanam rapi.
Tangan Caca meraih jam digital yang berbunyi nyaring di atas lemari kecil di samping ranjangnya.
05.30
Caca menguap lebar, kemudian tidur kembali. Namun, mata yang sudah terbangun sukar sekali untuk menutup. Caca mendengus sebal, berusaha menutup matanya tapi tidak bisa. Sinar matahari sudah menembus kaca yang terletak sejajar dengan ranjangnya. Membuat mata Caca silau.
"Ih kenapa udah pagi, masih ngantuk Tuhan," eluh Caca seraya menutup seluruh badannya menggunakan selimut
"Caca! Cepet bangun! Udah pagi sayang!" Teriak Puspa yang bagai bunyi neraka untuk Caca
"Aduh, Mama, mati gue! Tidur lagi aja deh." Caca terpaksa memejamkan matanya lagi
Pintu kamar Caca tidak pernah dikunci sehingga membuat Puspa leluasa masuk ke kamarnya. Itu karena Caca sangat takut jika tiba-tiba mati lampu atau mimpi buruk yang membuatnya harus lari ke kamar Naura yang berada di samping kamarnya. Puspa menggeleng saat melihat kelakuan anak sulungnya itu yang ternyata masih terbaring nyenyak.
"Ca! Bangun sayang, udah pagi. Nanti terlambat lho," ucap lembut Puspa seraya menarik selimut dari tubuh Caca
Caca mengerjap-ngerjap, "Ah, sekolah tinggal sehari aja Ma. Enggak usah sekolah ya? Badan Caca juga rada enggak enak."
"Begitu ya?" Puspa mendekati Caca, menempelkan telapak tangannya pada dahi Caca. "Hangat, tapi nanti kalau Nathan datang pasti sembuh. Udah cepat mandi sana!"
Caca mulai bangkit dari tidurnya, terduduk rapi sambil merapikan rambutnya yang berantakan seperti Mak Lampir. Puspa mengelus-elus rambut Caca lalu mencium dahinya.
"Cepat sana, sekali-kali ke rumah Nathan kenapa? Kan kasian kalau dia harus nungguin kamu terus."
"Tapi memang lebih baik kaya gitu kan ma?" protes Caca yang sedikit kesal dengan ucapan Puspa
Puspa menghela nafasnya, "Iya tau, tapi kan kamu juga bisa balas budi sama Nathan."
"Kaya politik saja,"
"Ca, berterima kasih itu tidak dalam politik saja kan?" tanya Puspa sambil keluar dari kamar Caca
Caca mengusap matanya, benar kata Puspa. Caca tidak pernah bisa membalas semua kebaikan Nathan. Sebuah air mata mengalir pelan ke pipi chubby Caca, perkataan tadi sudah merenggut senyumannya. Tapi, Puspa memang benar. Caca tidak pernah baik pada Nathan.
Dengan cepat, Caca langsung berlari menuju kamar mandi. Hari ini dia ingin membalas semua kebaikan Nathan. Semua, kecuali hati Nathan yang sudah tidak bisa lagi diperbaiki. Semua, kecuali tangisan dalam diam yang selalu Nathan alami. Semua, kecuali kesempatan-kesempatan yang sudah terlampau jauh dari harapan indah yang harus putus ditengah jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain
Teen Fiction~Masih banyak cerita yang belum dibicarakan~ Kata malam, dia terlalu jauh untuk kau semai. Dia terlalu membuatmu jatuh terjuntai ke dalam perasaan yang tak teruntai. Bagai rembulan yang tak pernah ditakdirkan bersandingan bersama sang surya. Kata si...