Untuk hati yang terluka
Tenanglah, kau tak sendiri
Untuk jiwa yang teriris
Tenang, ku kan temani
Hidup itu sandiwara
Yang nyata ternyata delusi
Terlarut posesi berujung kau gila sendiriUntuk Hati Yang Terluka ~Isyana Sarasvati
[Yuk putar mulmed yang udah disediain author, mari kita menemani hati yang sedang kesepian]
~•~
"Ha? Papa?"
Bibir Caca tiba-tiba keluh setelah melihat laki-laki bertubuh kekar didepannya. Laki-laki itu adalah Papanya, Abimanyu yang baru saja pulang dari tugasnya.
Suara hentakan kaki Abimanyu terdengar keras, dia mendekati sulungnya itu dengan mata tajam seperti elang dan mulut yang tertutup rapat.
Caca tersenyum tanggung. "Papa sudah pulang?"
"Darimana saja kamu? Sampai jam segini belum pulang!" Abimanyu menunjuk jam yang tertempel manis didinding, "Mama bilang kamu sama Nathan? Bener itu?"
Caca mengangguk sekali, Abimanyu mengelilingi tubuh Caca yang sedang tegak berdiri dengan keringat dingin yang bercucuran keluar dari tubuhnya.
"Kamu tahu ini sudah malam bukan? Anak perempuan itu sudah harus ada di rumah sebelum jam sembilan. Ini jam sebelas masih keluyuran aja!" geram Abimanyu yang terlihat dari gaya bicaranya.
Tiba-tiba Abimanyu memegang kedua pundak Caca, lantas menatapnya dengan tajam. Caca menahan rasa takutnya, matanya meredup takut melihat Papanya yang tampak menahan amarahnya.
Plakk
Tamparan keras dari Abimanyu bagai pohon kering yang disambar petir. Namun bagi Caca, rasa sakitnya tak sebanding dengan sakit hatinya kepada Papanya. Caca tidak mempedulikan pipinya yang memerah, dia dengan segala keberaniannya menghadap kembali wajah Abimanyu.
"PAPA TIDAK PERNAH MENGINGINKAN KAMU SEPERTI INI!" Abimanyu memulai konflik percakapan ini.
Caca tersenyum getir, "Seperti apa? Apa Papa peduli dengan semua yang Caca lewati?"
"TENTU SAJA!"
Caca tertawa sekali. "Benarkah? PAPA HANYA PEDULI SAAT DI TELEPON SAJA! SAAT PAPA DATANG PAPA BAHKAN TIDAK PERNAH MENATAP ATAU BERBICARA DENGAN CACA! PAPA TERUS BERBICARA SAMA NAURA!"
Mendengar terikan putrinya, Puspa yang tidak bisa tidur secepat kilat berlari menuju ruang tamu. Dia sudah tidak dapat memasang muka datar saat Caca tengah marah dengan Papanya.
Caca tidak kuat lagi menahan air matanya, satu tetesan air mendarat dengan pelan di pipi Caca. Sekarang gadis itu menunduk lemah, berharap ada yang memeluknya dan membiarkannya menangis sejadi jadinya.
"Hentikan Pa, udah cukup," suara lembut Puspa menari melewati gendang telinga Caca.
Puspa mengambil ancang-ancang untuk segera menyelamatkan Caca dari kemarahan Abimanyu. Tapi dengan cepat tangan Puspa langsung ditarik Abimanyu agar berhenti. Puspa berkali-kali menarik tangannya untuk lepas, tapi cengkraman Abimanyu lebih kuat daripada elang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain
Teen Fiction~Masih banyak cerita yang belum dibicarakan~ Kata malam, dia terlalu jauh untuk kau semai. Dia terlalu membuatmu jatuh terjuntai ke dalam perasaan yang tak teruntai. Bagai rembulan yang tak pernah ditakdirkan bersandingan bersama sang surya. Kata si...