I'm a savage (yeah)
Classy, bougie, ratchet (yeah)
Sassy, moody, nasty (hey, hey, yeah)
Acting stupid, what's happening? Bitch (whoa, whoa)
What's happening? Bitch (whoa, whoa)Savage ~ Meghan The Stallione
~•~
"Engkong, kopinya pait apa manis?" teriak Nathan yang sibuk mengambil bubuk kopi untuk dituangkan ke gelas
"Engkong milih yang tengah!!" jawab Jamal seraya tertawa melihat televisi
Nathan mendesis "Nanyanya pait apa manis jawabannya tengah-tengah Kenape di hidup gue gak ada yang maju pemikirannya, semua kaya keong sawah!?"
Suara uap air menyentuh telinga Nathan, langsung saja api itu mati. Uap panas menghambur ke wajah Nathan, membuatnya sedikit sebal. Namun tetap saja kopi itu harus sempurna menemani malam yang dingin ini, sedingin perasaannya yang belum pernah memanas.
"ENGKONG!!!" suara cempreng seorang cewek menggema di seluruh rumah. Nathan tersentak kaget, hampir saja kopi panas yang dibawanya jatuh ke lantai.
Caca menghampiri Nathan, menjulurkan tangannya ingin membantu. Nathan tidak menghiraukannya, dia melewati Caca tanpa berkata apapun. Caca menganga, belum pernah ada lelaki yang tak peduli pada bantuannya kecuali Nathan.
"Panas, nanti pecah mau ganti?" tanya Nathan setelah selesai memberikan kopi itu pada Jamal
Caca berkacak pinggang, menatap Nathan dengan tajam. Pipi chubby itu menggembung, menampilkan wajah lucu Caca. Nathan tertawa, membuat Jamal langsung menoleh ke arah Caca. Bagai patung penjaga yang berdiri di depan pintu dapur.
"Udahlah Nat! Caca sini, jangan hiraukan monyet ini," ajak Jamal sengaja mempermalukan Nathan untuk membujuk Caca. Dan betul saja, Caca langsung menghampiri Jamal. Nathan menguap malas, cewek selalu dibela. Caca menjulurkan lidahnya, merasa paling hebat.
"Ngapain Lo kesini? Pasti mau nyontek pr kan?" tebak Nathan yang sudah kenal betul pemikiran Caca
Caca tertawa manyun, menggangguk pelan membuat Nathan menghela nafas bersabar. Dengan cepat, Nathan berlari menuju kamarnya melompati satu tangga dan menjejakkan kakinya lebih jauh lagi. Caca melihat kepergian Nathan dengan tatapan yang tidak bisa dijabarkan.
"Hm. Ekhmm," Jamal berdeham membuat Caca kaget dan langsung menoleh ke arahnya
"Suka sama Nathan ya?" goda Jamal membuat pipi Caca memerah
"Apa sih Engkong, Caca gak suka sama orang kejam macam dia."
Jamal menyikut perut Caca, menyuruh Caca untuk duduk.
Suara langkah kaki cepat dari Nathan terdengar, dia membawa dua buku yang digenggam oleh tangan kanannya. Suaranya sangat keras karena menggunakan sandal jepit berkualitas, saking berkualitasnya sandal itu sangat tipis dan fleksibel.
"Neh buku nya," Nathan melempar dua buku itu secara bersamaan, Caca yang dasarnya lemot banget sampai tidak bisa meraih dua buku itu. Bukunya jatuh, menampilkan gambaran Nathan di akhir halaman salah satu buku.
Melihat gambarannya tersebar luas, Nathan langsung mengambil buku itu. Namun terlambat, Jamal yang meraih buku itu sebelum kedua remaja itu cekcok, bertengkar, dan ujung-ujungnya bertengkar untuk meminta maaf. Jamal tersenyum kecut melihat lukisan itu, Nathan menggigit bibirnya merasa sangat cemas.
"Bagus juga gambaran mu Nat," Jamal memuji sedikit Nathan
"Caca harus tau nih!" seru Jamal yang membuat Caca langsung melompat duduk di sofa. Gambaran itu sangat tidak asing, Caca tersenyum tipis melihat wajahnya dilukis secantik Monalisa hanya dengan pensil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain
Dla nastolatków~Masih banyak cerita yang belum dibicarakan~ Kata malam, dia terlalu jauh untuk kau semai. Dia terlalu membuatmu jatuh terjuntai ke dalam perasaan yang tak teruntai. Bagai rembulan yang tak pernah ditakdirkan bersandingan bersama sang surya. Kata si...