36. MAAF

55 19 74
                                    

I hate that I let you down,
And I feel so bad about it
I guess karma comes back around
'Cause now I'm the one that's hurting yeah
And I hate that I made you think
That the trust we had is broken
So don't tell me you can't forgive me
'Cause nobody's perfect, no

Nobody's Perfect ~ Jessie J

~•~

Pagi ini Caca menemukan sebuah kebenaran. Memang tak mudah melupakan kejadian kemarin malam, namun Nathan sudah menjelaskan. Biarkan hari ini tidak sebegitu menyakitkan seperti kemarin.

Caca berlari kecil, dengan senyum merekah dan mata yang perlahan mengeluarkan air mata. Setetes namun tak sampai berkali-kali menetes. Dia hanya ingin seperti Caca kecil yang selalu tertawa polos dengan hal apa saja yang sudah dia lewati, entah itu baik atau buruk.

"Papa!" Sapa Caca yang melihat Abimanyu sedang menyiram bunga di taman kecil belakang rumah.

Abimanyu yang merasa terpanggil langsung menoleh kebelakang. Caca berlari kecil menuju arah Abimanyu lalu memeluknya erat-erat. Abimanyu membalas pelukan itu, sesekali dia memejamkan matanya seperti menyerahkan sepenuhnya pada semesta.

"Pa, maaf. Maafin Caca ya, Caca salah. Caca enggak mau seperti tadi malam, Caca cuma mau bilang kalau Caca sangat sayang sama Papa. Selalu sayang." Caca merengkuh tubuh Abimanyu dengan lebih kuat lagi. Hingga telinga Caca bisa mendengar detak jantung Papanya itu.

Abimanyu tersenyum, mengecup kening sulungnya itu lalu melepaskan pelukannya. Kini mata Abimanyu menatap mata Caca dengan tatapan lembut. Caca menyeka ujung matanya yang masih mengeluarkan air.

"Iya, Papa juga minta maaf kalau Papa terlalu keras sama Caca. Papa cuma mau Caca belajar dewasa," ucap Abimanyu yang membuat bibir Caca tersenyum lagi dan lagi.

Abimanyu meletakkan selang air yang dia gunakan untuk menyiram tanaman-tanaman di taman kecilnya. Dia juga bergegas untuk mematikan air di kran. Caca berganti tempat, dia duduk di tangga kecil. Melihat Papanya yang tengah menggulung selang air tadi.

Abimanyu meletakkan selang itu di samping tangga tempat duduk Caca. Namun, dia mengurungkan niatnya untuk duduk bersama Caca. Abimanyu memilih untuk memetik setangkai bunga kamboja, kemudian dia bawa untuk menemui sulungnya.

"Dua puluh delapan tahun yang lalu, Papa melamar Mama kamu menggunakan bunga kamboja. Sekarang Papa mau melamar-kan anak Papa ini kepada seorang laki-laki," ujar Abimanyu yang bersimpuh sambil menunjukkan bunga itu pada Caca..

Caca menutup mulutnya karena tertawa akan tingkah laku Papanya.  "Papa ini, udah tua masih aja bisa ngegombal. Pantes Mama aja sampai luluh."

Abimanyu tersenyum lebar. Dia meletakkan bunga kamboja itu di sela telinga Caca. Abimanyu tersenyum bangga melihat kecantikan putri sulungnya itu. Persis meniru mamanya.

"Kamu tahu, Mama kamu saja dulu enggak secantik ini." puji Abimanyu yang membuat Caca manyun.

"Apa?!" Tiba-tiba suara seorang wanita mengagetkan mereka. Caca dan Abimanyu langsung menengok ke sumber suara, ternyata Puspa.

Puspa menghampiri mereka berdua dengan raut wajah kesal serta berkacak pinggang. Caca menunduk, ingin tertawa namun tidak mungkin. Abimanyu tertawa licik, menyeramkan memang melihat Puspa marah. Apalagi suaranya yang bisa membuat mata langsung terbelak.

RefrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang