38. RUMAH SAKIT

45 13 74
                                    

Picture perfect memories
Scattered all around the floor
Reaching for the phone 'cause, I can't fight it anymore
And I wonder if I ever cross your mind
For me, it happens all the time
It's a quarter after one, I'm all alone and I need you now
Said I wouldn't call, but I lost all control and I need you now
And I don't know how I can do without, I just need you now

Need You Now ~ Lady Antebellum

~•~

Siang yang terik, cuaca hari ini seperti api yang membakar makhluk-makhluk bumi. Panasnya tak tertahankan, ditambah kipas angin yang mati karena rusak. Biasalah, karena kipas angin itu sudah tua.

Hari ini adalah waktunya istirahat ke-dua, semuanya pergi ke kantin untuk sekedar membeli minuman dingin untuk bisa menangkan otak yang kepanasan.

Nathan, Petir, dan Awan menenangkan diri mereka dengan tertawa dan bercanda di pojok ruangan. Jendela dibuka lebar-lebar agar angin bisa masuk tanpa halangan.

"Nat, kapan Lo nikah?" celetuk Petir membuat Awan melotot

Nathan mendengus kesal. "Nikah? Pacar ada kagak ada,"

"Ta'aruf dong Nat. Carilah inspirasi untuk mendapatkan jodoh." jelas Awan seraya tersenyum melihat ke jendela.

Nathan mengamati gerak-gerik Awan yang hari ini bisa dibilang cukup aneh. Awan lebih sering melihat ke jendela dengan senyum indah padahal jelas-jelas Kamboja ada di kelas ini.

"Lo kenapa Wan? Mau jadi playboy kayak Guntur? Atau fuckboy kaya Petir?" Nathan terkekeh geli.

Petir menampar kecil pipi Nathan,  "gue fuckboy? Oh tidak man, aku ini sadboy,"

Tiba-tiba Caca datang menghampiri mereka bertiga, Petir menepuk-nepuk punggung Nathan dan menujuk Caca yang ada dibelakang Nathan.

Nathan menoleh, dia mendapati gadis cantik dengan rambut berantakan. Nathan berdiri dari duduknya, menatap wajah Caca seraya mengangkat kedua alisnya. Apa?.

"Temenin gue ke perpus dong, boleh ya? Boleh ya Nat? Ya?" desak Caca dengan memberikan wajah melas.

Nathan memutar bola matanya, drama queen kembali dimulai, "ogah, gue udah PW disini!"

Caca menghembuskan nafas kasar. "Masa Lo lebih milih dua keong sawah ini daripada gue, temen Lo yang paling cantik?"

"Eh mbak, mulutnya dikondisikan!" gertak Petir tak terima.

"Iya tuh, kita itu keturunan darah biru." tambah Awan mengompori percakapan ini.

"Ck, bangsawan dari planet mars pasti." batin Caca seraya membalikkan badannya dan pergi.

Namun, Nathan langsung menggenggam tangan Caca dengan kasar. Caca mengerang kesakitan dan mencoba melepaskannya, tapi Nathan tetap menggenggam tangan Caca dan melaju ke perpustakaan.

"Bisa santai enggak sih!" kesal Caca disela-sela perjalanannya.

Akhirnya mereka berdua sampai di perpustakaan. Hari ini perpustakaan terlihat sangat sepi, hanya satu dua orang yang terlihat mengambil buku dari rak-rak baja yang sudah berkarat.

RefrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang