17 - Kiss and Kill

51.6K 5.3K 623
                                    

Part ini panjang loh, tadinya mau di bagi dua tapi nggak jadi biar greget.

Vote/klik bintang yah!

HARAP PEGANGAN!!!

~*~*~*~

Seminggu berlalu sejak kejadian Rio tidak pulang malam itu. Hari-hari berikutnya Rio terlihat seperti biasa, dia pulang seperti biasa, berangkat seperti biasa, dan bercanda serta bertengkar dengan Mikha seperti biasanya. Semuanya berjalan seperti biasanya. Saking terasa sangat biasa, spekulasi-spekulasi yang sempat berhamburan di benak Mikha, perlahan-lahan mereda dengan sendirinya.

Mikha mematut pantulan dirinya melalui cermin meja rias. Blouse ungu pastel bergaya peplum melekat cantik di tubuhnya.

Mikha menyisir rambutnya yang panjangnya sudah menyentuh tulang selangkanya. Biasanya Mikha selalu memotong rambutnya ketika sudah melewati bahu, tapi untuk saat ini ia membiarkannya saja. Terakhir Mikha berambut panjang saat lulus kuliah. Ia memotongya karena rambutnya rusak parah akibat sering gonta-ganti warna rambut dan hampir tiap hari di catok atau curly. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk menarik perhatian Rio. Eh, taunya pas dipotong pendek, untuk pertama kalinya Rio memuji rambutnya. "Lo bagusan rambut pendek, Mikh." Kan Mikha jadi melongo bego seharian.

Mikha mengumpulkan rambutnya lalu mencoba mengikatnya agak tinggi dan ternyata berhasil. Mendadak Mikha jadi ingat film You Are The Apple Of My Eyes, saat pemeran ceweknya mengikat rambut, damage-nya langsung nambah beratus kali lipat.

Seusai mengalungkan rantai perak berbandul permata kecil pada lehernya dan menyemprotkan parfum beraroma floral, Mikha bangkit berdiri kemudian meraih tas selempang bertali rantai dari atas meja dan menyampirkannya di bahu kanan. "Gila ya, lo cantik banget, Mikh. Sebelas dua belas lah sama Suzy," gumamnya penuh percaya diri.

Melangkahkan kaki keluar dari kamar, pandangan Mikha langsung tertuju pada yang berdiri di depan jendela. Tumben-tumbenan pria itu melamun sambil memandangi langit kelabu.

Mendadak ide jahil terlintas dalam benak Mikha, ia berjalan mengendap-ngendap ke arah Rio. Saat berada di belakang Rio, lantas ia berbisik ala mbak-mbak bioskop. "All around you ..."

Rio sontak begidik kemudian sambil mengusap telinganya yang terkena hembusan napas roh gaib. "Ngapain lo, Mikh? Kesambet?"

Mikha hanya cekikikan. "Enak aja lo ngatain gue kesambet, mana ada orang kesurupan jadi cantik kayak gue gini!"

Bola mata Rio bergerak vertikal tatkala menilik penampilan Mikha. "Tumben lo hari libur gini udah rapi pagi-pagi."

"Iya dong, gue kan mau nge-date. Cowok yang mau sama gue kan banyak, secara gue kembarannya Suzy," seloroh Mikha. Ia sengaja berbohong untuk memanas-manasi Rio.

"Paling juga sama Vezia," tebak Rio acuh tak acuh.

"Ngapain gue sama Vezia hari libur gini? Lo kira gue jomblo maut?"

"Lah, emangnya bukan?"

"Rio!!!" Mikha memukul geram lengan Rio dengan tas selempangnya. "Gue juga jomblo maut gara-gara lo, tau!" tukasnya lengkap dengan pelototan sangar.

Rio mengusap-usap lengannya yang menjadi korban keganasan Mikha. "Udah sana pergi," usirnya.

"Gue nge-date beneran sama cowok loh ini," ancam Mikha.

"Bohong banget," tukas Rio cuek. "Tadi pagi Vezia WA gue, katanya WA lo nggak aktif. Dia mau ngajak lo beli roti bun di Kencana, kan?"

Mikha mengumpat dalam hati. Dasar Vevey ogeb!!!, gerutunya. Saat Mikha membuka ponsel setelah bangun tidur, ia memang mendapat pesan dari sepupunya yang  sedang hamil tujuh bulan itu. Vezia mengajaknya ke Toko Roti Kencana untuk memuaskan dahaga ngidamnya, suaminya tidak bisa menemani Vezia hari ini karena sedang berada di Bandung.

PROPOSAL : Deposito 9 BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang