29 - Nama yang haram disebut

52.4K 5.8K 639
                                    

Seminggu sudah Mikha menarik diri dari sekitarnya dan kebanyakan menghabiskan waktu di kamar selepas kerja, tetapi hari ini ia memutuskan untuk ikut menghadiri pesta pernikahan anak teman ayahnya. Ia tidak mau membuat keluarganya semakin khawatir karena keterpurukannya. Lagi pula, Mikha takut jika ia lebih lama lagi mengurung diri di kamar, mungkin Rio akan diseret ke rumahnya dan dihukum gantung.

Mikha menatap pantulannya dalam cermin seukuran dirinya. Motonya tetap; patah hati boleh, tapi penampilan ke kondangan harus shining, shimmering, splendid.

Mikha tampak elegan dalam balutan long dress satin dengan atasan kombinasi brokat berwarna syampanye. Saat ia mencoba berjalan ke arah cermin ala-ala model, ujung dress-nya yang bergoyang anggun menonjolkan sepatu bertumit runcing berwarna keemasan lembut dengan model T-strap. Dan yang paling berbeda pada penampilannya tentu saja rambut panjang yang mengikal di bagian bawah dan berayun indah ketika ia melangkah, ditambah anting perak panjang yang menjuntai cantik di telinganya.

Perfecto! Mikha tersenyum puas. Rasanya seperti Suzy yang siap melangkah di red carpet.

Mikha memang sengaja memasang hair extension clip pada rambutnya. Habisnya, rambut pendek hanya mengingatkannya pada seseorang yang namanya haram disebutkan untuk malam ini. 

Mikha menuruni tangga rumahnya kemudian melangkah menuju ruang tamu. Di sana, ayahnya sedang duduk di sofa sambil memegang kotak kecil berwarna putih yang entah apa isinya.

"Papiiii," panggil Mikha ceria. Ia sudah membulatkan tekad bahwa malam ini akan menanggalkan kesedihannya agar tak membuat keluarganya khawatir.

Tom Wiriyatama tersenyum lebar melihat putri bungsunya. "Wahhh ... siapa si cantik ini? Bonbon atau Susi Susanti?"

"Iihh! Papi gimana sih? Susi Susanti itu atlet bulu tangkis, sekarang udah ibu-ibu! Yang bener itu Suzy artis Korea! Bae Suzy!" ralat Mikha dengan tampang cemberut kemudian duduk di samping ayahnya.

"Ya mana Papi tau, Papi kan taunya artis Korea cuma Nikita Willy."

"Nikita Willy itu bukan artis Korea, Piiii," tukas Mikha gemas. "Udah deh nggak usah bahas artis lagi, Papi bikin aku kesel aja."

"Kalau Papi kasih ini, Papi yakin kamu nggak kesal lagi." Tom membuka kotak putih kecil tadi lalu mengeluarkan sebuah gelang perak berantai kecil dengan bandul kupu-kupu mungil yang sayapnya diisi taburan permata.

"Buat aku, Pi?" mata Mikha berbinar bahagia. Ia menatap sayang pada pria berumur 70 tahun di hadapannya –yang rambutnya tetap hitam karena selalu dicat untuk menutupi uban meskipun lahan berambut di kepala tinggal tiga perempat lagi. Mikha pernah bertanya kenapa ayahnya begitu getol berambut hitam padahal wajar saja berambut penuh uban, toh cucu pertamanya saja sudah mau lulus kuliah. Lalu ayahnya menjawab dengan jenaka, "Kan kamu belum nikah, Bon, jadi Papi nggak mau keliatan tua-tua banget."

Padahal menurut Mikha itu hanya alasan Papinya saja. Lihat saja foto-foto Papinya waktu muda dulu, gayanya bak model cover boy.

"Papi kok romantis banget, sih? Pantes aja Mami klepek-klepek pas muda," ucap Mikha geli.

"Ya romantis lah, gini-gini kan Papi mirip James Bond."

Mikha kontan tergelak. Jangan salahkan ia sering narsis, lihat saja induknya seperti ini.

"Sini Papi pasang gelangnya."

Saat Mikha mengulurkan tangan pada Ayahnya, ia merasa seperti Mikha yang berumur tujuh tahun, Tuan Putri kecil kesayangan ayahnya yang selalu suka duduk dipangkuan sang ayah sambil menikmati senja.

PROPOSAL : Deposito 9 BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang