24 - Kakak Ipar

40.1K 5.1K 302
                                    

Part ini aslinya panjang banget, jadi aku bagi dua. happy reading...

~*~*~*

Alkisah sembilan tahun lalu, seorang mahasiswi semester dua bertandang ke rumah calon pacar impiannya sambil membawa sekantung plastik penuh roti bun berbagai macam isian. Saat ia turun dari mobil, sebuah sepeda yang dinaiki dua bocah SD melintasi mobilnya dan lebih dulu dan masuk ke pekarangan rumah tujuannya.

Bocah yang dibonceng belakang lebih dulu turun, kemudian disusul bocah pengendara sepeda yang menurunkan besi penopang sepedanya.

"Kakak temannya abang, kan?" tanya bocah kelas lima SD yang turun lebih dulu. Pada seragamnya bertuliskan nama Kebastara Legio.

Mikha mengangguk, sebelumnya dia memang pernah datang ke rumah Rio, meskipun hasil menyelinap di tengah-tengah teman Rio yang menumpang mengerjakan tugas. "Kok kamu hafal, sih?" tanyanya gemas.

"Iya kak, aku ingat banget. Soalnya setiap kakak dekat-dekat Abang, Abang pasti pindah jauh-jauh, langsung kabur kayak ngeliat hantu. Kan aku sama Bara nggak berhenti ketawa liatnya."

Tampang Mikha otomatis tertekuk masam. Dalam hati ia menyesali pertanyaan yang diajukannya. "Itu sih dia aja sual mahal," gumam Mikha masam.

"Maksudnya, Kak?" Tanya Basta bingung.

"Enggak ehehehe ...."

"Kakak ke sini buat ketemu Bang Rio? Abang lagi sakit, Kak. Bau, belom mandi dari kemarin," ucap si kembar yang satunya, Kebarasta Ligeo.

Saat Mikha hendak menyahuti Bara, tiba-tiba terdengar suara perut keroncongan. Entah siapa pelakunya, yang jelas kedua anak kembar di depan Mikha itu menyengir geli.

"Maaf ya, Kak, habisnya kami lapar. Kami lagi dihukum sama Bapak, jadi nggak dapat uang jajan deh," terang Basta dengan santainya.

"Loh, kenapa?" Tanya Mikha bingung. Ia lalu mengangkat plastik putih berisi putih di tangannya lalu menggoyang-goyangkan di hadapan Bara dan Basta. "Ini aku bawa banyak roti bun yang enak."

Basta menarik sedikit bagian atas plastik itu untuk mengintip isinya, sedangkan Bara langsung berlari ke pintu rumah. "Ayo masuk, Kak," seru Bara.

Mikha pun memasuki rumah itu, ia duduk di ruang tamu kemudian meletakkan plastik bawaannya pada meja kayu bertaplak putih di hadapannya. Tak lama berselang, si kembar datang sambil membawa teko berisi air putih dan tiga gelas plastik bergambar kartun yang agak memudar.

"Ini roti apa, Kak?" tanya Basta penuh semangat.

"Ini roti bun dari Kencana, cobain deh, ini enak banget loh." Mikha mempelebar plastiknya. "Ada rasa coklat, kecang, kelapa, keju, banyak deh."

Basta dan Bara langsung memilih roti sesuai selera mereka dan menyantapnya dengan lahap.

"Oh ya, orangtua kalian nggak ada di rumah?" tanya Mikha sambil ikut menyantap roti bun.

Bara dan Basta kompak menggeleng. Basta meraih gelas dan meneguk isinya, kemudian ia berkata, "Bapak biasanya ngajar sampe sore, kalau Mama palingan pulang jam tigaan, soalnya sekolahnya jauh."

Mikha mangut-mangut. Ia baru ingat kalau Ayah Rio merupakan guru kelas tiga SMP, dan Ibu Rio mengajar di SD swasta. Info ini diperolehnya penuh perjuangan setelah berhasil mengajukan berbagai macam proposal sesajen pada Keanu, teman sepupunya.

"Gimana rotinya, enak nggak?"

"Enak banget, Kak!"

"Bawain lagi dong, Kak."

PROPOSAL : Deposito 9 BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang