33 - Bikin emosi!!!

50.2K 5.7K 518
                                    

WARNING!!! aku mau ngingetin aja, aku udah pernah bilang kalau aku suka cerita yang ada dramanya. so, kalau kedepannya kalian merasa cerita ini terlalu drama udah kayak sinetron, nggak papa kok tinggalin aja. dan makasih yang udah stay💕💕

VOTE atau klik bintang dlu ya⭐️

~*~*~

Seminggu menuju akhir tahun biasanya perusahaan yang memiliki target tahunan akan sangat sibuk meretensi pencapaian agar tetap melampaui target karena penilaiannya akan berimbas pada bonus dan tunjangan tahun depan, juga nilai dari kantor itu sendiri.

Baru tadi pagi Mikha mati-matian membujuk salah seorang nasabah untuk membatalkan rencana pencairan deposito senilai dua miliar demi memindahkannya ke bank lain. Bukan apa-apa, untuk seukuran KCU (kantor cabang utama) BSN saja kehilangan dua milyar dana mengendap seperti deposito di minggu kursial ini cukup merepotkan, apalagi di KCP (kantor cabang pembantu) seperti Mikha? Bisa repot nanti pertanggungjawaban ke atasan. Pasalnya, setiap kantor pasti punya hitung-hitungan sendiri berapa biasanya uang yang keluar-masuk dalam sehari. Jika terlalu banyak keluar, bisa terguncang angka pencapaian.

Setelah berhasil menahan nasabah untuk menunda pencairan depositonya, Mikha kira dia bisa tenang. Dia menerima ajakan Yudha untuk makan siang bareng dan menemani rekan kerjanya itu untuk mendatangi salah satu nasabah prioritas yang ini suplesi pinjaman. Tapi tiba-tiba Jona menghubunginya dan memberi kabar yang langsung membuat Mikha balik ke kantor.

Setiba di kantor, Mikha langsung naik ke lantai atas dan mendatangi meja kerja Jona.

"Lo bilang apa tadi? Lusa Pak Lucas mau cairin deposito dua puluh miliar?!!!" Mikha ingin semaput mendengar ucapannya sendiri.

Rp. 20.000.000.000 itu sangat ... sangat ... besar.

Jona bersandar lemas di kursi. "Sumpah, gue pusing banget, Mikh. Mana kata Pak Lucas mau ditransfer ke luar negeri. Kalo awal tahun mending, bisa nyicil nyari gantinya, lah ini? seminggu lagi tutup buku!"

"Emangnya buat apa sih? Mendadak banget bilangnya!"

"Emm ... gue bukannya mau berburuk sangka Mikh, tapi kayaknya ini semua ada hubungannya sama lo deh."

"Maksud lo?" Mikha menyernyit heran.

Jona bangkit berdiri sembari mengamati keadaan sekitar. Setelah dirasa aman, ia berucap rendah di telinga Mikha, "Pak Lucas mau transfer uangnya ke Ivy Kim, dia mau beli real estate yang dulu dijadikan butik Ivy Kim di Seoul. Dua puluh miliar itu juga belum seratus persen dari harga real estate-nya. Gue sempat nawarin Pak Lucas buat transfer ke rekening BSN Ivy Kim dulu sampai akhir tahun, syukur-syukur kalau bisa lebih lama dari itu. Pak Lucas sih oke-oke aja asal kita bisa ngelobi Ivy Kim. Tapi masalahnya pas gue telpon Ivy Kim, dia ngotot mau dipindahin ke rekeningnya yang di Kor-Sel!

Kecemasan semakin menghimpit kepala Mikha. Ia tak menyangka Ivy Kim sangat lihai membangun relasi bisnis dengan Lucas Lee, padahal mereka baru bertemu sebulan lalu saat Ivy dan Lucas Lee sama-sama di ruang nasabah V.I.P. Mendadak ia menyesal menawari Ivy ke BSN untuk buka rekening, bukannya mendatangkan suntikan dana untuk BSN, malah menyebabkan bencana begini.

"Lo lagi berantem kan sama Rio?" tebak Jona. "Gue pernah lihat dia datang nyariin elo, tapi langsung diusir satpam. Katanya sih lo nggak ada, eh pas gue ke dalam gue liat lo lagi makan bakwan. Tega banget lo Mikh, bukan sekali dua kali loh gue liat Rio diusir."

Mikha menghela napas dengan lesu. Sejak pertengkaran mereka malam itu, Mikha memang berpesan pada satpam, jika Rio mencarinya maka jawabannya tidak ada. Mungkin karena waktu itu Mikha memasang wajah muram ketika satpam melaporkan kedatangan Rio, Pak satpam jadinya enggan untuk melapor lagi dan memilih menjalankan tugas dari Mikha saja.

PROPOSAL : Deposito 9 BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang