Pelangi Sembilan Belas [19]

5.4K 414 19
                                    

Isi hati adalah hal yang paling sulit ditebak. Bahkan, cara bertindak hati terkadang lebih rumit daripada cara kerja otak manusia. Namun, hati jugalah yang memiliki tingkat kefleksibelan sangat tinggi, hingga mampu berjungkir balik dalam waktu sesaat. Jika semenit lalu hatimu terasa berbunga-bunga, maka bisa jadi dalam semenit ke depan hatimu justru jatuh ke dalam jurang kesedihan terdalam, karena tiba-tiba harapan kebahagiaan itu hancur berkeping-keping.

Saat ini Zaza sedang berada di ruang perpustakaan mini yang ada di rumahnya. Awalnya ini adalah kamar Yesha, tapi satu tahun setelah kematian kakaknya, ruangan ini beralih fungsi menjadi perpustakaan. Ada banyak koleksi buku milik ayahnya, Bang Irsyad, juga milik Zaza. Ada juga berbagai buku resep masakan dan kue milik ibunya di sini.

Mulanya Zaza hanya ingin sekadar membaca novel, tapi rasa penasarannya begitu menggelitik hati. Dia membuka sebuah lemari berisi kenangan tentang sang kakak. Ada koleksi foto-foto dan juga beberapa selendang tari milik Yesha. Sebelum lumpuh, kakaknya memang suka menari, terutama tarian daerah. Meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama lagu.

Manik mata Zaza segera menangkap objek yang sedang dicarinya, sebuah buku diary milik sang kakak. Tangannya refleks terulur untuk mengambil buku itu. Sebagian hatinya masih merasa ragu, tapi sebagian lainnya mendukung. Setelah buku berada dalam genggaman, segera Zaza berjalan menuju ke kamar.

Pagi tadi Zaza baru saja belanja bersama Bang Atha, Shaka, dan Bi Ela. Akhirnya Atha menepati janjinya. Dia diperbolehkan memilih gamis yang dia inginkan sejumlah berapa pun. Namun, Zaza hanya mengambil satu gamis yang menurutnya bagus. Atha juga yang membantunya memilihkan gamis itu. Kembali hatinya meleleh dengan segala perhatian yang diberikan oleh Atha kepadanya.

Setelah puas berbelanja, mereka menemani Shaka bermain di timezone. Rencananya setelah itu, mereka akan makan siang bersama sambil menceritakan tentang kisah Bang Atha dan Kak Yesha, tapi telepon dari rumah sakit membuat Zaza kembali harus bersabar dengan rasa penasarannya. Bang Atha harus segera ke rumah sakit karena ada kondisi darurat yang membutuhkan kehadirannya.

Bukan Zaza tidak sabar, tapi dia juga tidak bisa terlalu lama menggantung hubungannya dengan Bang Atha. Dia ingin segera tahu tentang laki-laki yang telah berani memintanya kepada ayahnya, agar bisa lekas menentukan keputusan yang akan diambilnya.

Zaza perkirakan, diary itu ditulis hingga awal pernikahan Yesha, sampai kemudian kakaknya pindah ke rumah milik sang suami. Paling tidak, Zaza akan tahu kenapa kakaknya menjatuhkan pilihan kepada seorang Atharizz Hamizan Erlangga.

* * *

Atha sedang duduk di halaman belakang rumah. Sorot matanya lurus memandang jernih air kolam renang yang terdapat di sana. Namun tatapan mata itu terlihat kosong, tidak secerah biasanya. Seharusnya siang tadi dia telah berkata jujur kepada Zaza, tapi seperti seorang pengecut dia malah kabur dari sana. Padahal seharusnya dia bisa menyerahkan pasien tersebut pada dokter jaga saat itu. Seharusnya Atha cukup menginstruksikan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan, tapi dia justru mengatakan bahwa akan langsung menangani pasien tersebut.

Sebuah senyum miris tercetak di wajahnya, sebegitu pengecutnya dia. Padahal dia tahu, jika ada sebuah masalah seharusnya segera diselesaikan, bukan malah ditunda-tunda seperti ini. Sekarang Atha justru takut jika Zaza mengetahuinya dari orang lain, yang tidak mengerti situasi dan kondisinya saat itu.

Atha mendengar notifikasi chat masuk ke ponselnya. Atha membaca nama Zaza terpampang di sana. Segera dia membaca isi pesan itu.

Zaza
[Besok setelah mengantar Shaka, aku ingin bicara. Penting.]

Atha
[Baiklah. Di mana?]

Zaza
[Aku yang akan ke rumah Abang.]

Atha
[Ok, Dek.]

Membaca kata Penting entah kenapa hatinya gelisah. Dia tidak bisa menebak, apa yang dimaksud penting oleh Zaza.

* * *

Sementara itu, kini Zaza sedang menagis di kamarnya. Baru saja siang tadi dia merasakan bahagia bisa jalan bersama Atha dan Shaka, tapi sekarang rasanya dia begitu hancur. Entah kenapa dia merasa dibohongi, tidak pernah sekalipun keluarganya menceritakan hal ini kepadanya.

Zaza telah meminta Atha untuk menemuinya. Dia ingin memastikan kebenaran yang baru saja diketahui. Dia harap Kakaknya hanya halu saat menuliskannya di buku diary-nya. Walaupun rasanya kemungkinan itu sangatlah kecil.

Hingga tengah malam Zaza masih belum bisa tidur. Dia merasa gelisah, takut dan juga marah, semua rasa itu bercampur aduk menjadi satu. Memporak porandakan harapan yang baru saja dirajutnya. Dia kembali menangis saat mengingat isi buku itu. Zaza butuh menenangkan hatinya saat ini. Dia mengambil air wudhu lalu melakukan sholat. lama dia berdzikir setelah sholatnya, hingga Zaza tertidur di atas sajadahnya karena rasa lelah yang mulai menguasai.

* * *

Pagi itu, Atha lebih awal mengantar Shaka ke sekolah. Setelahnya dia segera melajukan mobilnya kembali ke rumah. Begitu sampai, Atha mendapati Zaza sudah duduk di ruang tamunya ditemani oleh Bi Ela.

"Assalamu'alaikum. Dari tadi, Dek?" salam Atha begitu masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikumsalam. Nggak, barusan aja sampai," jawab Zaza singkat.

Entah kenapa Atha mendengar nada suara Zaza begitu datar dan dingin. Ekspresi wajahnya juga sulit ditebak. Mata yang biasa berbinar ceria, kini terlihat sembap, seperti habis menangis. Yang Atha tahu, Zaza tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja, pasti telah terjadi sesuatu.

Atha mendudukan diri di hadapan Zaza, lalu dia berkata, "Apa yang ingin kamu bicarain, Dek? Apa terjadi sesuatu?"

"Apa abang yang menabrak Kak Yesha? Apa abang yang telah membuat Kak Yesha lumpuh?"

.
.

Alhamdulillah,
"PELANGI yang Sama" Update nich 😄
Semoga suka 😀

Jangan lupa tinggalkan Vote & Komentar kalian 😍😍😍

Follow juga akun WP ini, supaya kalian selalu dapat notif update cerita ini & cerita author lainnya.

Follow & tag IG Author
@Oliphiana_lia
If you share something from my story

😄 Thanks All 😄
Jazakumullah khair
😙😍😘

PELANGI yang Sama (END) ✔ [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang