Pelangi Delapan [8]

6.6K 468 8
                                    

RINDU, perasaan inilah yang sedang memenuhi ruang hati Zaza saat ini. Dia sedang berada di pemakaman kakaknya, Ayesha. Zaza bersimpuh di depan nisan Yesha. Tertunduk, dilafazkannya doa untuk Yesha.

Keping-kepingan memori kenangan manis antara dirinya dan Yesha, terputar jelas dalam benak Zaza. Memoar saat mereka saling berlarian di bawah hujan dan Ibu Maya akan memarahi mereka berdua. Saat canda tawa terlukis cantik di wajah Yesha dan Zaza kecil, ketika mereka bermain boneka bersama sambil memainkan peran.

Begitu bahagia dan akur kehidupan mereka sebelum kecelakaan itu terjadi dan merenggut kelincahan kaki sang kakak. Nyatanya, bukan hanya kelincahan Yesha yang terenggut, tetapi juga kasih sayang di antara mereka. Berganti dengan rasa iri satu sama lain. Lintas kenangan itu kembali membangkitkan rasa sedih dan bersalah di hati Zaza. Membuatnya bertekad untuk menjaga dan meyanyangi Shaka sebaik mungkin, karena Shaka merupakan bagian dari diri Yesha.

Sekali lagi sebelum pergi, Zaza memandang makam itu dari kejauhan. Tampak pohon kamboja putih, teduh menaungi. Sekali lagi dia berharap dalam hati, kakaknya bahagia di alam sana.

Setelah dari makam, Zaza menuju toko Bakery & Cake milik sang ibu. Sesampai di sana, dilihatnya hari ini suasana toko tampak ramai pelanggan. Mereka membawa baki di tangan dan memilih beberapa jajanan sebelum mereka ke kasir. Di bagian kasir, ada Dwi dan Ryan yang juga terlihat sibuk melayani pelanggan yang telah selesai memilih.

"Mau diantar ke mana, Bu? Biar aku aja yang antar pesanan donatnya," tawar Zaza kepada sang Ibu.

Selain ramai pelanggan di toko, siang ini mereka juga mendapat pesanan donat dalam jumlah banyak dan Zaza berinisiatif untuk membantu mengantarkan donat tersebut. Mengantarkan kue, berarti mendatangi tempat baru dan bagi Zaza itu seperti hiburan baginya.

"Li, coba kamu lihatin alamat yang pesan, ya!" perintah Maya kepada Lili, pegawai mereka. Lili segera ke meja kasir depan, untuk melihat buku list pesanan.

"Rumah Sakit Medical."

"Bukannya itu rumah sakit tempat Atha kerja, ya?" tanya sang Ibu seperti tidak asing dengan nama rumah sakit itu.

"Iya, Bu. Itu tempat kerja bang Atha. Ya udah, aku aja yang antar ke sana. Li, bantuin angkatin ini ke motor ya," pinta Zaza sambil kepalanya menunjuk ke arah barang bawaannya.

"Siap, Kak."

Sesampainya di area parkir rumah sakit Medical, Zaza segera menghubungi sang pemesan. Setelah mengabari, dia bergegas menuju ke dalam rumah sakit dengan tangan yang menenteng dua kantong kresek besar. Langkah kakinya mantap menuju ruang rawat inap khusus anak-anak.

"Saya membawa pesanan dokter Azka untuk pasien anak-anak di sini," ucap Zaza begitu sampai di Nurse Station.

Saat sampai di sana, terlihat tiga orang perawat yang sedang berjaga. Senyum ramah tersungging menyambut kehadiran Zaza, membuat dia ikut tersenyum membalasnya.

"Oh, silakan ditaruh di sini saja! Nanti kami yang akan sampaikan kepada dokter Azka. Tadi dokter Azka sudah pesan kepada kami. Saat ini beliau masih ada visit pasien rawat inap."

"Baik, Sus. Semuanya berjumlah lima puluh dus. Setiap dus berisi enam buah donat dengan berbagai varian rasa. Silakan kalau mau dicek terlebih dahulu," tawar Zaza agar sang perawat terlebih dahulu memastikan pesanannya sesuai.

Seorang wanita muda berseragam putih khas perawat, yang sepertinya perawat junior di sana mendekat. Dia lalu mengecek jumlah dan isi dus yang Zaza bawa.

"Baik, sudah saya cek. Benar lima puluh dus, ini saya terima ya, Mbak. Makasih."

"Iya, sama-sama, Sus. Saya permisi dulu. Assalamu'alaikum."

PELANGI yang Sama (END) ✔ [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang