Pelangi Sepuluh [10]

6.4K 439 8
                                    

Sebagai dokter obgyn, menolong persalinan bayi untuk lahir ke dunia adalah pekerjaan paling menakjubkan bagi Atha. Terdengar sebagai profesi yang mulia dan selalu penuh cerita bahagia bukan? Walaupun nyatanya, tidak semua kisah berakhir bahagia. Seperti malam ini, sekitar pukul sebelas malam tiba-tiba dia mendapat panggilan dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Atha terpaksa menelpon Zaza, meminta tolong agar dia mau menemani Shaka malam ini. Atha tidak mungkin meminta tolong Bi Ela, karena saat ini anak Bi Ela sedang sakit dan membutuhkan ibunya.

"Dek, Abang bisa minta tolong? Malam ini kamu jagain Shaka di rumah, ya. Abang harus ke rumah sakit sekarang, ada pasien yang butuh penanganan malam ini juga. Abang takut Shaka nangis karena pas kebangun dia nggak nemuin Abang."

"Hm ... ok, deh. Entar aku ke sana minta anter Bang Irsyad aja."

Ini kedua kalinya, Zaza ditelpon tengah malam untuk menjaga Shaka. Saat ada pasien yang lebih membutuhkan kehadiran Bang Atha di rumah sakit. Ini merupakan salah satu resiko menjadi seorang dokter, harus selalu siap jika sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pasienya.

"Makasih, Dek. Maaf, jadi ngerepotin kamu sama Bang Irsyad. Dek, Abang harus ke rumah sakit sekarang. Nanti ada Mang Ujang yang jaga di rumah ya."

"Ok, Bang. Ini aku siap-siap meluncur ke sana. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Begitu panggilan ditutup, segera Atha mengambil kunci mobil dan tas kerjanya, lalu meluncur ke rumah sakit.

Sejak sore ruang bersalin, penuh sesak dengan pasien yang sedang inpartu atau dalam proses persalinan. Dokter jaga malam itu, merasa kewalahan dengan sederet pasien yang datang dengan kasus tidak biasa. Sesampainya di sana, rekannya bercerita bahwa bahwa dia harus segera mengoperasi seorang ibu yang diduga mengalami ruptur uteri. Ruptur uteri adalah kondisi robeknya dinding rahim dengan janin masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan terjadinya pendarahan hebat di dalam perut yang membahayakan kondisi ibu dan janin.

Keberadaan Atha di sana untuk membantu satu lagi pasien yang harus melahirkan malam ini. Saat pemeriksaan USG terlihat detak jantung bayi terekam normal, plasenta baik, air ketuban cukup dan taksiran berat badannya sekitar 3.600 gram dan memang sesuai untuk kehamilan cukup bulan.

Alhamdulillah, persalinannya berjalan lancar. Bayi lahir normal dan langsung menangis, tampak sehat dan bugar. Atha mengucapkan kepada si ibu bayi, "Selamat Bu, bayinya perempuan. Sehat dan cantik."

Sang ibu tersenyum sambil masih terengah-engah, merasakan sisa lelahnya saat melahirkan tadi.

"Plasenta lahir lengkap, kontraksi uterus baik, perdarahan tidak aktif, dan tanda vital juga stabil," lapor seorang perawat yang membantu jalanannya persalinan.

Atha menginstruksikan kepada perawat untuk menjahit luka di jalan lahir pasien. Atha beranjak keluar untuk mengecek pasien lain yang sedang dalam masa menunggu pembukaannya lengkap.

Belum lima menit meninggalkan ruangan, seorang perawat berteriak, "Dok, pasien apnea !!"

Mendengar itu, refleks Atha berlari kembali menuju ruangan sambil berkata panik, "Siapkan set resusitasi !!"

Si ibu yang baru saja melahirkan tadi, tiba-tiba saja tampak tersenggal-senggal, mengalami sesak napas. Semua yang ada di ruang bersalin terlihat panik, tapi mereka tetap harus tenang saat menghadapi keadaan kritis seperti ini. Segala teknik pertolongan dilakukan, hingga akhirnya Atha melakukan kompresi dada karena denyut nadinya semakin melemah. Hampir dua puluh menit dilakukan resusitasi jantung dan paru, hingga layar monitor akhirnya menunjukkan flat-nya aktivitas jantung. Dengan berat hati Atha berkata, "Innalillahi wainnaillaihi raji'un. Waktu kematiannya pukul 02.10 WIB."

PELANGI yang Sama (END) ✔ [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang